Empat puluh lima

6.1K 231 45
                                    

Happy reading ✨

***

Hari-h

Alda sudah siap dengan segala peralatan kemahnya dengan diantar Mang Udin ke sekolah.

Dari rumah sampai ke sekolah Alda terus mengecek ponselnya, apakah ada notif dari Aldi? Tapi nyata sampai sekarang Aldi belum memberikan kabar padanya. Pikiran Alda sudah kemana saja terhadap Aldi, Aldi kemana? Apa Aldi baik-baik aja? Apa yang terjadi sampe Aldi gak kasih kabar? Apa lagi nggak ada kuota, terus dirumahnya juga WiFi nya eror,Jadi gak sempet kasih kabar? Ah tidak mungkin anak CEO kehabisan kuota atau bahkan WiFi rumah eror.

Alda berusaha terus berpikir positif tentang Aldi. Mungkin dia sudah sampai duluan disekolah dan hendak memberikan kejutan pada dirinya.

"Sudah sampai Non" ucap Mang Udin.

"Ah iya Mang" ucap Alda sadar dari lamunannya.

Alda turun dengan dibantu Mang Udin menurunkan barang-barang milik Alda.

"Yaudah Mang Alda masuk dulu ya, assalamualaikum" ucap Alda mencium punggung tangan Mang Udin.

Mang Udin kaget dengan perilaku Alda, hanya bisa menahan salah tingkah.

"Iya Non waalaikumsalam, hati-hati Non" ucap Mang Udin.

"Siap Mang" Alda mulai menjauh dari Mang Udin dan masuk kedalam area sekolah.

***

Alda berjalan melewati koridor sambil mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Aldi. Sampai nya ia dikelasnya tak juga menemukan Aldi, ia coba mencari teman-teman Aldi dan menanyakan keberadaan Aldi, mereka bilang tak tau dan harapan Alda adalah Dewa, ia adalah sahabat paling dekat Aldi pasti saja ia tau keberadaan Aldi.

Alda mencari keberadaan Dewa dan menemukan di kantin sedang berasa Disti dan yang lainnya.

Alda menghampiri meja mereka sambil mengembangkan senyumnya.

"Hai Da" sapa Dewa.

"Gabung sini Da" ajak Angga.

"Iya" jawab Alda.

"Dew gue boleh ngomong bentar gak sama lu?" tanya Alda sambil melirik ke arah Disti yang sedang fokus pada ponselnya.

"Boleh, mau ngomong apa?"

"Kalo ditempat lain boleh?"

"Oh boleh boleh, mau dimana?"

"Ayo ikutin gue aja" seru Alda.

"Ngokey"

Dewa memiringkan tubuhnya menghadap Disti yang masih fokus pada ponselnya, Dewa mengangkat dagu Disti agar menghadap dirinya.

"Gue ada urusan bentar sama Alda, gue tinggal gak papa kan? Cuma sebentar kok" ucap Dewa masih memegang dagu Disti.

"Gue nunggu di perpus aja kalo gitu" dingin Disti.

"Kok gitu?"

"Yaudah Deh Dew lain kali aja gue ngomong nya"

"Kalo kalian mau ngomong ya ngomong aja gue mau ke perpus ada yang mau gue pinjem" ketus Disti bangkit dari duduknya meninggalkan kantin.

ALDANIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang