📚 5. Tas Milik Rafa

4.1K 394 194
                                    

Dila terheran, ketika melihat satu buah pisau menggantung di jendela, pisaunya masih bersih seperti belum digunakan sama sekali oleh pemiliknya. Dila mendekat kepada jendela, melepas ikatan pada pisau itu lalu di atas jendela ada sebuah surat, jadi Dila membukanya.

Untukmu Calon Mayat Nanti Malam.

Matilah dirimu nanti malam, aku menunggumu di teras rumahmu nanti malam. Jangan mengajak siapa pun waktu itu, atau anak-anakmu akan pergi ke tangan Tuhan melalui pisau ini.

Dila kaget ketika membaca surat itu, lalu Dila pergi ke teras rumahnya yang lebih tinggi dari pada jalan sambil berpikir keras apa maksut surat ini.

Nampak berbagai tanaman ada di teras, Dila duduk sejenak di bangku sambil merenungi isi surat yang dipegangnya itu.

Setelah berpikir keras, kini Dila tahu apa maksut surat ini. Di dalam surat ini tertera kata 'anak' jadi, siapa yang mempunyai anak? Sarah bukan? lalu surat ini menunjukkan agar pergi ke teras rumah, Sarah mengalami insiden jatuh itu tepat ada di teras. Dila paham, ada seseorang yang menganggu kehidupan Sarah kala itu.

Dila masuk ke dalam rumah sambil menarik napas panjang, berpikir siapa yang mengirimkan surat itu, tak lama Dani datang sambil membawa tas pada punggungnya itu.

"Dani langsung ke atas, ya?" ungkap Dani lalu menaiki tangga satu per-satu.

"Oke, abis ini turun terus kita makan," titah Dila yang diangguki oleh Dani cepat.

•••

Dani tiba di lantai bawah, mengenakan kaos oblong serta celana abu-abu seragam sekolahnya itu, lalu Dani menyusul Kakaknya di meja makan yang tengah menata makanan.

"Kakak masak, hm?" tanya Dani sambil duduk di sebelah Dila.

Dila menatap adiknya lalu mengendipkan matanya tanda bahwa Dila yang masak kali ini.

Dani menyantap nasi goreng pada piringnya lahap, Dila pun begitu. Kini, suasana sedikit canggung tak seperti kala itu, kala di mana keluarganya masih utuh sempurna.

"Kok asin?" ungkap Dani di tengah-tengah kecanggungan.

"Ha? padahal garamnya dikit, Dek?" ucap Dila lalu menyicipi nasi goreng di piring Dani.

Dani terkekeh, lalu tawa Dani pecah kali ini.

"Kok ketawa sih? ada yang salah," tutur Dila sambil menatap Dani intens.

"Enggak ada, cuman ekspresinya itu loh, Kak langsung panik padahal, kan cuman gara-gara kata 'asin' panik banget," ucap Dani lalu terkekeh.

"Nyebelin ....," lirih Dila sambil melahap nasi goreng di piringnya.

"Gak usah ngambek," ujar Dani sambil menarik tangan Dila yang tengah memegang sendok.

"Siapa juga yang ngambek, udah cepet ih habisin nasi gorengnya," titah Dila namun Dani beralih duduk di depan Dila, kini mata Dani menatap mata Dila intens membuat pipi Dila merah merona karena sudah lama tak berkumpul dengan Dani.

"Jangan natap Kakak gitu dong, Dan," ucap Dila sambil menatap Dani tajam.

"Biarin, sekali-kali nyeselin sama Kakaknya," ujar Dani lalu bertingkah semacam anak kecil, bagaimana tidak? dirinya tiba-tiba mengeluarkan lidahnya laku berjoget-joget tak jelas.

"Dani? udah ih cepet habisin Kakak mau ke kosan abis ini," ujar Dila yang membuat Dani sontak terdiam lalu memegang tangan Kakaknya yang tengah memegang sendok itu.

"Kakak mau balik ke sana?" tanya Dani memelas.

"Iya, kamu udah gede, udah bisa ngurus diri sendiri," tegas Dila yang membuat wajah Dani sedih bercampur memelas.

Takdirku Untukmu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang