📚 35. Ngidam, Ya?

2.5K 191 62
                                    

Tujuh hari kemudian ....

Beberapa buket bunga dipegang di tangan Dila dari Rafa juga teman-temannya tanda kelulusan berkuliah selama empat tahun. Prosesi berpoto kini telah usai, saatnya Dila pulang ke rumah dengan Rafa yang kini senyumannya berseri-seri.

"Nak, jaga diri baik-baik, ya?" pungkas Venndy lalu Dila menyalimi tangannya

"Baik, Pa. Papa juga jaga diri baik-baik biar bisa lihat anak cucu," ujar Dila kemudian memeluk Papanya yang matanya berkaca-kaca

Veendy mengelus puncak kepala Dila, kemudian berkata, "doakan saja, akan hal baik itu."

"Ya sudah, Papa sehabis ini akan pergi ke Malang jengguk Dani juga bawa dia pulang, kata Dani dia mau boyong dari pondok sana, dia mau cari kerja di Jakarta," tutur Veendy panjang lebar

Boyong : Keluar dari pondok pesantren

"Iya, Pa Fi amanillah ya? Semoga selamat sampai tujuan," timpal Dila menatap lekat mata Veendy yang terlihat sayup-sayup meneduhkan

"Aamiin, dek Assalamualaikum," ucap Veendy sambil masuk ke dalam mobil

"Waalaikumsalam, Pa," timpal Dila melambaikan tangannya

Dila berbalik badan ketika mobil Papa semakin menjauh semakin hilang. Ketika berbalik badan ia mendapati Rafa, Umi Nabilla dan Abi Hannan tengah berjalan ke arahnya.

"Cie, lulusan terbaik nih? Siapa lagi kalau bukan istriku, ya 'kan?" pungkas Rafa merangkul pundak Dila kemudian Umi Nabilla dan Abi Hannan terkekeh

"Putri Umi kali, Raf," timpal Umi Nabilla

"Humairahnya Rafa, Umi," sambung Abi Hannan Dila menunduk sambil tersenyum di balik niqabnya

"Sudah, sudah Dila pasti lelah, jangan bercanda. Alangkah baiknya kalau kalian berdua istirahat," tutur Abi Hannan kemudian Rafa dan Dila mengangguk

Umi Nabilla memutuskan untuk segera pulang dikarenakan manager di toko kuenya hendak bertemu dengannya. Dila dan Rafa pun pulang, dengan lelah jiwa yang mengikutinya.

Mobil Rafa sampai di pekarangan rumah, kemudian mereka masuk ke dalam rumah dengan langkah lelah. Dila yang merasakan badannya gerah memutuskan untuk segera mandi. Dila segera mengambil handuk kimononya yang kini tengah menggantung di kamar mandi lantai dasar dekat dapur.

"Dek ... kenapa tidak mandi di lantai atas?" tanya Rafa yang merebahkan tubuhnya di sofa ruangan keluarga

"Nggak mas, keburu gerah," jawab Dila dalam kamar mandi

Mata Rafa kini sedikit terpejam sambil tiduran di sofa. Sontak matanya membuka lagi ketika ia lupa seharian ini belum minum susu putih. Rafa segera berjalan ke dapur, memasak air kemudian membuat susu putih kesukaannya. Ketika Rafa mengaduk susu putih tersebut, Dila keluar dari kamar mandi menggunakan handuk kimono berwarna putih, rambut basahnya tergerai ke belakang.

"Mas mau minum apa?" tanya Dila sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil tak nampak apa yang sedang diaduk oleh Rafa karena tertutup oleh tubuhnya

Rafa menunjukkan segelas susu putih panas, duduk di kursi kemudian meneguknya sampai landas. Dila sempat terkekeh dengan tingkah suaminya yang suka dengan susu putih seperti anak balita itu.

"Udah deh dek cepat ganti baju," titah Rafa sambil mencuci gelas bekas susu putihnya tadi di wastafel. Dila masih sibuk dengan aktifitas mengeringkan rambutnya, tanpa memperdulikan ucapan Rafa.

"Dek, ganti baju gih," titah Rafa lagi-lagi tak digubris oleh Dila

...

Dila yang kini sudah memakai gamis instan dan pastinya kini rambutnya telah kering dengan alat pengering rambut zaman sekarang. Sorot mata Dila kini sibuk dengan layar laptop suaminya, mengecek daftar sidang pengadilan agama hari ini.

Takdirku Untukmu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang