"Nama saya Khalisa Saufika, umur duapuluh enam tahun." Khalisa kembali menunduk setelah memperkenalkan dirinya kepada keluarga laki-laki.
Khalisa menghela napas pelan, sambil menetralkan detak jantunya yang kini berdetak lebih kencang. Ia meremas tangan dinginnya sendiri dengan kuat. Sampai di mana Halimah menggenggam tangan Khalisa, ia merasakan seuatu titik kehangatan.
"Sampaikan niat baiknya, mereka sudah menunggu," ungkap Rafa pelan
Dani mendongakkan kepalanya lurus ke depan, menatap sekilas wajah Khalisa yang sebagian ditutupi oleh niqob, Dani terpesona sekejap. Tak lama, ia langsung menyampaikan niat baiknya ke sini, mereka mendengarkan dengan khitmad. Dengan jelas dan tak ada rasa gugup di hati Dani, ia menyudahi ucapan niat baiknya yang kini sudah jelas bagi pihak perempuan.
"Mau, kah kamu Khalisa Saufika menerima pinangan saya? Mari kita sama-sama menjalankan titahNya dan melakukan sunnah rosul? Dengan sangat tulus, apa pun jawabannya akan saya terima dengan baik."
Satu tetes air mata luruh di mata Dila, menyaksikan keseriusan adiknya. Terus saja menetes, ketika melihat sorot mata Veendy yang tengah berharap jawaban dari Khalisa.
"Khalisa terima pinangan kakak, dengan satu syarat ... semoga ini tidak membebankan kakak," ujar Khalisa panjang, Dani tersenyum tipis mendengarnya.
"Baiklah ... katakan syaratnya apa? Jika Allah berkehendak, saya akan memenuhi," tukas Dani yang diakhiri dengan senyuman, membuat Khalisa menunduk cepat karena pipinya mulai memanas.
"Secepatnya Nikah, Khalisa tunggu." Khalisa menyudahi ucapannya dengan memandang mata Lukman yang berkaca-kaca, kemudian menatap mata Halimah yang sama adanya dengan mata Lukman.
"Alhamdulillah, saya akan menyegerakan itu, kalau bisa besok pun tak apa." Khalisa tersenyum bahagia di balik niqobnya.
Cita-cita Khalisa untuk segera menikah kini terlaksana, yaitu menikah. Khalisa memang selalu berdoa agar segera dikirimkan laki-laki yang datang ke rumahnya dengan membawa niat baik. Kedua orang tuanya yang sudah menua, semakin membuat Khalisa untuk segera menikah. Ia tak mau membebani mereka di usia mereka yang telah senja.
"Jika kakak memang bersedia, saya akan menerimanya walau acara menikahnya itu besok," ungkap Khalisa .
"Saya bersedia untuk menikahimu, jadi kamu bersedia apabila besok kita melakukan ijab qobul?" Dani mengkahiri ucapannya dengan menatap mata Lukman
"Untuk keputusannya, saya serahkan pada putri saya ... saya percaya, putri saya tak akan salah pilih," ujar Lukman, kemudian tersenyum kepada Dani
"Iya ... saya bersedia apabila menikah besok hari." Khalisa menghela napas pelan, kemudian air matanya menetes begitu saja
Halimah memeluk Khalisa erat, mengusap air mata Khalisa kemudian Halimah berbisik agak tak menangis, Khalisa menurutinya.
Mereka yang ada di ruang tamu ini bahagia, dua keluarga besar kini akan menyatu dalam suatu hubungan. Mereka membahasa rencana ijab qobul untuk besok selama dua jam. Dengan dua jam tersebut, rencana sudah matang dan, semoga Allah menghendaki rencana ini.
•••
Dila memencet tombol telepon di hpnya sambil menyetrika kemeja yang akan dipakai oleh Dani hari ini untuk acara akad nikah bersama Khalisa. Ia menelpon Khalisa, tak lama telepon diangkat oleh Khalisa.
"Assalamualaikum, Kha." Dila masih menghidupkan tombol speaker telepon kemudian menaruhnya di meja
"Waalaikumsalam, iya, kak? Ada apa?" Khalisa menjawab dengan suara sedikit tak jelas karena ia tengah memakai masker muka
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirku Untukmu (END)
Romance📚 Spiritual - Romance "Saya gak gigit kok, gak perlu takut," ucap Rafa di tengah-tengah kesunyian mobil, membuat Aida tercenggang. Dila yang sedang menunduk sambil memegang erat cardigannya sontak menatap ke arah depan, mendapati suara tawa Aida d...