📚 4. Titik Terendah

4.6K 422 201
                                    

Aida terus saja mengusik Dila, alhasil Dila tetap tenggelam pada tidurnya yang nyenyak itu, tak lama Aida keluar dari kamar dengan ekspresi sedikit kecewa. Aida menuruni tangga, terlihat dua laki-laki seumurannya menunggu di ruang tamu sedang menunjukkan wajah serius, lalu ketiganya menatap bergantian.

Siapa dua laki-laki itu? tak lain adalah Erito Jackson dan Dani Galaxsa. Sudah lama mereka tak menemui Dila, tapi sekarang mengapa mereka tiba-tiba ke mari.

"Mana?" tanya Dani dengan suara parau, soror matanya terkesan layu.

"Dila gak bangun, dia kecapekan kayaknya," terang Aida yang membuat Erito bangkit dari duduknya lalu, Erito membisikkan sesuatu kepada Dani

"Boleh, kan kalau saya bangunin dia?" tanya Dani dengan sopan.

"Boleh, mari ke atas," ucap Aida sambil melangkah ke tangga kemudian Dani membuntutinya.

Keduanya ke lantai atas, tak terkecuali Erito. Ia lebih memilih duduk di sini sambil menatap atap rumah. Kini, Erito sedikit berbeda.

"Ini kamarnya, kamu masuk ya! saya tunggu di sini," ujar Aida lalu diangguki. Dani pun masuk ke dalam kamar dengan membiarkan pintunya terbuka

Dani tersenyum getir, sudah lama ia tak melihat Kakaknya itu. Ia berdiri di samping ranjang, menghela napas berat lalu menyentuh pundak Kakaknya pelan.

"Bangun," ucap Dani pelan, menatap getir wajah Dila.

"Em, apa sih, Da. Lima menit lagi, ya" tawar Dila yang tak tahu bahwa yang membangunkannya kali ini adalah Dani, adiknya.

"Kak, ini Dani" ucap Dani yang sontak membuat Dila bangun dari tidurnya lalu segera duduk

"Ada apa, hm?" ucap Dila sambil mengucek kedua bola matanya.

"Maafin gue kalau ke sini pagi-pagi gini, soalnya ini penting," ucap Dani serius, Dila menghela napas pelan.

"Ada apa?" tanya Dila menatap Dani intens, mata mereka saling beradu.

"Mama kritis." Dila menatap mata Dani tak percaya, sedetik kemudian matanya berkaca-kaca.

Tubuh Dila tiba-tiba lemas, tak lama kemudian air matanya keluar dengan derasnya. Dila menangis sekejap, lalu menghapus air matanya kasar dan segera memakai cardigan berserta kerudung seadanya.

"Anterin Kakak ke Mama, Dan," titah Dila sambil keluar dari kamarnya.

Dani pun membuntuti langkah Kakaknya, sedangkan Aida pun mencoba menelpon Bundanya akan masalah Dila.

Dila menuruni tangga terburu-buru dengan mengeluarkan derai air mata, namun langkahnya terhenti seketika ketika dia melihat sosok yang tak asing lagi baginya, itu adalah Erito. Erito membalikkan badannya, seketika keduanya saling bertatap, namun satu detik kemudian tatapannya putus karena keduanya memalingkan pandangan.

•••

Rumah Sakit Adiwiyata pukul 04:45.

Dila telah sampai sedari jam 04:15 tadi, kini Dila tengah ada di musholla rumah sakit melakukan ibadah sholat subuh dengan yang lainnya juga.

Dila berjalan menuju ruangan Mamanya, tepatnya di ruangan Anggrek. Ia membawa tiga bungkus nasi beserta lauk untuk sarapan pagi ini, senyumnya tetap merekah walaupun tengah dihadapkan masalah yah, itulah Dila sekarang.

Langkahnya tiba-tiba terhenti ketika ada seseorang memanggilnya, sontak Dila menoleh dan ternyata itu adalah Erito.

"Dil, lo masih inget gue 'kan?" tanya Erito dengan tatapan matanya yang masij seperti dulu, masih sama meneduhkan.

Takdirku Untukmu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang