📚 3. Lelaki Agamis

5.9K 440 16
                                    

Laki-laki ini memberhentikan motor Vespanya mendadak, membuat Dila yang dibonceng seketika memegang ujung almamater kampus milik laki-laki ini. Dila segera melepaskan tangannya. Laki-laki ini turun dari motor Vespanya lalu segera melihat kucing yang hampir ditabraknya tadi.

Laki-laki tersebut menghampiri kucing yang hampir ditabraknya dengan senyum getir, menggedong kucing itu seketika lalu mengelus kepalanya lembut. Kucing itu nampak merasakan dengan nikmat belaian tangan laki-laki itu di kepalanya, terlihat dari kucing itu sampai dibuat menutup matanya akibat belaian halus tangannya.

"Ini punya kamu, Dek?" tanya laki-laki itu sambil mensejajarkan tingginya dengan gadis kecil berkepang dua yang kerap menangis, mungkin ia mengira bahwa kucingnya itu akan mati ditabrak oleh laki-laki tersebut.

"Iya, Om ini punya Nana," ucapnya sambil mengambil alih kucing itu dari dekapan laki-laki tersebut.

Laki-laki tersebut tersenyum tipis, mengelus rambut hitam berkepang dua yang kini ada pada hadapannya itu, "Maafin Om, ya? tadi Om gak lihat kucing kamu, soalnya hujannya deras banget, kamu sekarang masuk rumah ya? hujannya deres loh nanti kalau kamu kebawa hujan gimana?"

Gadis kecil itu memajukan bibir bagian bawahnya beberapa centi ke depan, pipinya mulai membesar mungkin, dia sedikit tak setuju akan perintah laki-laki ini.

"Om, kan Nana udah pakai jas hujan, jadi gak apa-apa toh diem di luar rumah?" tanyanya sambil mengelus pipi kucingnya lembut.

"Kamu, gak kasihan sama kucingnya? kan dia kehujanan? nanti kalau sakit?" tanya laki-laki itu sambil mengelus rambut Nana lembut.

"Om baik banget, perhatian sama Babal, makasih ya, Om," ucapnya sambil memeluk laki-laki itu erat, lalu dua detik kemudian dilepaskan oleh gadis itu.

"Sama-sama, cantik. Sekarang masuk, ya?" perintah laki-laki tersebut lalu diangguki oleh gadis mungil sekitar empat tahunan itu, tak lama sang hadis telah menghilang dari padangan keduanya.

Jangan lupakan jika sedari tadi Dila memperhatikan aktifitas laki-laki tersebut dengan gadis tadi. Sudah dua kali sejak bertemu sekitar puluhan menit yang lalu Dila terpesona. Sebelumnya, Dila tak pernah terpesona seperti saat ini terhadap seorang laki-laki.

Dila menatap kosong ke aspal , sambil mengingat kejadian beberapa detik yang lalu, ia sangat terpesona sangat-sangat terpesona. Berjumpa dengan seorang laki-laki yang bersifat ke-ayahan seperti dia, laki-laki yang sangat menjaga jaraknya dengan wanita yang bukan mahramnya, sangat-sangat lelaki yang agamis.

"Ya Allah, terima kasih telah mempertemukan hambamu dengan laki-laki seberiman dia, hamba bersyukur," batin Dila sambil memegang ujung kerudungnya dan menunduk.

"Bisa, turun? saya mau naik," ucapnya yang mampu menyadarkan Dila dari diamnya.

"B--bisa, kok."

•••

Sekitar tigapuluh menit berjalan, Dila pun sampai di pekarangan kos-kosannya. Namun, laki-laki ini terus saja berjalan, tak berhenti di pekarangan kos-kosan.

"Kak, kelewatan," ucap Dila yang membuat motor Vespa ini berhenti mendadak.

"Maaf, saya tidak tahu," ucapnya.

"Sampai sini saja, Kak. Udah dekat kok," ujar Dila sambil turun dari motor.

"Naik lagi," perintahnya sedikit dingin, membuat Dila naik lagi ke motor Vespa yang berjokmotor lumayan pendek ini.

"Tempat tingalmu, yang mana?" tanyanya sambil menghidupkan mesin motornya.

"Rumah di samping tiang listrik, Kak," ucap Dila yang membuat laki-laki ini berputar arah.

Takdirku Untukmu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang