📚 47. Gadis Kemarin

1.5K 137 0
                                    

"Ini buku Kak Adam, kan?" Rumasiha menyodorkan buku-buku milik Adam.

Adam mengernyitkan dahinya ketika ia baru saja sampai di koridor lantai bawah bersama Syahid yang tiba-tiba mendapati Rumaisha dengan buku yang ia pegang di tangannya. Tak lama, Adam menerimanya dengan tersenyum tipis.

"Bagaimana bisa ada di kamu?" Adam menatap sekilas mata Rumaisha kemudian mengalihkan pandangannya.

"Tadi, kan Isha lagi buang sampah di TPA belakang yayasan. Dan Isha lihat ada tumpukan buku di atas kardus, Isha lihat nama Kak Adam ada di buku-buku itu." Rumaisha menjawab dengan santai, ia tak lagi merasakan gugup berlebihan berbincang dengan Adam apabila memakai bahasa santai.

"Terima kasih ya, Isha." Adam tersenyum tipis, kemudian Isha mengangguk cepat.

"Ya sudah, Isha mau balik ke MTs, ya." Rumaisha berjalan meninggalkan Adam dan Syahid.

Rumaisha berjalan keluar menuju MTs, gadis berseragam biru putih beserta kerudung warna putih mulai menghilang dari halaman SMA, tanda Rumaisha sudah masuk ke gedung MTs.

"Eh, dia siapa?" Syahid menepuk pundak Adam yang menatap ke depan.

"Dia temanku di rumah senja," tutur Adam sambil menaiki anak tangga.

"Aelah, cantik banget deh. Yakin cuman teman?" celetuk Syahid sambil berjalan di samping Adam.

"Prmu udah belum? Jangan mikirin dia, zina pikiran tahu enggak." Syahid menyegir kuda kemudian menggaruk keningnya yang tak gatal.

•••

Rafa meletakkan tubuh Nadi di kamarnya, Nadi tertidur di mobil ketika usai berjalan-jalan dengan Dani berkeliling kota sambil jajan sehat. Usai menidurkan Nadi, Rafa menyusul Dila dan Dani yang tengah mengobrol di ruang tamu, mereka sedang membicarakan hal penting. Lebih tepatnya, mereka tengah membahas tentang masa depan Dani.

Rafa duduk di samping Dila, kemudian ikut mengobrol. Mereka membahas tentang perasaan Dani terhadap seorang gadis. Dani meminta saran kepada Dila dan Rafa. Mempertanyakan perasaan untuk gadis yang baru-baru ini ia jumpa, benar-benar cinta atau sekedar mengagumi.

Lama berbicang sekitar satu jam, Dani mendapatkan kesimpulan dari perbincangan ini. Saran dari Dila dan Rafa sangat membantu Dani untuk memilih pilihannya. Kali ini ia sudah mantap, esok hari ia akan datang langsung ke rumah sang gadis dengan tujuan untuk mengkhitbahnya.

"Jangan lupa sholat istikharah, berdoa ya? Minta sama Allah semoga gadis itu memang tulang rusuk yang selama ini kau cari," ucap Rafa dengan menerbitkan senyuman manis.

"Ya ... semoga ini memang jalan terbaik untuk Dani. Perlu kalian ketahui, selama ini Dani merasa meningkari janji dengan papa untuk menikah setelah satu tahun mengelola perusahaan beliau dan sekarang, sudah empat tahun Dani mengelola perusahaan beliau, Dani belum bisa menepati janji dengan beliau," teranv Dani panjang lebar, Dila menatap wajah adeknya yang seakan-akan menyembunyikan kesedihannya selama ini.

"Dek, bismillah semoga Allah menghendaki niat baik ini," timpal Dila kemudian merangkul pundak Dani.

"Besok pagi, kami akan ke rumah papa, kamu siap-siap yang rapih ya? Soal styel besok mau pakai yang bagaimana, nanti kakak kirimin kemejanya dijamin keren ... kakakmu aja lho, Dan nyangkut sama kakak karena gaya kemeja pas khitbah." Tawa mereka pun pecah, suasana yang tadi serius kini menjadi penuh akan tawa.

"Siap deh ... nanti Dani juga mau banyak belajar sama Kak Rafa." Dani mengakhiri lisannya kemudian terkekeh pelan bersama dengan Dila.

Takdirku Untukmu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang