• Strange Place •
•
•
•
Di lapangan yang berada di depan gedung sekolah, suara gaduh terdengar memenuhi ruang terbuka tersebut.
Suaranya sangat berisik karena teriakan-teriakan beberapa anak yang menonton latihan tim sepak bola sekolah. Di sebelah lapangan hijau, terdengar pula teriakan gaduh yang di teriakan untuk meneriaki tim basket yang juga sedang berlatih.
Meski ributnya luar biasa, Seunghun tak menghingraukannya.
Sesekali, murid laki-laki dengan senyum manis itu memperlihatkan senyumannya sembari memperhatikan sekitarnya.
Seunghun duduk di kursi penonton bermaterialkan semen di pinggir terluar lapangan basket, di kursi paling atas yang terletak di kanan lapangan, berada tepat di penghujung batas lapangan dimana banyak pohon rindang yang tumbuh berbaris di sepanjang pembatas semen.Kursi penonton yang memenuhi bagian terluar lapangan basket itu, tersusun berundak dari bawah keatas sehingga langsung terhubung ke pekarangan sekolah dan langsung bersambungan dengan kursi penonton lapangan hijau yang berada tepat disebelah lapangan basket.
Sehingga Seunghun dapat menikmati dua latihan tim olahraga sekolahnya tersebut dari kursi teratas penonton sembari berlindung dari sengatan matahari terik, berbeda dengan murid-murid lain yang di dominasi perempuan, mereka memilih duduk memenuhi kursi penonton yang paling dekat dengan lapangan meski matahari terik.
Seunghun sudah menjadikan kursi penonton sebagai tempat favoritnya selama jam istirahat setelah selesai makan siang. Selama duduk di kursi panjang itu, ia akan duduk berteduh di bawah pohon rindang sembari memasang earphone di telinganya. Mendengarkan lagu-lagu favoritnya dengan volume yang cukup untuk membuatnya tak mendengar suara ribut di sekitarnya.
Seunghun bukan anak penyendiri atau tidak mempunyai teman sama sekali, ia hanya senang menghabiskan waktunya dengan apa yang ia sukai. Karena waktunya saat tidak bersekolah banyak di habiskan untuk berlatih di agensinya, jadi ia lebih memilih untuk menikmati istirahatnya yang terkadang membuatnya sampai tertidur.
Tiba-tiba keadaan awan berubah perlahan. Mata Seunghun yang terpejam sambil menyandarkan tubuhnya di kursi belakangnya dengan menselonjorkan kakinya hingga menyentuh dua kursi penonton di bawahnya, di iringi alunan musik yang di alirkan sepasang earphone pun merasakan cahaya matahari yang mulai meredup.Seunghun membuka matanya, benar saja, gumpalan awan hitam perlahan muncul menutupi sinar matahari. Ia lantas menatap pemandangan lapangan basket di bawahnya yang masih penuh dengan sorakan penonton dan menoleh kearah lapangan hijau yang masih sama riuhnya.
Seunghun tertawa kecil, “Mau hujan badai juga, mereka tetap aja teriak-teriak.” Seunghun menggeleng-gelengkan kepalanya heran, lantas berdiri dari duduknya.
Ia berdiri menjulang, memasukkan ponsel yang terhubung dengan earphonenya ke dalam saku kanan celananya dan membiarkan tangannya tetap berada di dalam saku lalu memasukan tangan lainnya ke dalam saku celana kirinya karena ia mulai merasa dingin. Di tambah, ia hanya menggunakan kemeja sekolahnya yang lengan bajunya ia biarkan tergulung sebatas siku tanpa menggunakan cardigan luaran seragam sekolahnya yang ia tinggal di kursi di dalam kelas ataupun jas seragam sekolahnya yang ia tinggalkan di dalam loker.
Meski cuacanya belum benar-benar gelap dan masih kemungkinan bahwa awan-awan gelap itu hanya lewat, Seunghun memilih untuk kembali. Ia memutar tubuhnya dan melangkahkan kakinya menaiki kursi penonton di atasnya yang sempat ia jadikan sandaran. Namun kakinya terhenti tepat di puncak kursi teratas yang terhubung langsung dengan pekarangan depan sekolah. Pandangannya tertuju pada satu objek yang di rasanya asing, ia merasa baru ini melihatnya.
Seunghun terdiam menatap sosok objek yang menarik perhatiannya. Seorang murid laki-laki yang duduk di anak tangga depan pintu bagian gedung kiri sekolahnya.Yang Seunghun tau, di bagian gedung itu hanya terdapat ruang konseling bagi anak-anak nakal dan bermasalah yang Seunghun syukuri bahwa ia hanya pernah sekali masuk ke ruang konseling itu saat awal-awal ia menjadi trainee karena sering membolos pelajaran. Tapi sekarang sudah tidak, dengan penjelasan dari ibunya dan surat pengantar dari agensi tempat ia berlatih, pihak sekolah memberikan pemakluman dengan syarat pihak agensi mau memberikan jadwal yang pasti pada pihak sekolah yang tidak mengganggu jadwal sekolah Seunghun.
Seunghun masih memperhatikan murid laki-laki yang duduk di anak tangga paling bawah tersebut dengan memeluk kedua lututnya, meski Seunghun tidak tau itu siapa karena Seunghun hanya bisa melihat murid itu dari sisi tubuhnya yang menghadap kearah luar gedung bagian kiri sekolah yang menghadap langsung pada hamparan hutan yang cukup lebat disana.
Cukup lama Seunghun memperhatikan dengan lamat, tapi ia masih tidak tau anak itu siapa, mendatangipun Seunghun urung sehingga ia hanya diam mematung di tempatnya sedari tadi sambil memperhatikan murid yang memakai seragam yang sama dengannya itu -bedanya, sosok yang ia lihat mengenakan cardigan luaran seragam yang seharusnya memang di gunakan seperti itu.
Tak lama, murid itu terlihat menenggelamkan kepalanya di antara lutut yang ia peluk dengan sangat erat. Rambutnya yang hitam lembut terhambur angin yang mulai berhembus.
Melihat itu, Seunghun merasa dia tidak akan mungkin melihat wajahnya. Ketimbang menunggu lama akan semua pertanyaan yang dari tadi terulang-ulang di kepalanya, Seunghun mulai melangkahkan kakinya.
Tidak, Seunghun tidak pergi untuk mengetahui siapa murid yang membuatnya penasaran karena ia merasa asing, melainkan, Seunghun melangkah menuju pintu masuk sekolah. Mengacuhkan segala rasa penasaran pada sosok yang ia lihat tadi.-----------🌱
Kira-kira seperti ini lapangan hijaunya yang kemudian ada lapangan basket di sebelahnya 🤔
Meskipun di gambar ini tidak ada lapangan basketnya, tapi visualisasi lapangan hijau kurang lebih seperti ini 😊Tempat Seunghun menghabiskan waktu istirahatnya 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Strange Place || CIX
FanficReturn to the beginning To the days of innocence - Yonghee Rated : 15+ Warn : Karena mengandung kekerasan, banyak kata-kata kasar, dan lainnya yang berpotensi membuat tidak nyaman dan trigger. Harap kebijakan dari para pembaca. Terima kasih 🙏