Sakit (2)

5 0 0
                                    

"Bob? Dimana?"

Juni menelepon Bobby yang sepagian ini tak nampak di kisaran kantin maupun fakultas. Semua orang menanyakan keberadaan kepada Juni. Masalahnya Juni sejak kemarin siang tak berhubungan dengan Bobby. Bertanya dengan Johan atau June pun nggak akan memberikan titik temu karena yang ada Juni malah menarik urat emosi.

"Hm?" jawab suara serak di seberang sana.

"Dimana lo?"

"Kontrakan. Gue pusing."

"Hah? Lo sakit? Kok gak bilang?"

"Demam kayaknya."

"Kok kayaknya? Di kontrakan ada siapa? Jangan bilang gaada orang."

Sepi tak ada jawaban dari seberang. "Ya udah gue ke situ. Belom sarapan kan lo? Mau makan apa? Soto? Sop? Bubur?"

"Terserah."

Dalam waktu beberapa menit Juni sudah mendapati Bobby yang bergelung dalam gulungan selimut di antara tumpukan pakaian yang berantakan. Juni melepas helmnya dan menaruh kantung plastik berisi makanan.

"Bob, bangun. Gue bawain makanan sama obat nih," ucap Juni sembari menepuk bahu Bobby. Yang ditepuk bergeming. Mata kecil itu terbuka sedikit dan desahan keluar dari mulut.

Juni beralih ke dapur, menyiapkan bubur ayam yang ia beli juga teh anget. Saat ia kembali ke kamar Bobby, Bobby sudah duduk meski dengan mata yang setengah terpejam. Saat Juni menyodorkan semangkuk bubur ayam, Bobby hanya membuka mulutnya dan membuat Juni berdecak sebal.

"Kok bisa sakit tuh gimana?" tanya Juni menyelidik.

"Ya namanya manusia Jun, pasti bisa sakit.. Aww! Sakit Jun!" teriak Bobby. "Ini namanya penyiksaan kepada orang sakit ya!"

"Makanya jawab yang bener."

"Iya. Kemarin keujanan."

Juni diam. Karena Juni sudah tahu pasti alasan kenapa Bobby kehujanan. Pria itu hanya punya satu mantol di jok Ovan. Jika ia pergi kemana-mana saat hujan, ia akan memakainya. Kemarin memang hujan dan Bobby pergi entah kemana. Jika ia tak memakai mantolnya, maka orang lain yang membonceng ia lah yang memakainya.

"Terus-terusin aja ujan-ujanan, terus sakit, biar mampus lo pas begini ini ditinggal sendirian di kontrakan." jawab Juni galak dan terus menyuapkan suapan besar bubur ayam ke mulut Bobby.

"Ya kalo sakit kan ada elo yang ngurusin," cicit Bobby pelan.

Mendengarnya Juni pun diam. Ia memandangi Bobby yang sedang asik mengunyah dengan jengah. Ia letakkan sendoknya dan menghela napas kasar yang membuat Bobby menengok kaget. Juni meletakkan mangkok yang masih tersisa setengah isinya ke pangkuan Bobby.

"Loh? Kok udah disuapinnya?"

"Gue mau beres-beres kandang babi dulu," jawab Juni sembari beranjak membereskan pakaian dan barang-barang yang tersebar tak karuan di seluruh penjuru kamar.

Sesaat suasana senyap dengan Bobby yang sibuk makan dan Juni yang beberes. Tak lama kemudian suara motor diparkirkan dan keributan lainnya muncul dari pintu depan.

"Loh? Nyai rajin amat beberes kamar suami?"

Di depan pintu kamar Bobby muncul dua wajah jenaka June dan Johan. Dan tadi itu ucapan June.

"Diem lo kalo gak punya kepekaan temen sekontrakannya sakit." ucap Juni dalam sekali tarikan dan nada datar.

Juni melanjutkan beres-beresnya sedangkan Johan mulai bicara, "Loh lo sakit Bob? Udah makan? Udah minum obat?"

"Udah gue beliin obat." ucap Juni ketus.

Bagai terdakwa yang salah bicara di persidangan kasus percobaan pembunuhan, Johan diam. June yang ada di sampingnya hanya menyenggol Johan dan saling pandang. Baiklah, mereka harus menutup mulut besar mereka demi kelangsungan hidup mereka beberapa waktu ke depan.

Bobby, Juni dan JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang