Tiga tahun berlalu, kehidupan berputar seiring dengan berjalannya waktu. Jika tiga tahun yang lalu Nadira masih terbaring di ranjang saja, kini ia sudah super aktif sesuai dengan umurnya yang masih belia.
Dila membuka lemari kamar Nadira, mengambil busana muslim beserta khimar instan kemudian memakaikannya kepada Nadira yang kini masih terbalut handuk putih melilit tubuhnya.
"Umi ... kita mau ke mana?" Nadira naik ke atas ranjangnya kemudian menatap Dila yang tengah mengambil minyak putih
"Nadira, hari ini kita mau ke rumah Kakek, tadi malam kamu bilang rindu, kan?" tutur Dila sembari memolesi perut Nadira dengan minyak kayu putih
"Iya ... Nadira lupa, terus abi mana? Abi juga ikut, kan?" tanya Nadira dengan jelasnya meskipun masih berusia tiga tahun, suaranya munggil nan lembut
"Abi ikut kok, sayang."
Dila melanjutkan aktifitas memakaikan gamis kepada tubuh Nadira, kemudian memakaikan khimar instan yanh warnanya senada dengan gamis yang kali ini ia pakai. Nadira berjalan ke arah cermin dengan tergopoh-gopoh. Dila yang melihatnya pun terkekeh sambil mengusap puncak kepala Nadira.
"Nadira tunggu di dalam kamar, ya? Nanti umi ke sini lagi" Nadira mengangguk kemudian segera menyerbu buku mengambarnya itu
Rafa menarik tangan Dila ketika ia kelur dari kamar Nadira. Ia sedikit terkejut dengan tingkah suaminya ini, sesaat ia menetralkan detak jantungnya kemudian berjalan membuntuti langkah Rafa yang tangannya masih bertautan dengan Dila.
"Ada apa, mas?" Dila membuka mulutnya ketika sampai di kamar mereka
"Gak ada apa-apa, santai aja sih lagian mas cuman narik kamu doang," ucap Rafa dengan entengnya
"Yang benar, mas jangan bercanda" Dila duduk di ranjang dengan napas gusar
"Iya-iya, maafin mas. Jadi, mas mau bicara soal anak-anak rumah senja" Sorot mata Rafa serius, kemudian duduk di samping Dila
Dila menoleh, menatap mata yang dihiasi bulu mata lentik serta alis yang tebal intens kemudian berkata, "katakan, ada apa dengan anak-anak."
"Kamu tahu enggak, dek? Kalau ada yang berbeda dari sifat Adam ke Rumaisha. Mereka seperti saling menjauh," tutur Rafa dengan serius
Dila mengangguk pelan kemudian berkata, "adek juga merasakan begitu, mereka seperti orang bertengkar, atau mungkin mereka tengah menjaga batasan karena mereka tidak mahram."
"Logika saja, mas. Adam sudah berumur enambelas tahun, Rumaisha berumur tigabelas tahun. Mereka sudah sama-sama baligh, sama-sama mengerti agama, sama-sama mengerti mana yang dilarang oleh Allah." Rafa mengangguk kecil kemudian merangkul pundak Dila
"Mungkin saja begitu, semoga saja. Kita berdoa sama Allah, semoga tidak ada pertengkaran di antara Adam dan Rumaisha." Dila tersenyum simpul, kemudian mengecup pipi Rafa singkat
Mereka keluar kamar bersamaan sambil menautkan tangan, sampai di depan kamar Nadira, Dila mengetuk pintu kamar. Tak lama Nadira keluar dengan keadaan yang mengejutkan juga membuat mereka tersenyum.
"Nadira pakai niqab?" Rafa mensejajarkan tinggi badan Nadira
Nadira mengangguk cepat, ia tersenyum di balik niqab yang ia pakai. Matanya menyipit seiringan dengan senyumannya, kemudian memeluk Rafa erat. Rafa mencium kening Nadira, mengusapnya kemudian menggendongnya.
"Anak umi cantik," puji Dila sambil mengelus pundak Nadira teratur
"Nadira memang cantik, jadi Nadira mau menutupi kencantikan Nadira sama niqab. Biar sama kayak umi," ucap Nadira dengan entengnya membuat Dila dan Rafa terkekeh
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirku Untukmu (END)
Romance📚 Spiritual - Romance "Saya gak gigit kok, gak perlu takut," ucap Rafa di tengah-tengah kesunyian mobil, membuat Aida tercenggang. Dila yang sedang menunduk sambil memegang erat cardigannya sontak menatap ke arah depan, mendapati suara tawa Aida d...