sembilan belas

5.4K 261 14
                                    

Happy reading ✨

***

Aldi pulang kerumahnya dengan perasaan campur aduk, dilain sisi ia senang atas perlakuan Alda padanya, namun dilain sisi pula ia merasa sakit hati karena pernyataan Alda.

Aldi berjalan tanpa menghiraukan panggilan bundanya, setelah sampai dikamar, ia langsung menutup pintu dan menguncinya. Ia menjatuhkan tubuhnya ke kasur size king miliknya, sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Aggghhh!!!! Apa gue gak punya kesempatan buat ada di hati lu?! Apa lu gak tau perasaan gue?! Apa lu gak tau alesan gue mau ngikutin persetanan yang lu buat?!," teriak Aldi.

Lia yang mendengar Aldi berteriak langsung menghampiri kamar Aldi dan menggedor-gedor pintu kamarnya, namun tak ada jawaban dari Aldi. Lia semakin panik takut terjadi apa-apa pada putra sulungnya, ia langsung berlari menghampiri suaminya yang ada diruang kerjanya.

"MASS!," teriak Lia.

"Apa sih kamu nih teriak-teriak? Berisik!."

"Aldi... Aldi mas."

"Kenapa dengan anak itu?."

"Aldi teriak-teriak dikamar."

"Biarkan saja, mungkin dia sedang patah hati! Dulu pun aku seperti itu, kalo patah hati."

"Patah hati karena siapa kau?."

"Ya karenamu lah, karena siapa lagi?."

"Bukan kan karena wanita yang sering bersamamu waktu SMA?."

"Tampaknya kau terlihat cemburu."

"Aku? cemburu? Ya jelas lah."

"Yasudah aku sudah cape berkerja, ingin dimanja," rengek Adam memeluk Lia.

"Kau nih ya."

"Ayoo."

Lia hanya mengangguk dan tersipu malu. Tanpa komando, Adam langsung menggendong Lia ala bridal style menuju kamar mereka.

"Aku ingin Aldi memiliki adik," ucap Adam.

"Hey, aku pun ingin,"

"Yasudah ayo," mereka sudah sampai kamar dan langsung mengunci pintu, Adam membaringkan tubuh Lia di kasur dan mematikan lampu kamar.

***

Aldi termenung di balkon kamarnya menatap indahnya bulan purnama.

"Apa gue masih bisa buat dapetin lu? Apa gue masih bisa berpura-pura jadi pacar lu? Dan sampe kapan gue terjebak di persetanan kaya gini?," Aldi semakin tak karuan, perasaan dan pikiran tak sejalur.

"Lu masih sayang sama Dimas?," tanya Aldi iseng.

"Sebenernya gue gak pengen rasa itu masih ada, tapi gue gak bisa ngilanginnya" ucap Alda menatap kearah balkon.

"Intinya?."

"Iya gue masih sayang sama Dimas, tapi rasa itu gak sebesar dulu."

Jleb.
Seperti ada yang menusuk dada Aldi, rasanya Aldi ingin pergi dan meninggalkan Alda, namun ia tidak ingin pergi sebelum mendengarkan semua pernyataan Alda.

ALDANIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang