“Heh! Itu yang make kaos oranye!” ucap cowok bergigi kelinci sembari memegang mic.‘Hah? Gue?’ batin Juni.
“Gapapa! Gajadi! Gue lupa!”
“Sial, bikin deg-degan aja,” desis Juni.
“Santai aja, Dek. Bobby tuh emang setengah orangnya. Semalem kebanyakan ngrokok kecubung kayaknya dia.” jelas kakak P3K bermuka kalem.
Jantung Juni hampir saja mencelos membayangkan mendapat masalah bahkan di hari sebelum ospek resmi dimulai. Ospek belum dimulai dan yang barusan ialah perkenalan sie terakhir dalam kepanitian ospek, sie perkap. Mereka memperkenalkan diri dengan konsep swag yang menjadi ciri khas mereka. Seorang melakukan beatbox dan seorang lagi melakukan lazy rapp but powerful. Orang yang melakukan rapp itulah yang baru saja menunjuk Juni.
Juni merasa tak ada yang spesial darinya. Mungkin memang hanya ia yang mengenakan kaos berwarna oranye terang, celana jeans biru, kaos kaki kanan biru dan kiri merah, serta sepatu kets putih. Ia bahkan hampir jadi bulan-bulanan SPK alias Sie Penegak Ketertiban. Rambut sebahunya ia biarkan tergerai. Jaket jeans abu-abunya dia bawa di tangan kanannya. Tiap SPK yang melewatinya selalu meliriknya tajam. Mulut mereka pasti gatal untuk segera mengomeli Juni yang berpakaian kelewat santai di acara semi resmi ini.
Demikianlah Juni melewati masa-masa awal kehidupan kampus dengan mendapat banyak tatapan aneh dari orang-orang karena gaya berpakaiannya kelewat santai. Dia yang masuk di kampus yang dominan kependidikan menjadi bahan tatapan aneh mahasiswa kependidikan yang jadi mayoritas. Ia memilih tidak peduli meski terkadang ia terpaksa harus mengenakan kemeja karena permintaan dosen-dosen mata kuliah umum yang mampir di kuliah umumnya.
tbc
🌊🌊🌊
KAMU SEDANG MEMBACA
Bobby, Juni dan Jogja
FanfictionJogja menjadi istimewa buat kamu yang memiliki keeratan kenangan di sana. "Semanis apapun kenanganmu jangan minum teh botol, karena akan tetap pahit jika hanya mampu kau kenang," -Bobby. [potongan kisah-kisah tolol antara Bobby dan Juni di Jogja]