Kaum Burjois (1)

9 1 0
                                    

"Udah molornya?"

Juni baru saja sadar dari tidurnya. Ia menguap dan meregangkan badannya.

Badannya terasa kaku lantaran posisi tidurnya menelungkup di atas meja burjoan. Muka ngantuk Juni lengkap dengan rambut acak-acakan dan bibir cemberut pasti membuat orang yang tak kenal akan menganggap ia galak dan judes.

Juni terlalu lelah dan mengangantuk. Tugas Membaca Sastra mengharuskan ia membaca masing-masing 20 novel, naskah drama dan kumpulan puisi, ditambah dengan mereviewnya. Itu sebabnya malam Juni tak pernah tenang karena harus mengejar target menyelesaikan 60 buku dalam 1 semester plus reviewnya.

Alhasil, tiap malam Juni menghadap laptop dan tumpukan buku sastra miliknya dan juga hasil pinjam perpus ataupun katingnya. Kadang ia kerjakan di kamar kosnya, ruang tamu kos dengan Bobby sebagai anjing penunggu dan penganggu, kadang melipir ke café wilayah Seturan tetap dengan anjing penunggu yang sama. Kalau begini, sepertinya bisa dipastikan jika minus matanya akan bertambah semester ini.

"Penyakit emang lo tuh. Tiap abis makan, kena nyender dikit langsung molor."

Juni diam, tak peduli. Ia sibuk mengusap mukanya juga mengucek-ucek matanya. Matanya masih terpejam. Sementara tangan Bobby terulur merapikan helaian rambut Juni yang mengembang.

"Mending sih, daripada kena nyaman dikit langsung baper," balas Juni sambil meneguk es susu putih yang sudah cair.

"Bangsat!" desis Bobby disertai toyoran pelan pada jidat Juni. Sedangkan yang ditoyor malah tertawa renyah.

Bobby, Juni dan JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang