Senja di Gramedia

27 2 3
                                    


"Heh! Anterin gue yok!"

Kalimat itu merupakan kalimat pertama yang Bobby ucapkan saat bertemu Juni di parkiran Gedung Kuliah Teori. Bobby yang dengan santai duduk di atas motornya tepat di depan pintu samping gedung kuliah Juni seolah ia menanti Juni. Niat awal Juni untuk nebeng Lisa pun sirna.

"Kemana?" tanya Juni mengabaikan nyinyiran Lisa.

"Gramed. Yok buruan!" ucapa Bobby sambil mengacungkan helm pada Juni.

"Tumben."

Butuh waktu cukup lama untuk mereka mencapai Gramedia yang terletak di Jalan Suroto. Penyebabnya ya seperti kita tahu bahwa Jogja kini semakin padat dan macet dimana-mana, belum lagi jam-jam pulang kerja seperti saat ini. Mereka sempat terjebak macet di Bundaran UGM dan berlanjut lagi di belokan UII Cik Di Tiro serta pertigaan McD.

Udara yang panas di antara kemacetan kendaraan bermotor segera beralih menjadi sejuk AC di Gramedia. Bobby langsung saja berjalan lurus ke lantai teratas. Juni yang menengok ke deretan novel pun melipir dari Bobby. Ia refleks berkeliling ke rak yang berisi berbagai novel sastra.

"Lah malah nangkring di sini," ucap Bobby.

"Ya bentar masnya, ini ada buku barunya Oka Rusmini hlo. Kan menggoda."

"Udah ayo! Dah jam 4 nih," ucap Bobby sambil menarik lengan Juni.
Langkahnya menuju ke tangga yang menuju lantai 4. Bobby dengan santai berjalan menaiki tangga padahal di sana dengan jelas tertulis 'Staff Only'.

"Heh! Bob! Jangan ngaco deh!"

"Udah, diem aja!"

Juni bungkam dan mengikuti kemana Bobby menarik lengannya.

Setelah melewati berbagai tumpukan buku dan kardus, di anak tangga terakhir mereka menemukan pintu yang sepertinya lama tak terbuka. Bobby dengan santai membukanya dan dengan segera sinar matahari serta angin menerpa. Sebuah lantai semen yang bersih dan cukup luas terhampar.

Sesampainya di atas, "Gimana? Keren ga? Dari sini sunsetnya lebih keren daripada 311nya GKT." ucap Bobby bangga. GKT adalah Gedung Kuliah Teori dimana tadi Juni keluar dan memang diperuntukan mahasiswa yang kuliah teori sebagaimana jurusan Juni.

"Pokoknya gue gak tanggung kalo ntar diciduk satpam. Mana kantor polisi cuman seberang situ lagihh"

"Udah sih. Sans. Satpamnya kenal gue kok."

"Gue kira lo mau beli buku."

"Ya ngapain coba gue beli buku di Gramedia? Mending ke Togamas. Udah pembagian per raknya jelas, ada diskonannya juga."

Mereka yang tenang-tenang menantikan matahari terbenam dikejutkan oleh kriett suara pintu yang terbuka. Benar saja, seorang dengan muka garang dan badan besar berseragam satpam datang membawa pentungan ke arah mereka.

"Ngapain di situ Mas?"

"Eh, Pak. Ngadem, Pak. Ehehe."

"Kalian mau maling ya? Atau mesum?"

"Eng... Enggak, Pak." jawab Bobby disertai gerakan merogoh kantong. "Pak, rokok Pak?" tawar Bobby.

Tatapan garang itu tak lekas hilang dari raut wajah satpam dengan label nama Suparno itu.

***

Muka Juni ditekuk antara malu dan sebal, tapi terselip juga rasa geli.

"Ya mana gue tau kalo satpamnya ganti shift," ucap Bobby tanpa sesal setelah hampir 2 jam mereka ditahan dan diinterogasi.

"Bodo."

"Jan marah, gue traktir nasgor kambing Kridosono deh."

"Hm."

tbc
🌊🌊🌊

Bobby, Juni dan JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang