📚 8. Rencana Rafa

3.3K 341 8
                                    

Apa pun yang mustahil akan terjadi, jika sudah dikehendaki oleh Sang Maha Kuasa.

Suara kran air kamar mandi terdengar jelas di telinga Dila, terdengar Aida menjerit-jerit tak jelas di kamar mandi. Kalian tahu apa penyebabnya? Aida menjerit-jerit di kamar mandi itu hanya karena binatang cicak, entah kenapa Aida sangat phobia terhadap cicak. Suara jeritan Aida setiap pagi sudah tak asing lagi bagi penghuni kos ini, semua sudah memakluminya.

Dila mengaitkan kerudung pasmina yang warnanya senada dengan gamisnya itu. Karena gamisnya berbahan sedikit trawang akan cahaya jadi, ia memakai cardigan untuk menutupinya.

Tak ada olesan make up apa pun di wajahnya, mungkin hanya pelembab itu saja. Semenjak tinggal di kos, ia menjadi wanita yang hemat dan hidup sederhana.

Aida membuka pintu kamar mandi kasar, sambil mengangkat roknya se lutut, napasnya tersenggal-senggal, bibirnya agak sedikit pucat.

Dila berjalan ke arah Aida sambil merangkul pundaknya lalu keduanya duduk di ranjang.

"Aida, kamu baik-baik saja bukan?" tanya Dila sambil menatap wajah Aida intens.

"Fuh, Aida ketemu sama yang dibenci sama Rosulullah, Aida takut!" keluh Aida, napasnya masih memburu hebat.

"Istigfar, Aida tarik napas," titah Dila, dengan telaten Aida mengikutinya "Buang," sambung Dila.

Wajah Aida kini kembali seperti sedia kala, Dila segera menyuruh Aida untuk bersiap-siap ke kampus, waktu sudah mulai siang.

"Aida, aku tunggu di lantai bawah, ya? sekalian mau makan selai roti," ucap Dila lalu diangguki oleh Aida yang sibuk memakai kerudung segi empat yang senada dengan gamisnya.

"Asslamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," ujar Dila lalu dijawab oleh penghuni kos ini yang tengah sibuk mengoles selai ke roti tawar.

"Waalaikusalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab mereka serempak.

"Sini teh sarapan dulu," ucap Arum, anak berlogat sunda yang terkesan lemah gemulai itu.

"Masya Allah, makasih ya," jawab Dila lalu segera bergabung dengan mereka.

Di kos-kosan ini layaknya seorang keluarga utuh, memang mereka tak sedarah tapi mereka saudara. Semua yang ada di sini sangat damai, tentram, rukun dan nyaman.

•••

Rafa sekeluarga tengah sarapan, suasananya hangat, rukun dan bahagia. Sayur sop dan ayam goreng andalan Umi telah tersaji di meja makan, tak lupa juga segelas susu putih yang pastinya tak luput dari kepribadian Rafa. Sejak kecil, Rafa sangat suka susu putih, bukan suka lagi tapi bisa disebut sangat-sangat gemar. Sampai sekarang, pada usianya yang 24 tahun pun masih suka susu putih.

Bahkan, Rafa bisa menghabiskan 8-12 gelas susu putih dalam satu hari apabila tak dikontrol, sekarang pun Rafa sangat tak berminat untuk menyicipi kopi atau pun teh. Lidahnya sudah terlanjur gemar dengan susu putih.

Usai sarapan, Rafa segera berpamitan kepada kedua orang tuanya. Umi Nabilla mengecup kening sang anak, Rafa mensejajarkan tingginya dengan Umi Nabilla, jika tidak Umi Nabilla tak akan bisa mencium kening sang anak. Rafa menyalimi tangan Abinya, lalu sang Abi pun mencium kening Rafa sekilas.

Takdirku Untukmu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang