• Strange Place •
•
•
•
“Hei, lo kok pergi duluan sih? Padahal udah janjian mau bareng.”
Yonghee menoleh keasal suara, Jinyoung sudah berdiri disana dengan wajah yang terlihat kesal. Yonghee tersenyum kaku, dia tau bahwa jika ia pergi lebih dulu otomatis akan melanggar janjinya pada Jinyoung kemarin, namun jika ia tidak melanggar, ia juga merasa tidak nyaman dengan Jinyoung. Anak-anak kelasnya pasti memerhatikan dan membicarakan Jinyoung.
“Jawab kalo gue nanya. Masa lo cuman senyam-senyum terus nunduk. Nggak ngerti gue kenapa lo langgar janjian kemaren,” sarkas Jinyoung.
Benar saja, Yonghee sekarang tertunduk sambil menggenggam kedua tangannya di atas meja. Dan telinganya mulai mendengar perkataan-perkataan anak-anak lain.
Saat ia menengok ke beberapa anak di sana, mereka tengah berbisik-bisik ke sesama mereka sambil mencuri-curi pandang kearah Yonghee serta Jinyoung yang berdiri tepat di samping meja Yonghee.
Yonghee memalingkan sedikit kepalanya kearah Jinyoung tanpa menatap anak itu, “maaf. Kamu nggak perlu temui aku kalo di sekolah. Kamu jadi di bicarakan anak-anak,” ucap Yonghee hampir tak terdengar.
“Hah?” Jinyoung memang tak mendengar perkataan Yonghee, sampai ia refleks menundukkan tubuhnya dan mendekatkan kepalanya kearah Yonghee, “lo ngomong apa?” tanya Jinyoung.
“Maaf, aku ingkar janji. Kamu bisa kembali ke tempat dudukmu. Aku nggak mau kamu jadi pembicaraan anak-anak karena ngobrol sama aku.”
Jinyoung menegakkan tubuhnya kembali, memandang tajam kearah Yonghee yang tak menatapnya, “kalo gue peduli sama mereka, nggak bakal gue ngajakin lo ngobrol. Lagi pula lo tetangga gue dan buna sudah minta gue buat akrab sama lo. Jadi lo jangan berpikiran buat minta gue ngejauhin lo atau lo ngejauhin gue. Yaudah, gue balik ke kursi gue,” Jinyoung akhirnya tak memaksa.
Sebelum pergi, Jinyoung menepuk-nepuk bahu Yonghee pelan dan mengedarkan pandangannya kearah anak-anak lain di kelasnya. Mereka memang melihat kearah Jinyoung dan Yonghee seperti yang Yonghee katakan. Ia menghembuskan nafasnya kasar, menggeleng-gelengkan kepalanya bingung karena ulah anak-anak di kelasnya yang menurut Jinyoung terlalu memandang Yonghee sebelah mata.
Jinyoung tau dan sadar, Yonghee merupakan korban Younghoon dan gengnya yang berlangsung dari awal mereka masuk ke menengah atas. Tapi alasan Younghoon melakukan itu yang membuat Jinyoung masih terheran-heran.
Sebenarnya apa yang membuat Yonghee mendapat perisakan seperti itu?
Pendiam? Jika di kata pendiam, ada Bomin si ketua kelas yang lebih pendiam dari Yonghee dan jika Yonghee pendiam seperti Bomin, dirinya tidak akan mendapat respon dari Yonghee seperti yang biasa dilakukan Jinyoung saat bertanya ataupun bicara pada Bomin namun hanya mendapatkan jawaban yang sangat-sangat singkat.
Bodoh? Yonghee tidak bodoh, nyatanya anak itu selalu mendapat nilai yang bagus, bahkan seingatnya Yonghee tidak pernah mendapat nilai di bawah 80 seperti dirinya yang kadang bisa mendapat di bawah itu.
Lambat? Tidak juga, buktinya Yonghee masih bisa mengikuti kelas olahraga dengan baik, meski tidak sebaik dirinya, karena pelajaran olahraga memang menjadi pelajaran yang di gemari Jinyoung.
Jelek? Jelas Yonghee tidak jelek. Berambut kelam yang lembut, bola mata legamnya yang menatap sendu, hidungnya yang mancung, bibirnya yang ranum, senyumannya yang menurut Jinyoung bagus namun tidak pernah dirinya melihat kedua sudut bibir itu terangkat sempurna. Dan Jinyoung akui, Yonghee termasuk ke dalam anak yang tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Strange Place || CIX
Fiksi PenggemarReturn to the beginning To the days of innocence - Yonghee Rated : 15+ Warn : Karena mengandung kekerasan, banyak kata-kata kasar, dan lainnya yang berpotensi membuat tidak nyaman dan trigger. Harap kebijakan dari para pembaca. Terima kasih 🙏