📚 24. Dua Garis Biru

3.3K 201 54
                                    

Ketika matahari sudah muncul dengan sinar hangatnya, kedua pasangan halal itu memasak dengan romantis yang diciptakan oleh keduanya, terlihat sangay bahagia tanpa cobaan. Tetapi, jangan menilai dari luar saja, itu sangat salah.

Tadi malam, keduanya dikejutkan dengan wanita masuk ke rumah melalui jendela belakang, wanita itu masuk ke kamar Dila dan Rafa dengan menggunakan senjata tajam. Jangan tanyakan lagi siapa dia, kalian sudah mencium aroma setan bukan dalam aktor wanita tadi malam.

"Dek? kamu sakit?" tanya Rafa kepada Dila yang tengah ada di dalam kamar mandi usai menumis sambal untuk digeprek bersama ikan lele

Dila tak menyahuti pertanyaan Rafa, tangannya masih setia memegang perutnya yang sakit, mencoba memuntahkan sesuatu yang ada di perutnya, namun yang keluar hanyalah air liur bening yang membuat kepalanya pusing. Merasa dipanggil terus oleh Rafa, Dila pun keluar dari kamar mandi dengan berjalan gontai kemudian segera Rafa menarik Dila dalam dekapannya.

"M--mas, adek mau ke kamar," ucap Dila yang masih di depakan Rafa, segera Rafa membopong istrinya yang lemas itu menuju lantai atas

Rafa segera mengambil air putih yang ada di nakas untuk Dila, setelah itu Dila berlari menuju kamar mandi untuk memuntahkan sesuatu yang menganjal di perutnya.

"Dek? ke rumah sakit, ya?" tawar Rafa sambil memegang pundak Dila

Dila membalikkan badannya cepat, merasa ada sesuatu dengan tanda-tanda ini.

Sebuah benda panjang pipih ia pegang dengan erat, kemudian Rafa keluar dari kamar mandi dengan sejuta kekhawatiran. Rafa mondar-mandir di depan pintu kamar mandi, sambil menggigit bibir bagian bawahnya. Ia memejamkan matanya sekejap sambil berdoa kepada Sang Maha Kuasa agar tak terjadi apa-apa terhadap istrinya.

Pintu kamar mandi terbuka disusul dengan mata istrinya yang penuh dengan air mata, Rafa segera memeluk istirnya lalu membopongnya ke atas ranjang dengan sedikit nervous.

"Kamu kenapa?" tanya Rafa ketika Dila menatap matanya dalam-dalam

"Mas, mau tahu?" ujar Dila yang membuat Rafa memejamkan matanya lalu terbuka dengan mengangguk

Dila memegang tangan Rafa yang amat dingin itu, kemudian menaruh tangan Rafa di perut Dila pelan.

"Adek dapat dua garis biru," tutur Dila terdengar antusias kemudian merogoh saku pada gamisnya

Sebuah testpack yang menunjukkan dua garis biru itu membuat Rafa terkaget kemudian bersujud di lantai dengan satu bulir air mata yang luruh dari matanya, benar-benar akan menjadi seorang- ya itulah.

"D--dua garis biru? you really baby?" tanya Rafa kemudian memeluk Dila erat sampai Dila kehabisan napas pasalnya dada kekar Rafa itu menutupi hidung Dila

"Iya sayang ... kita akan menjadi Abi dan Umi," ungkap Dila disusul dengan bibir Rafa yang mendarat di keningnya lama

Mereka saling melempar senyum tak jelas seusai itu, Rafa yang hendak pergi bekerja jadi ingin membatalkannya saja, Rafa hanya ingin menjaga istrinya kali ini.

"Mas, adek ke kampus dulu, ya? sebentar saja kok hanya memberikan skripsi," pinta Dila yang membuat Rafa sedikit tak setuju

"Mas ikut, ya? mas khawatir dek sama kamu, kamu lagi hamil muda," ujar Rafa sambil memegang perut istrinya

"Lho ... mas, kan harus kerja? adek lihat tadi di jadwal kerja mas kalau sekarang ada sidang hak asuh anak 'kan?" pungkas Dila

Dila menggeleng pelan sambil memberikam suntai senyuman kepada Rafa, kemudian Dila mencium tangan Rafa pelan. Dila keluar dari kamar dengan Rafa yang kurang setuju akan kepergian Dila ke kampus dengan kondisi hamil muda.

Takdirku Untukmu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang