⚠️ 4k+ words ⚠️🌱🌱🌱
• Strange Place •
Tatapan Yonghee masih tertuju jelas ke arah langit.
Sejak ia sadar dan dipindah ke ruangan tersebut, jendela besar yang berada di sisi ranjangnya menjadi salah satu tujuan peralihan pandangannya pada apapun selain sekeliling ruangannya.
Ia juga berpikir, ruangan yang ia tempati bukan berada di lantai dasar. Andai saja berada di lantai dasar, mungkin ia bisa melihat orang lain berjalan-jalan di luar di bawah jejeran pohon yang sesekali menjatuhkan daunnya dan itu pemandangan yang lebih baik ketimbang ruangannya ini.
Memang, pemandangan disini tidak terlalu bagus. Memandangi langit bersama awan-awannya terkadang memang menenangkan, kadang tetap saja ia merasa bosan menatapinya, serta menatapi gedung-gedung perkantoran dan apartemen yang berada dalam jarak pandangnya.
“Kita pulang sekarang, ya.”
Yonghee hanya bisa menoleh dan tersenyum tipis pada papanya. Suaranya sebenarnya sedikit membaik meski belum sangat baik, sudah bisa sedikit ia keluarkan juga walaupun serak dan masih cukup sakit untuk bicara banyak.
Papanya mendekat, kemudian mulai meletakkan satu tangannya di punggung Yonghee serta satu tangan lainnya di bawah lipatan lutut Yonghee. Tubuhnya di angkat pelan untuk dipindahkan ke atas kursi roda yang di tahan oleh mamanya.
Rasanya sudah sangat lama sejak ia harus berada di rumah sakit itu. Yonghee sampai tidak tau lagi sudah berapa lama dia disana, bertanya pun rasanya ia tidak ingin. Ia pasti akan terkejut jika mengetahui jawaban berapa lama ia menghuni rumah sakit, jadi ia hanya akan diam untuk ini dan hanya menganggapnya sebagai liburan yang benar-benar sangat panjang.
Beberapa perawat dan dokter yang berpapasan dengan mereka ikut menyapa. Tidak lupa dengan ucapan selamat mereka atas kepulangan Yonghee hari ini serta mendoakan Yonghee agar selalu sehat. Setidaknya membuat Yonghee lebih merasa berharga mendengar penuturan mereka.
Di halaman rumah sakit, Eunseo membiarkan Yonghee menikmati sejenak suasana yang sudah sangat lama tidak putranya itu lihat, membiarkan Yonghee setidaknya mengambil nafas dalam tenang sementara Eunwoo membawa mobil ke hadapan mereka.
Selama diperjalanan juga, Yonghee masih tidak menghentikan tawanya yang tercipta lebar dengan lepas. Tanda bahagia yang begitu membuncah tergambar dengan jelas di wajahnya. Mungkin bagi orang lain hal tersebut bukanlah hal yang besar, tapi bagi Eunwoo dan Eunseo yang melihatnya itu adalah sebuah anugerah yang luar biasa. Hal yang hampir tidak pernah mereka lihat selain saat anak itu masih sangat kecil dulu. Semua ekspresi Yonghee selalu redup selama ini dan melihatnya tertawa lebar merupakan hal yang luar biasa.
“Nah, kita sampai,” Eunwoo berucap, ketika mobil mereka sudah terhenti tepat di depan rumah.
Kepala Yonghee sedikit mencuri pandang lewat jendela depan mobil, mencoba melihat rumah yang sudah lama tidak ia tempati. Diam-diam kedua alis Yonghee terangkat, ia sedikit bingung melihat bangunan di depan sana. Rasanya ia tidak familiar. Apa benar itu rumah mereka? Atau papanya memarkir mobil di rumah sebelah? Tapi Yonghee hanya diam bahkan sampai pintu mobil di sampingnya sudah terbuka dan ia diturunkan ke atas kursi roda kembali.
Matanya semakin mengerjap bingung lantaran kursi rodanya memang di dorong ke bangunan tersebut. Penampakan luar dan pagarnya jauh berbeda dari rumah mereka. Matanya melirik papan nama dan nomor rumah yang terpasang di satu pilar pagar bagian ujung, dan benar saja itu rumah mereka.
Menyadari kebingungan putranya, Eunseo tertawa kecil. Ia lantas berlutut di samping kursi roda Yonghee sambil merapikan sedikit rambut depan putranya, “bingung ya, nak?”
Yonghee mengerjap lambat. Sementara Eunwoo terkekeh halus di balik tubuh anaknya, ia juga sengaja menghentikan kursi roda Yonghee di sana.
“Ini rumah kita. Sengaja suasananya diubah sedikit. Supaya Yonghee jauh lebih nyaman, supaya Yonghee juga bisa cepat sembuh. Gimana? Yonghee suka?”
Kebingungannya terjawab, membuat lengkungan cantik di bibirnya terulas sekali lagi. Sudah mengerti kenapa rumahnya sedikit berubah—tidak, memang sangat berubah dari sebelumnya, dimana pagar rumahnya bercat hitam dan cat dinding luar rumahnya bernuansa perpaduan abu-abu gelap dan putih. Kini pagar rumah itu dicat berwarna putih dan dinding luar rumahnya di dominasi warna turquoise dengan beberapa bagiannya yang dibiarkan berwarna putih seperti sebelumnya. Terlihat lebih berwarna.
Memasuki pekarangan, tepat di depan bagian teras, beberapa tanaman di tata cantik. Dulu lahan itu hanya di isi oleh rumput seperti tikar, namun sekarang sudah terhias dengan apik.
Di bagian dalam rumah juga diubah. Membuncahkan rasa menggelitik yang lain di tubuh Yonghee.
Ruang depan yang mereka masuki kini, di beri warna dominan rose pink yang menenangkan yang dipadukan dengan warna oranye terang di satu sisi dinding dimana dinding tersebut seolah pusat dari ruang depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Strange Place || CIX
FanfictionReturn to the beginning To the days of innocence - Yonghee Rated : 15+ Warn : Karena mengandung kekerasan, banyak kata-kata kasar, dan lainnya yang berpotensi membuat tidak nyaman dan trigger. Harap kebijakan dari para pembaca. Terima kasih 🙏