Sore gabut lainnya dihabiskan Juni dan Bobby di salah satu pinggir jalan Kotabaru. Mereka duduk menyantap es campur sembari menikmati angin sepoi di bawah pohon beringin. Ovan yang terparkir rapi menjadi penghalang sinar matahari yang menyilaukan sore itu.
"Bob."
"Apa?" jawab Bobby di sela seruputan es campur dari mangkoknya.
"Nanjak yok."
"Hah?"
"Nanjak. Naik gunung. Hiking."
"Emang lo kuat?" tanya Bobby tak yakin.
"Emang susah po?" tanya balik Juni sembari meletakkan mangkok esnya yang tersisa setengah.
"Ya gak juga. Kalo dah biasa."
"Ya ntar kalo gakuat, gendong ya Bob?"
"Ogah. Lo berat." jawab Bobby cuek.
"..."
Tangan Juni bergerak merangkul Bobby yang duduk di sampingnya. Rangkulan tangannya bergerak melingkari leher Bobby.
"Adaw! Sakit Jun! Ampun! Lepasin! Adaw!" teriak Bobby mendramatisir sebab Juni mengeratkan rakulan yang berubah jadi cekikan di leher Bobby dan ditambah jitakan bertubi-tubi.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Bobby, Juni dan Jogja
Fiksi PenggemarJogja menjadi istimewa buat kamu yang memiliki keeratan kenangan di sana. "Semanis apapun kenanganmu jangan minum teh botol, karena akan tetap pahit jika hanya mampu kau kenang," -Bobby. [potongan kisah-kisah tolol antara Bobby dan Juni di Jogja]