Empat puluh satu

4.1K 193 15
                                    

Happy reading ✨

***

"Ayo Di, ke kantin," ajak Alda.

"Urusan lu sama Dimas udah kelar?."

"Udah kok."

"Yaudah deh ayo."

Aldi berdiri, menggenggam erat tangan Alda, dan berjalan keluar kelas. Alda hanya diam tanpa berkutik.

Drett
Ponsel Aldi bergetar disaku bajunya.

"Hallo," Aldi mengangkat telpon.

"Hallo Di, lu lagi sama Alda gak? Kalo iya lu jaga jarak dulu, ada yang mau gue omongin tentang dia," ucap Dewa disebrang sana.

"Bentar ya Da," ucap Aldi melepaskan genggaman tangannya dan memberi jarak pada Alda.

"Iya kenapa?."

"Lu tau kan mereka lagi berantem, nah gue punya ide buat bikin mereka nyatu lagi. Kalo cuma kita nasehatin mereka pasti masih ada rasa gengsi, mending kita yang pancing mereka buat ngungkapin maaf."

"Oh okh deh tar kita omongin lagi pas pulang sekolah."

"Yaudah tar gue kerumah lu, kita aja anak yang lain."

"Yaudah gue tutup."

Aldi menutup telponnya dan kembali ke Alda.

"Dari siapa?."

"Ah tadi Dewa, ngajak gue main pulang sekolah."

Alda hanya ber "oh" ria dan mengangguk.

"Yaudah ayo, lu kan belum sarapan dari tadi pagi."

Aldi kembali menggenggam tangan Alda dan berjalan menuju kantin.

***

"Yaudah yuk ke kelas, gue ngantuk," ajak Dewa.

"Yaudah deh ayo."

Mereka keluar kantin, saat dikoridor mereka tak sengaja berpapasan dengan Alda dan Aldi.

"Hai Dew, Hai Dis," sapa Aldi.

"Haii."

"Kalian abis dari kantin? Gue baru juga mau kesana."

"Di kita duluan ya, byee," pamit Disti menarik lengan Dewa.

"Tuh kan dianya aja yang selalu ngehindarin gue, gimana gue mau nyelesain masalah."

"Lu nya aja gak senyum, coba kalo tadi senyum."

"Alah gak ngaruh."

"Yaudah ayo ah gue laper."

"Yaudah iya."

Mereka berjalan kembali menuju kantin.

ALDANIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang