900 words
Kalo Juni udah kapok dan enggan cinta-cintaan setelah patah hati sama Kak Nanda, maka Bobby enggak.
Buktinya sekarang doi deket lagi sama salah satu temen seSMAnya yang ternyata juga kuliah di kampus sebelah. Iya, sebelah baratnya kampus Bobby sekarang kan ada kampus lagi. Itu loh kampus impiannya Juni, eh tapi nasib berkata lain dan nyangsang di kampusnya sekarang.
Perjumpaan mereka terjadi di salah satu kedai kopi wilayah Selokan Mataram Seturan. Bobby lagi nongkrong bersama kawan-kawannya. Awalnya dia nggak sadar kalo mbak crush ada di kerumunan yang duduk di sebelah mereka. Ia baru sadar pas liat ada dompet ketinggalan di situ.
Dengan bekal sifat baik hati yang ditanamkan Maminya, dia pun bergegas ngambil dompet itu dan lari nyamper ke parkiran. Lanjut teriak-teriak, "Misi, ada yang ketinggalan dompetnya nggak?"
Orang-orang nggak ngeh tapi nggak lama seorang gadis nyamperin dia. Dan saat itulah Bobby sadar kalau itu teman seSMA dia di Surabaya. Setelah itu bisa tertebak kemana arahnya. Yup. Mereka chattingan membicarakan banyak hal termasuk soal status hubungan maupun cerita soal mantan terakhir.
Mereka makin dekat. Bobby makin kerap jadi kang ojek buat si mbak manis. Bobby makin kerap mengantar jemput si mbak manis ke mana saja. Nganter keliling Jogja buat cari buku ajar pun dia jabanin.
Selama dekat sama mbak manis ini, Bobby nggak banyak cerita ke Juni. Dia milih nyimpen sendiri ceritanya dan berniat bakalan ngabarin Juni kalo dia sukses dapetin si mbak. Tiga bulan bahkan lebih mereka deket. Bobby ngrasa nyaman dan demikian juga si mbak.
Kini masuk ke bulan ke tiga minggu ke dua, dan Bobby memantapkan diri untuk menyatakan perasaannya. Sebuah ajakan nongkrong ke salah satu café cantik di Babarsari sudah dilayangkan dan mendapat persetujuan. Selanjutnya ia hanya perlu memberanikan diri untuk meminta si manis jadi kekasihnya.
"Mau gak jadi pacar aku?"
Sejenak diam melingkupi meja mereka berdua. Si gadis manis diam dan tersenyum. Bobby kira itu adalah pertanda yang baik untuk kisah percintaannya.
"Aku masih nyaman temenan sama kamu."
Jawaban itu tak membuat Bobby berkecil hati. Bobby masih bisa melanjutkan kedekatan mereka dengan harapan bisa membuat si mbak manis makin yakin dengan pernyataannya.
Masuk bulan ke empat, masih tak ada omongan lanjutan dari Bobby maupun si gadis soal status hubungan mereka. Mereka terlalu sibuk untuk menikmati kebersamaan di antara tumpukan tugas yang makin kurang ajar. Bobby sibuk menemani si cantik keliling cari narasumber penelitian bersama dosen. Mereka mengitari sisi barat kota Jogja sampai ke Kulon Progo untuk menemui narasumber.
Mereka menikmati ngaso di alun-alun Kota Wates. Duduk di atas motor dan memandangi orang yang jogging dengan tangan mengamit jajanan. Sesekali tertawa dengan cerita masing-masing atau menemukan pengamatan lucu.
Berlanjut dengan Bobby yang nemenin ngafe buat nggarap tugas, atau panas-panas nyari tahu bulat demi nurutin BM tahu bulat yang dadakan. Bobby sampai hampir lupa soal pertemanannya dengan Juni.
Sore itu mereka menuju salah satu café di Jogja Kota. Tentunya itu keinginan si cantik yang ingin nggarap tugas dengan suasana café yang aesthetic. Mereka sampai di sana pukul 5 sore. Cuaca cukup cerah saat mereka sampai hingga menjelang pukul 9 malam hujan rintik turun.
Mereka kira Jogja utara tak hujan, maka mereka nekat menerobos hujan. Belum lagi mengingat kosan si cantik tutup pukul 10.00 membuat mereka harus menerobos hujan.
Di tengah perjalanan, Bobby terpaksa harus membelokkan kemudi ke pinggiran ruko terdekat. Mereka harus berhenti sejenak karena rintik hujan terlalu deras, apalagi mereka tak menggunakan jas hujan sama sekali.
Bobby menggigil, demikian juga dengan si cantik.
"Kosan aku udah mau tutup." satu kalimat itu terucap dari si cantik yang membuat Bobby bergegas membongkar jok motornya. Ia tak enak jika harus memulangkan si cantik tak tepat waktu. Ia menemukan sepasang mantol egois yang langsung ia sodorkan pada si cantik yang nampak kedinginan.
"Ini dipake."
Si cantik diam dan memandangi uluran tangan Bobby. Mulutnya baru mau berujar tapi kalah dulu oleh Bobby yang berujar, "Nanti laptopnya basah."
Si cantik hanya mengangguk dan menggumamkan terima kasih. Kemudian perjalanan mereka pun berlanjut. Benar saja, Sleman hujan cukup deras. Di pikiran Bobby hanya menyoal si cantik sampai sebelum gerbang kosannya di tutup.
Sudah bulan ke lima, banyak hal yang telah berlalu. Termasuk suatu dinihari Bobby menjemput si cantik di stasiun. Si cantik baru saja pulang dari Surabaya dan harus segera sampai Jogja hari itu. Sebab paginya ia harus menghadiri wisuda temannya.
Waktu itu Bobby yang masih tipsy sehabis dibawa main ke Jalan Magelang dengan Jay dan June langsung saja berangkat menjemput si cantik. Bobby merelakan dirinya disebut bucin oleh June dan Jay, dan menjemput si cantik.
Pikiran Bobby membayangkan betapa mengerikannya naik ojek maupun taksi online di jam-jam itu. Namun yang terpenting lainnya ialah Bobby bisa dengan selamat mengantarkan si cantik sampai kosannya tanpa ada insiden kecelakaan atau salah belok.
Ya, itu salah satu perjuangan Bobby yang kini memasuki bulan ke lima untuk mendapatkan hati si cantik. Kini saatnya Bobby bertanya atau mungkin malah meminta kepastian pada si cantik.
"Gue mau minta kepastian buat hubungan kita."
Mereka duduk di salah satu café cantik dengan gaya kekinian dan interrior aesthetic. Si cantik sedang sibuk menghadap laptopnya. Sejak 2 jam lalu mereka hanya saling diam. Si cantik dengan laptop dan tangannya yang sejak tadi sibuk bergerak di atas keyboard yang kini berhenti.
"Bob, idup lo cuman cinta-cintaan aja apa?"
Bobby?
Spechless.
Hatinya mukin remuk sekarang. Namun di balik semua itu, dia kini merasa bersalah. Pikirannya langsung tertuju pada Juni. Bagaimana ia mengabaikan ajakan atau tawaran Juni makan siang di Burjo Asep, mengabaikan chat atau telepon Juni, bahkan tindakannya menghilang tanpa kabar supaya Juni tak menganggu proses PDKTnya.
Sekarang dia butuh Juni.
"Shit," desisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bobby, Juni dan Jogja
FanfictionJogja menjadi istimewa buat kamu yang memiliki keeratan kenangan di sana. "Semanis apapun kenanganmu jangan minum teh botol, karena akan tetap pahit jika hanya mampu kau kenang," -Bobby. [potongan kisah-kisah tolol antara Bobby dan Juni di Jogja]