📚 10. Sebuah Rasa

3.1K 307 13
                                    

"Sebuah rasa kutorehkan melalu pena di kertas ini."

Enam bulan kemudian ....

Enam bulan sudah Dila kuliah di kampus terfavorit di Jakarta, artinya ia kini sudah berada pada semester 2 kuliah. Hari minggu, seperti biasanya ia harus bekerja di sebuah toko kue, untuk memenuhi kebutuhan papan, sandang dan pangan.

Tepat di jam tujuh pagi ia sudah sampai di depan toko bercat pink bercolaborasi dengan biru ini, tokonya masih ditutup, mungkin ia terlalu pagi untuk berangkat pasalnya kuliah tengah libur akhir semester.

Ia berdiri di depan toko sambil menatap kendaraan yang tiada habis-habisnya melintas. Dila merasa bosan, memasang wajah masamnya karena sudah lama menunggu, tidak ada kursi pula. Wajah masamnya yang menatap ke arah jalan itu tiba-tiba senyumnya merekah ketika mobil merah mengkilap itu kini ada di hadapannya yang tak lain itu adalah mobil pemilik toko kue ini.

As-syahro Nabilla, seorang perempuan sekaligus bos yang selalu memakai niqab dan tak luput dari gamis panjangnya yang menyentuh tanah. Pegawai di sini lebih akrab menyapanya dengan sebutan 'Umi Bilbil'. Sosoknya sangat humoris juga penyayang membuat siapa saja yang bekerja di tokonya akan nyaman.

"Assalamualikum, Umi Bilbil," sapa Dila ketika Umi Nabilla sampai di hadapannya, lalu diciumnya punggung tangan Umi Nabilla

"Waalaikumsalam, Fa tumben kok pagi kamu ndak kuliah, hm?" tanya Umi Nabilla sambil membuka pintu toko yang terbuat dari kaca transparan itu

Umi Nabilla lebih suka memanggil Dila dengan 'Fa' potongan nama dari 'Fadilah Clarissa' hanya Umi Nabilla yang memanggil Dila dengan sebutan itu.

"Kuliahnya lagi libur, Um jadi Fa masuk bagian pagi saja," tutur Dila lalu keduanya masuk ke dalam toko kue

"Bagus kalau begitu, kamu semester berapa, Fa?" tanya Umi Nabilla

"Semester dua, Um," jawab Dila sambil menuju arah dapur lalu Umi Nabilla mengikutinya

"Dila langsung bisa bikin kue sekarang, kan?" tanya Dila menatap Umi Nabilla

"Iya, ya sudah Umi bantuin ya?" kata Umi sambil mengambil beberapa tepung dari kulkas

"Eh, Umi itu bos jadi Umi gak perlu bantu," ucap Dila sambil mencuci tangannya di wastafel

"Udah, gak apa-apa, lagian yah karyawan Umi tinggal kamu sama Safa dan Yesika."

"Yang kemarin-kemarin kemana, Um?" tanya Dila yang tengah sibuk dengan berbagai tepung itu

"Mengundurkan diri, Fa."

--

Rafa tengah duduk di kursi depan mobilnya, menunggu kedatangam Fahmi dan Hana yang sedari tadi masih ribut tak selesai-selesai di dalam rumah Rafa, Fasha--ibunya mencoba melerai tapi masih saja begitu.

Jangan beranggapam bahwa keluarga Bang Rafa tak pulang ke Bandung sejak 6 bulan, Bang Hasyim sekeluarga sudah pulang waktu itu. Kini, Bang Hasyim sekeluarga datang lagi setelah pulang dari Jakarta. Intinya ini kunjungan kedua kali setelah 6 bulan.

"Abang?! bukain pintu mobilnya!" ucap Fahmi lalu ia menendang ban mobil Rafa

"Astagfirullah, Fahmi jangan gitu," ucap Fasha yang tengah mengendong Hana

"Eits, jangan marah, Abi bukain dulu," ujar Bang Hasyim lalu Fahmi dan Bang Hasyim duduk di depan, Fasha dan Hana duduk di belakang

Takdirku Untukmu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang