📚 18. Malam Itu Aku Bahagia

4.6K 299 39
                                    

Saya memilih wanita yang membuatku hidup saya lebih indah, bukan wanita yang paling indah di dunia ini

Rentetan acara sudah selesai untuk pernikah Dila dan Rafa, nampak semua orang telah kembali ke naungannya masing-masing. Kini, Dila tengah menenteng dua koper sambil menuruni tangga, langkahnya sedikit tergopoh-gopoh karena sang imam telah menantinya di teras sambil membuka bagasi mobil untuk koper milik Dila.

Rafa menoleh ke arah dalam kos, melihat sang istri keberatan membawa koper yang cukup besar itu. Segera Rafa berjalan ke letak Dila, seger mengambil alih koper tersebut.

"K--kak, saya bisa bawa sendiri," tolak Dila

"Sudahlah, ini terlalu berat biar saya saja," timpal Rafa lalu mengusap pucuk kepala istrinya pelan sambil melontarkan senyum manis padanya

"Ya sudah, sekalian yang di atas ya? ah enggak canda misuaku," goda Dila lalu Rafa mencubit pipinya pelan, merasa gemas dengan tingkah lucunya

Rafa menenteng dua koper itu sekaligus menuju arah teras, sedangkan Dila pergi menuju lantai atas untuk mengambil kardus buku-buku miliknya sambil memegang dadanya yang di dalamnya berdetak lebih kencang.

"Kak?" pungkas  ketika di depan bagasi mobil Rafa, ia membawa satu kardus lumayan besar yang berisi buku-buku

"Kenapa tidak minta tolong saya? ini berat istriku," sarkas Rafa yang tiba-tiba ada di belakang tubuh Dila lalu mengambil alih kardus itu segera memasukkanya dalam bagasi mobil

"Kamu tidak masalah, kan kalau malam ini juga Fa tinggal di rumah saya?" tanya Rafa ketika Dila masuk ke dalam mobil sedangkan Rafa masih mengunci bagasi mobil

Rafa masuk ke dalam mobilnya yang di dalamnya sudah ada Dila yang tengah sibuk dengan ponselnya, Rafa yang merasa pertanyaannya tak dijawab segera mengambil alih ponsel yang ada di tangannya itu dan segera mematikan dayanya, disimpan di tas Rafa.

"Lain kali kalau saya bicara dengarkan," ucap Rafa sambil menjalankan mesin mobil

"Maaf, Kak Fa gak bermaksut begitu tadinya mau jawab tapi tiba-tiba ada telepon dari Umi, tapi belum Fa bicara sambungan teleponnya dimatikan oleh Umi," terang Dila panjang lebar lalj menunduk meremas ujung kerudungnya

Rafa menoleh ke istrinya yang merasa bersalah itu, lalu mengusap puncak kepala Dila sampai kerudungnya berantakan, membuat Dila mendongkkan wajahnya sontak mendapati suaminya yang menatapnya dalam sambil tersenyum tipis.

"Kak, jangan natap Fa gini," ujar Dila sambil mengalihkan pandangannya menuju ke luar mobil

"Kenapa sih? kita, kan sudah halal," timpal Rafa sambil menurunkan tangannya dari puncak kepala Dila

"Tapi bikin jantung Fa marathon tahu enggak," tutur Dila

"Saya gak gigit kok, tenang saja," ungkap Rafa lalu fokus menyetir

Lampu merah terpanjang di sana, mobil Rafa pun berhenti seketika. Dila tiba-tiba meraih tangan kiri Rafa yang tengah menyetir itu, meletakkannya di pangkuan Dila. Rafa tersenyum tipis, pada Dila yang pipinya merah merona bak kepiting rebus itu.

"Kak, maafin Fa soal tadi, ya? Fa siap kok tinggal di mana pun asalkan sama Kakak karena surga Fa sekarang ada di Kakak, Fa harus taat sama suami," pungkas Dila membuat jantung Rafa berdetak kencang

"Alhamdulillah, kamu paham soal itu saya memang tak salah memilih kamu," puji Rafa yang membuat Dila tersenyum manis, Rafa pun membalasnya dengan lesung pipinya yang muncul dengan manisnya

"Fa sekarang jauh dari kata sempurna, jauh dari kata serba bisa, jadi Kakak mau bukan menuntun Dila agar bisa menjadi wanita yang shalihah?" pungkas Dila yabg membuat hati Rafa tersentuh

Takdirku Untukmu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang