Sandal

11 0 0
                                    

Mereka sampai di tujuan, memarkirkan Ovan, menyapa tukang parkir (ini sih Bobby doang), beli es koling, beli sosis bakar, dan duduk di trotoar. Kali ini bukan di sisi utara, tapi di sisi barat dan lebih dekat ke selatan.

Bobby memenuhi janjinya, membelikan es kopi dan sosis bakar. Oh ya, arum manis juga.

"Hhhh" Juni menghela nafas.

"Kenapa?"

"Gak abis pikir. Kok bisa-bisanya gitu loh?" Juni menggelengkan kepala tak percaya. "Bisa gitu dompet jatoh sampe gasadar. Mana ngajak makan pulak." lanjut Juni setengah meledek.

"Udahlah, gausah dibahas lagi anjeng. Udah gue traktir juga lo."

"Oh jadi nraktirnya gak ikhlas?"

"Gak gitu ihhh" ujar Boby sambil cemberut.

"Hahahaha" Juni tertawa puas.

Juni melanjutkan makannya, sedang Bobby mulai menyalakan rokoknya. Mata Juni berkeliling ke segala arah. Anak-anak yang berlarian. Orang-orang yang berkumpul. Gelembung yang berkilat di bawah jingga cahaya lampu. Rumput hijau yang juga terkena cahaya jingga. Nggak ada yang salah hingga mata Juni menatap sepasang kaki di sampingnya.

"Bob."

"Hm?"

"Sendal lo selen."

Mata Bobby kini juga tertuju pada kakinya. Sendal kanan merk swallow warna hitam, sendal kiri merk new era warna hitam.

"HAHAHAHAHAHAHA"

Juni sudah ngakak sejadi-jadinya. Suara tawanya menggelegar membuat beberapa pasang mata menatap Juni aneh. Bobby kikuk, tangannya dengan cepat bergerak membungkam mulut Juni sedang tangan lainnya menyangga tengkuk Juni.

"Diem lo! Dikira edan atau kesurupan malah riweh!"

"Hmmpp!" Juni memberontak. Tangannya menarik paksa tangan Bobby yang membungkam mulutnya.

Mereka gelut sebentar. Bobby yang terus membungkam Juni, dan Juni yang berusaha melepaskan diri. Juni menggigit tangan Bobby dan lepaslah cengkraman Bobby.

Setelah berhasil lepas, Juni masih dengan sisa tawanya berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Keseimbangan Juni hilang, dia merebahkan badannya ke trotoar, tak peduli dengan orang yang memandangnya aneh atau malah mengira Juni benar-benar kesurupan.

"Lo lucu banget sih Bob." ucap Juni terjeda tarikan nafas panjang sebentar. "Udah ngajakin orang makan tapi gabawa dompet, dompet jatohnya di depan kontrakan, sekarang pake sendal selen." lanjut Juni panjang lebar.

Juni masih dengan senyum di bibir juga sedikit suara tawa menatapi langit dengan satu dua bintang dan sesekali memejamkan matanya. Ia masih tak habis pikir dengan kelakukan Bobby.

"Ada-ada aja sih lo," ucap Juni final sedangkan Bobby sibuk berpikir bagaimana cara menghambat agar cerita ini tak menyebar ke seluruh penjuru fakultas.


tbc

Bobby, Juni dan JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang