"Siti Khadijah atau Fatimah Az-zahra?"
•Nabilla Atmarini•Kali ini Dila membangunkan Safa dan Yesika yang tidur di pojok musholla itu, tangan Dila menepuk pundak keduanya bergantian. Lalu keduanya pun membuka matanya dengan cepat.
"Bangun, jam istirahat sudah habis," titah Dila sambil melipat mukenanhnya dan menyimpannya dalam tas
"Aih, ini jam berapa sih?" tanya Safa dengan mata yang masih sayup
"Ini sudah jam setengah dua, kalian berdua sudah tidur lama," ucap Dila
"Kayak masih 15 menit ya, Yes," ujar Safa lalu Yesika mengangguk cepat
"Udah deh, cepat beres-beres nanti keburu dibuka lho, tokonya sama Umi Bilbil," titah Dila sambil memakai sepatunya di luar musholla
Safa dan Yesika segera melepas mukenahnya, keduanya menjadi tergopoh-gopoh karena sang Umi ada di depan musholla sekarang. Nampak Umi Nabilla biasa saja, mereka berdua saja yang terlalu anggap serius.
"Yesika, Safa jangan terburu-buru gitu, Umi gak akan marahin kalian kok,' ucap Umi lalu kedunya menyengir kuda tak jelas
"Fa, ke depan gih! ada yang mau pesan," titah Umi
"Baik, Umi."
--
Kerudung pasmina Hana berantakan, keringat bercucuran di keningnya itu, tangannya mengepal disertai bibir geramnya itu. Jangan ditanyakan lagi Hana kenapa, kalau bukan sehabis berkelahi dengan Fahmi -- Kakaknya yang amat jahil itu.
Fahmi kali ini tak mau kalah, dia masih saja komat-kamit tak jelas sambil melotot kepada Hana yang sedari tadi ingin mencubit Kakaknya karena Fahmi telah menghabiskan kue kesukaan Hana pemberian dari Umi Nabilla tadi di toko kue.
Jangan tanyakan kini bagaimana keadaan Uminya -- Fasha. Ia mencoba melerai keduanya tetapi masih saja begitu, pusing kepala Umi.
Sampai sang Rafa menawarkan Hana untuk dibelikam kue lagi, pertikaian antara dua bocah cilik sengit itu berakhir. Betapa tentramnya hati Umi Fasha.
"Kalian berdua diam, Om nanti akan bawa kue yang kalian jadi bahan berantem dari tadi," ucap Rafa sambil masuk ke dalam mobilnya itu
--
Pintu kaca toko kue Umi Nabilla terbuka, lalu nampak pemuda tinggi nan gagah menuju ke arah kasir dan ternyata itu adalah Rafa.
Dila yang tengah ada di bagian kasir, melihat Rafa menuju ke arahnya membuat Dila menelan salivanya susah payah. Tanda bahwa Dila gugup saat ini.
"Tolong ambilkan saya kue seperti ini," titah Rafa sambil menunjuk satu foto kue terpanjang di meja kasir
"Baik tuan, tunggu sebentar," ucap Dila lalu pergi ke dapur meninggalkan Rafa
Rafa duduk di kursi depan kasir, matanya mengamati sekitar. Wajahnya agak kelelahan kali ini, pasalnya dia sehabis daftar untuk pekerjaan pengacara dan itu banyak menguras tenaga.
"Ini tuan, kue pesanannya," ungkap Dila menahan segala kegugupannya
Rafa menatap ke kue yang dia pesan tadi, lalu berkata, "jadi berapa?"
"Dua ratus tujuh puluh lima, tuan."
Rafa membuka dompetnya, menyerahkan uang sesuai kata-kata Dila tadi. Ia berdiri dari duduknya dan ada seseorang perempuan yang tiba-tiba saja ada di belakang Rafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirku Untukmu (END)
Romance📚 Spiritual - Romance "Saya gak gigit kok, gak perlu takut," ucap Rafa di tengah-tengah kesunyian mobil, membuat Aida tercenggang. Dila yang sedang menunduk sambil memegang erat cardigannya sontak menatap ke arah depan, mendapati suara tawa Aida d...