"Dek mau ke mana?" tanya Rafa yang tengah sibuk dengan laptopnya itu sedangkan Dila tengah memakai kaos kaki warna kulit
"Mau ke kampus, mas," jawab Dila lalu menenteng tas sambil menyalimi tangan suaminya
"Dek, kan kamu ambil cuti tiga hari bukan? ini masih satu hari, kenapa adek masuk kampus?" tanya Rafa lalu memgang pergelangan tangan Dila
erat"Mas, adek mau nuntut ilmu, mas izinin Dila ke kampus ya?" pinta Dila wajahnya nampak lemas
Rafa berdiri dari duduknya, menatap mata istrinya intes lalu berkata, "ya sudah mas bolehin, pulangnya jangan terlalu sore."
"Enggak sore kok, paling-paling sebelum dhuhur udah pulang, adek cuman bimbingan saja," timpal Dila sambil keluar dari kamar sambil mengucap salam
"Dek, mau mas antar?" tawar Rafa lalu Dila menggelang cepat
Rafa membalikkan badanya lalu duduk dan sibuk dengan laptopnya lagi. Jarinya lihai di sana, memencet beberapa papan ketik untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tak lama, pekerkaannya selesai. Segera ia pergi ke lantai bawah untuk sarapan pagi tanpa istirnya yang berangkat terlebih dahulu ke kampus. Sifat Dila sedikit dingin namun tetap peduli terhadap Rafa semenjak masa lalu Rafa datang di tengah-tengah kehidupannya.
Tudung saji itu dibuka oleh Rafa kemudian mendapati berbagai lauk tertata rapih di meja makan ini. Semuanya masih utuh, tanda bahwa Dila berangkat ke kampus tanpa makan pagi.
Keinginan Rafa untuk makan tiba-tiba hilang, berpikir bahwa istrinya pergi tanpa sarapan. Jadi, ia membuat sandwich berserta susu putih untuk dia makan secara cepat. Rafa juga menyiapkan dua sandwich berbentuk love untuk mengantarkannya kepada Dila di kampus.
Rafa segera menyambar kunci mobil dan menjalankannya menuju arah kampus yang dulu Rafa juga pernah berkuliah di sana. Waktu menunjukkan pukul delapan limapuluh enam, Rafa berpikir pasti di jam seperti ini Dila tengah ada di kelas. Jadi, ia menunggunya di kantin kampus sambil membaca novel milik Dila yang sengaja ia bawa dalam tasnya, pasalnya Rafa sangat penasaran dengan isi novel keluaran tahun 1990an yang merupakan novel kesukaan Dila, istirnya pun membaca novel ini bukan hanya satu kali tapo berkali-kali dan tidak ada kata bosan.
Sudah tiga jam di sini sampai Dila melewatkan sarapan pagi, akhirnya waktu untuk pulang pun tiba. Rafa segera menutup novel itu dan memasukkannya dalam tas. Ketika melangkah Rafa tak sengaja menabrak seseorang karena ia sedang menutup tas.
Brak
Semua buku yang dibawa oleh seorang gadis bercadar itu runtuh ke lantai. Rafa yang menyadarinya segera mengumpulkan semua buku yang berjatuhan di lantai lalu memberikannya kepada si gadis bercadar yang ada dihadapannya.
Rafa sempat melihat mata gadia bercadar ini, bentuk matanya juga tatapannya tak asing lagi bagi Rafa. Lalu, Rafa ingat siapa wanita di balik cadar ini. Rafa segera menaruh buku-buku itu di meja kemudian membalikkan badannya berjalan menjauhi sang gadis bercadar itu.
"A Rafa?" sapa wanita bercadar itu yang bersuara sedikit serak
Rafa memberhentikan langkahnya, menghela napas pelan menahan untuk tak menoleh ke wanita bercadar yang menyapanya. Kemudian Rafa berjalan lagi menjauhinya, langkahnya terhenti lagi ketika wanita bercadar ini dengan berani-beraninya memegang ujung hoddie Rafa.
"A Rafa masih marah sama Neng Masyithah?" tanya gadis itu yang tak lain adalah Masyithah, masa lalu Rafa
"Lepaskan tangan kamu! kita bukan mahram!" sarkas Rafa yang membuat Masyithah melepaskan tangannya cepat
"Aa Neng teh mau m--" ucapnya terpotong
"--Jangan sentuh suami saya! mbak bukan mahram untuk suami saya!" sarkas Dila yang tiba-tiba ada di belakang Masyithah
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirku Untukmu (END)
Romance📚 Spiritual - Romance "Saya gak gigit kok, gak perlu takut," ucap Rafa di tengah-tengah kesunyian mobil, membuat Aida tercenggang. Dila yang sedang menunduk sambil memegang erat cardigannya sontak menatap ke arah depan, mendapati suara tawa Aida d...