"Hah?! Yang benar? Kamu gak lagi bercanda 'kan, Ris?" tanya Aida merasa tak percaya dengan ucapan Riska yang sangat heboh itu
Riska memijat pelipisnya, memasang sorot mata tajam terhadap Aida yang sangat keras kepala itu. Sekali-kali Aida mencubit pelan tangannya, terasa sakit. Jadi, ini bukan mimpi untuknya.
Aida membenamkan wajahnya pada bantal, seperti dikelilingi kupu-kupu cantik di atas kepalanya. Jangan tanyakan dia kenapa, yang pasti sedang mabuk asmara. Riska meninggalkan Aida yang senyumannya berbinar-binar itu, merasa bahwa kata-katanya tadi sangat menyenangkan jiwa Aida yang sudah lama menunggu akan moment ini.
"Hallo, assalamualaikum Bunda? Aida izin ke rumah Dila boleh, ya? Soalnya lagi ada yang diomongin," pinta Aida pada Husna yang kini ada di Bandung untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan
"Waalaikumsalam, sayang iya ... boleh kok tapi jangan lama-lama, ya? Soalnya Bunda sehabis Dzuhur In Syaa Allah tiba di Jakarta," ucap Husna
Setelah mendapatkan perizinan dari Husna, ia mematikan sambungan telepom tersebut kemudian segera menyambar kontak mobil yang baru-baru ini ia beli dari hasil kerjanya di kantor.
•••
Kali ini sungguhan, bukan mimpi atau pun apa. Hal yang selama ini mereka harapkan kehadirannya, kini Allah telah mengirimkannya lewat rahim seorang istri. Beberapa menit yang lalu saat-saat menegangkan bagi mereka, mengetahui sang istri yang terus saja mengeluh mual. Sampai di mana sang suami menyodorkan alat pipih penentu, dan mendapati hasilnya. Kini, rasa risau kian mereda.
Jangan tanyakan mereka kini sebahagia apa, ini adalah bahagia paling bahagia. Ketika dua insan, menghasilkan satu insan lagi yang sudah ditakdirkan oleh Maha Kuasa untuk hadir di antara dua insan yang telah mengharap lama.
Rafa mengusap perut istrinya yang kini masih tidak ada gundukan, mengusapnya secara teratur. Sekali-kali juga menciumnya dengan penuh kasih sayang. Di dalam perut Dila, kini ada bayi kecil yang sangat ditunggu setelah empat tahun menjalin hubungan pernikahan.
"Assalamualaikum, Bang Rafa? Dila?" pekik Aida dari teras rumah
Mereka yang tengah duduk di sofa ruang tamu sontak bangkit kemudian membuka pintu rumah. Ketika mendapati Aida di depan rumah, mereka menjawab salam, segera menyuruhnya masuk ke dalam dengan senang hati.
"Kok Bang Rafa senyum terus sih? Ada apa ini? Kabar gembira?" selidik Aida terdengar penasaran
"Tanya saja pada abangmu, aku mau buat minuman dulu, kamu pasti haus bukan?" tanya Dila senyuman mania terbit di balik niqabnya
"Eh, iya nih Ai haus. Kalau bisa jus jeruk ya? Heum, maksutnya mau rekomendasi gitu."
"Dila udah tahu kali, Ai jus kesukaanmu apa," ucap Dila kemudian Aida terkekeh
"Siapa tahu lupa, kan kamu udah lama gak tinggal sama Ai. Entar dibikinin susu putih lagi saking sayangnya sama Bang Afa," celetuk Aida membuat Dila geleng-geleng kepala
"Ah enggak lah, ya sudah aku ke dapur dulu."
Dila berjalan ke dapur, mengambil buah jeruk sesuai dengan rekomendasi Aida. Tangannya mulai bergerak lihai dalam membuat jus, sambil mengelus perut yang di dalamnya ada hasil peleburannya dengan Rafa.
"Ngomong-ngomong ada apa?" tanya Aida mengecilkan suaranya
Rafa menaruh ponselnya di meja sambil berkata, "istri abang hamil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirku Untukmu (END)
Romance📚 Spiritual - Romance "Saya gak gigit kok, gak perlu takut," ucap Rafa di tengah-tengah kesunyian mobil, membuat Aida tercenggang. Dila yang sedang menunduk sambil memegang erat cardigannya sontak menatap ke arah depan, mendapati suara tawa Aida d...