📚 17. Alhamdulillah Halal!

4.4K 350 44
                                    

Pernikahan adalah hari yang sakral untuk sepasang insan yang telah ditakdirkan bersatu oleh Allah.

Sebuah gaun berdiri tegak bersama manekin di pojok ruang kamar Dila dan Aida, nampak sangat bersih dan indah. Apalagi nanti, ketika disandingkan dengan kemeja putih milik sang calon imam, bukan indah lagi tapi syahdu.

Aida mengambil gaun itu dari manekin, melepasnya lalu menempelkan ke badan Dila dan itu sangat-sangat terlihat pantas. Wajah Dila sudah dibaluti oleh make up tipis yang amat sedang, menambah kecantikannya. Tak lama, Dila memakai gaun syar'i itu dengan pelan-pelan supaya tak mengenai balutan make up tipis yang telah dirangkai oleh Aida sejak habis subuh tadi, karena acara akad akan dilaksanakan pada setengah delapan. Mungkin sebagaian orang mengatakan bahwa pukul akas itu teramat pagi, tapi tidak untuk Rafa karena para keluarga takut menindas sholat jum'at nantinya pada siang hari.

Gaun syar'i telah terpasang di tubuh Dila dengan kerudung putih senada dengan gaun syar'inya itu. Senyum Aida merekah, melihat gadis yang baru saja ia kenal satu tahun yang lalu kini akan meninggalkannya sendirian. Aida sangat menyayangi Dila, dia sudah mengaggap Dila sepeti Kakaknya sendiri. Antara bahagia bahwa Dila akan dipinang oleh seorang laki-laki yang bahwasanya itu adalah sepupunya sendiri dan sedih karena Aida akan mempunyai sedikit waktu untuk bersama dengan Dila selepas akad karena Dila harus mengikuti sumber ladang pahalanya yaitu sang calon suami, itulah yang dirasakan Aida saat ini.

"Dil, jangan lupain Aida ya? kamu motivator Aida, kamu Bunda Aida, kamu Kak Aida, Aida sayang sama Dila hiks hiks," tutur Aida air matanya luruh dengan derasnya

"Aida, jangan bersedih ya? kita, kan akan sering-sering berjumpa di kampus," ujar Dila sambil mengelus pundak Aida yang bergetar

"Hiks hiks tapi, Aida gak mau tidur sendirian huaa, Ai takut," keluh Aida sambil merebahkan dirinya di ranjang

"Udah ih, jangan cenggeng Dila omongin sama Dani, ya soal tadi?" goda Dila sambil memakai kaos kaki berwarna kulit itu

"Ih, kamu mah iss nyebin huaa," uhaf Aida tangisannya semakin mengeras

Tok tok tok

"Assalamualaikum, Dila? Aida kenapa nangis?" tanya Husna dari luar kamar

"Waalaikumsalam, gak apa-apa Bunda biasa Aida lagi bucin," ucap Aida sambil mengusap air matanya kasar

"Aida kebiasaan, ya? jangan gitu Bunda boleh masuk?" tanya Husna

"Iya Bunda," jawab Dila

"Subhanallah, cantik kamu," ujar Husna ketika matanya mendapati Dila yang tengah duduk di ranjang bersebelahan dengan Aida

"Iya lah, kan Aida yang rias," tukas Aida sambil memakai kerudung yang senada dengan gamisnya

"Wah, pintar," lontar Husna kepada putrinya yang matanya agak sembab

"Keluarga Nak Rafa sudah datang, kamu diam di sini ya?, kamu bisa menyaksikan ungkapan akad dari layar ini," ujar Husna sambil keluar dari kamar yang bernuansa perpustakaan itu bersama Aida, kini Dila sendiran di sana

Mendengar Keluarga Rafa sudah datang, tangan Dila menjadi dingin, jantungnya berdetak lebih kencang, bulu kuduknya berdiri seperti ketika berjumpa dengan hantu.

Takdirku Untukmu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang