📚 EXTRA PART

5.8K 173 3
                                    

Yang minta dibuatin extra part? Nih, udah aku tulis  spesial buat kalian, semoga suka, ya 💛💫

Ayam berkokok dengan kerasnya, burung-burung hias peliharaan Rafa yang ada di taman belakang berkicau dengan merdunya. Gemircik air mancur di tengah taman, samar-samar terdengar dari dalam rumah.

Keluarga Rafa tengah makan pagi sebelum beraktifitas, suara gesekan piring dan garpu mendominasi pagi ini. Sampai di mana makan pagi telah usai, barulah ada obrolan di antara mereka.

"Ummah, Dek Nanas belum bangun, kah? Kok tumben bangunnya siang, padahal udah jam setengah delapan lho." Nadira menatap jam yang menempel di dinding, kemudian meneguk susu putih hangat bersamaan dengan Rafa.

"Kak Nanad, semalam Dek Nanas rewel gak bisa tidur, baru bisa tidur pas jam dua malam," kata Dila sambil membereskan piring, Rafa juga ikut serta dalam hal itu.

"Dek Nanas itu, ya rewel terus kalau malam, pasti ummah sama ubah gak bisa tidur, kan semalam?." Nadira mengelap sudut bibirnya dengan tissu lalu membantu Dila dan Rafa membereskan piring.

"Namanya juga masih bayi kak, wajar kayak gitu. Kakak dulu juga gitu, tapi kakak enggak ingat, malah sambil ngompol-ngompol pas nangisnya," timpal Rafa sambil berjalan ke dapur membawa tumpukan piring, Dila terkekeh mendengarnya.

"Ih, abbah! Kan, kakak cuman nanya, kok malah dimalu-maluin," renggek Nadira sambil berjalan membawa dua gelas kotor di kedua tangannya.

"Abbah, kan bicara fakta kakak, jangan ngambek ya cantik." Rafa mencubit kedua pipi kenyal Nadira.

Nadira memutar bola matanya malas, kemudian meminta gendong Rafa dengan menarik ujung baju takwanya. Rafa pun menggendong belakang Nadira sambil mencuci piring, Dila yang baru saja tiba di dapur dengan membawa piring menjadi terkekeh dibuatnya.

"Kak Nanad, abbah lagi cuci piring lho ... nanti jatuh gimana, hayo?" ucap Dila kemudian menaruh piring kotor di wastafel.

Nadira hanya menyengir kuda, sambil menciumi pundak Rafa gemas. Sekali-kali Nadira menjewer telinga Rafa, ah sudahlah Nadira memang super jahil apabil dengan Rafa terlebih dengan Dani atau Bima, jadi lebih tingkah dewa jahilnya.

"Kakak, turun gih! Abbah kesusahan tuh nyuci piringnya," titah Dila sambil menyapu lantai dapur.

"Biarin ummah, katanya kakak lagi pengen dimanja." Rafa terkekeh mendengar penuturan putrinya yang masih berumur tiga tahun tapi sudah pandai bicara ini.

"Hadeuh, ya sudah terserah kakak yang penting jangan sampai jatuh." Dila melanjutkan aktifitasnya sambil membaca sholawat di dalam hati.

"Ah iya, hari minggu, kan ya? Wah, kakak baru ingat kalau jam setengah delapan ada kartun baru ... nonton ah!" Nadira turun dari gedongan Rafa, segera berlari menuju depan TV yang ada di ruang keluarga.

Dila menatap Nadira berlari ke arah ruang televisi kemudian meletakkan sapu pada tempatnya karena menyapu lantai dapur sudah selesai. Ketika berbalik badan, ia mendapati Rafa yang masih berdiri sambil mencuci piring. Dila melirik ke arah wastafel, ternyata masih ada banyak wadah yang kotor.

"Lanjutin ya, mas? Hitung-hitung bantuin adek," ujar Dila lalu membuka kulkas untuk mengambil buah jambu air.

"Siap, komandan." Rafa melakukan gerakan hormat yang tak disangka-sangka busa sabun cuci piring menempel di rambut Rafa akibat gerakan hormat tadi.

Takdirku Untukmu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang