3.15 PM
Bobby babi
1 pesan baru masuk
WOY!!!
apa
Gabut gak lo?
G
Beneran?
Ga suntuk?
brisik bob
gue banyak tugas
Galak amat neng
Abang jadi atut
brisik lagi, gue blok ya :)
Nyunset lah kuy
Daripada lo kelamaan diem di kosan
Jadi fosil tar lo wkwk
mager
panas
macet
Udah buru
Gua udah di depan ini
Hah?
Buruan!!!
Panas ini anjeng!!!
Juni segera menengok ke luar jendelanya. Ia menangkap siluet familiar dari Bobby yang berdiri di depan pagar kosannya, lengkap dengan Ovan dan matras tergulung rapi, juga tas dipunggungnya yang menggembung, pasti berisi makanan ringan dan softdrink.
Melihat Bobby yang serius dengan segala perlengkapannya itu, Juni pun kalang kabut dan segera bersiap diri. Ia menyempatkan diri mengetik beberapa patah kata.
bentar cuk!
siap-siap dulu!
Juni segera mengganti celana dan pakaiannya, menyaut jumper coklat andalannya yang tergantung di balik pintu. Segera ia memasukan kunci kos, ponsel dan dompet ke saku jumpernya.Tak lupa sandal swallow hitam dan helm yang ia teteng. Ia menuruni tangga dengan tergesa.
Pintu depan terbuka dan langsung menampilkan cengiran Bobby.
"Katanya mager."
"Bacot. Kalo gue tolak juga bakal ngamuk kan lo."
"Ehehehe. Kuy lah!"
Jalanan Jogja di jam 3 sore benar-benar penuh berjejalan. Suara kendaraan bermotor menggema di kepala dan membuat pening. Bobby membelokkan motornya tepat di gang samping Indomaret Point. Mereka menyusuri gang Samirono hingga tembus ke Jalan Solo. Lanjut lurus ke barat dan belok kiri di perempatan Galeria.
"Anjing. Macet parah ini." gerutu Juni saat ovan harus berhenti perempatan UKDW.
"Ya namanya juga jam pulang kantor."
Mereka lanjut mlipir ke kanan menuju Kridosono dan berbelok ke arah Stasiun Lempuyangan.
"Awas ya lo kalo pantainya rame."
"Lah, pantai yang rame kok gue yang disalahin?"
"Ya iya, kan lo yang ngide."
"Yudah, kali ini gue jamin lo pasti ketagihan."
"Kalo kagak, lo bayarin idup gue seminggu ya?"
"Matre lo!"
"Hidup tu butuh duit bro."
"Lo gaada niatan open BO apa?"
"Heh!"
"Adaww!"
Juni memukul helm Bobby dan berucap, "Ngomong gapake mikir! Mending nyetir yang bener lo!"
"Iya iya, galak amat sih lo!"
"Biarin. Lo patut buat digalakin sat!"
Adu argumen mereka terus berlangsung sepanjang jalan.
Pukul 4.35 PM mereka sampai di Pantai Parangtritis Baru. Ya. Tempat yang sama dengan pantai dinihari waktu itu. Dan kali ini keadaannya cukup ramai. Banyak pedagang asongan, persewaan atv, juga dokar dan kuda.
Bobby dan Juni menggelar matras mereka masing-masing. Langit sore sudah mulai beralih jadi jingga. Juni memfokuskan diri pada langit, menikmati nyamannya rebahan di tempat baru. Mencoba menyingkirkan pikiran soal tugas-tugas dan kemacetan yang baru saja mereka terobos.
Bobby seperti biasa. Memutar musik dari draft lagu buatan dia yang belum release, membuka makanan ringan dan softdrinknya. Mereka menikmati senja dengan tenang. Juni sebenarnya enggan banyak bicara ke Bobby, karena akhir-akhir ini mereka memang jarang mengobrol.
Baru saja musik dari ponsel Bobby berpadu dengan ombak dan angin, juga riuh rendah pengunjung pantai, suara getar segera menggantikannya. Getar panjang yang tak berhenti begitu saja.
"Ya? Halo?"
"..."
"Oh lagi di Paris. Sama temen. Gimana?"
"..."
"Ya udah, nanti malem ya?"
"..."
"Iya. Bye!"
Raut muka Bobby jadi cerah. Matanya lanjut berfokus pada layar ponselnya. Jemarinya sibuk menari di sana dan mungkin menjawabi pesan dari si penelpon.
"Gue masih ga ngerti. Kenapa orang bisa seenggak peduli itu sama lingkungan?"
"Hm?"
"Padahal kan mereka tu hidup, makan, beraktifitas tu di bumi. Dan bumi, perlu dijaga lingkungannya biar bisa bertahan lama."
"Hm"
"Lucu ya? Orang-orang sibuk sama sosial tapi lupa sama lingkungan."
"Hm"
Di 'hm' yang ketiga, Juni memilih melanjutkan diamnya. Percuma sepertinya membuka topik obrolan dengan orang yang bahkan tak paham jika orang lain sedang berusaha membuka topik obrolan. Juni memutuskan untuk beranjak dan bermain air, melupakan yang barusan dan mengembalikan nalarnya soal mereka yang berteman.
Juni tidak marah, ia juga tidak ingin menuntut, tetapi ada sedikit rasa kecewa. Yah semoga sesedikitnya rasa kecewa itu terhapus ombak atau terbawa angin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bobby, Juni dan Jogja
Fiksi PenggemarJogja menjadi istimewa buat kamu yang memiliki keeratan kenangan di sana. "Semanis apapun kenanganmu jangan minum teh botol, karena akan tetap pahit jika hanya mampu kau kenang," -Bobby. [potongan kisah-kisah tolol antara Bobby dan Juni di Jogja]