36. Knowing The Truth is Difficult

293 72 40
                                    

WARNING : This chapter contains about harsh words, violence, abusive parents, suicidal thoughts, mental illness and other content that is uncomfortable. If you feel uncomfortable and you can feel triggered, please skip this chapter. Thanks for your attention, stay health and enjoy for reading.

🌱🌱🌱

• Strange Place •

"Kamu pulang malam tiap hari?"

Eunseo terkejut saat tangannya hendak menekan tombol saklar lampu di kejutkan oleh suara familiar yang bertanya padanya.

Lampu ruang tamu seketika menyala, memendarkan cahaya terang ke seluruh ruangan dan menampakkan seseorang yang tengah duduk di sofa panjang ruang tamu sambil bersedekap dada.

"Woo, kamu belum tidur? Kenapa nunggu di gelap-gelapan sih?" tanya Eunseo, masih belum menyadari raut wajah Eunwoo yang menekuk tak bersahabat.

Eunwoo menoleh, menatap tajam wajah istrinya dengan ekspresi yang menjadi sangat dingin, "aku tanya, kamu selalu pulang malam setiap hari? Ada aku di rumah aja, sudah dua hari ini kamu selalu pulang malam."

Eunseo mulai sadar jika ada yang tidak beres, ia menyadari ekspresi dingin suaminya sehingga ia berjalan mendekati Eunwoo yang duduk di sofa panjang yang menghadap ke jendela besar ruang tamu. Eunseo meraih tangan Eunwoo yang masih menyilangkan tangannya di depan dada, "ayo, kita bicara di kamar. Kamu nggak perlu sidang aku di ruang tamu. Kita bicarain berdua."

Tanpa bantahan Eunwoo mengikut, di biarkannya Eunseo menarik sebelah tangannya dan berjalan menuju kamar mereka yang berada di depan ruang keluarga. Eunseo langsung melepas dan menggantung mantel coklatnya juga meletakkan asal tasnya ke atas meja rias lalu duduk di pinggir kasur. Giliran dirinya yang menyilangkan tangan, sedang Eunwoo berdiri dengan jarak di depannya.

"Kenapa kamu nanya gitu ke aku? Aku selalu mengerjakan urusan rumah dan melakukan yang terbaik buat kamu. Baru dua hari ini kan aku selalu pulang malam? Biasanya aku selalu ada di rumah. Kenapa juga kamu nanya itu ke aku? Kamu curiga apa ke aku?"

Ingin rasanya Eunwoo berteriak dan menodongkan beribu pertanyaan pada sosok yang duduk di depannya itu, dirinya sudah begitu gatal ingin tau kebenaran yang ia harapkan bukan sosok di depannya itulah pelaku yang menyakiti putranya. Tapi rasa frustasi yang meraung di dalam dirinya harus ia bungkam sebisa mungkin jika tidak ingin menyakiti istrinya.

"Kita ke rumah sakit, temui Nana."

"NGGAK! Aku nggak gila, Woo. Kamu pikir aku kambuh lagi? Iya?"

Eunwoo menghembuskan nafasnya, berharap rasa emosionalnya dapat menguap, "aku nggak ngomong kamu gila. Ada aku ngomong kalo kamu gila? Aku cuman mau kamu di periksa Nana. Aku sudah setuju waktu kamu minta berhenti perawatan karena percaya kalo kamu sudah bisa mengendalikan diri kamu. Tapi nyatanya kamu berulah lagi."

"Aku berulah apa? Apa yang aku lakukan sampai kamu mau bawa aku ke Nana?" Eunseo bertanya dengan nada yang mulai meninggi, ia merasa tidak melakukan hal salah apapun yang membuat Eunwoo harus membawanya menemui dokter ahli psikiatri itu.

Tak ada jawaban dari Eunwoo, mereka terdiam beberapa menit karena Eunwoo tidak ingin ikut-ikutan bernada tinggi untuk membalas Eunseo, "baik, aku ganti pertanyaan ku. Sejak kapan kamu kasih Yonghee hukuman?"

Detik itu juga, Eunseo rasanya tertampar oleh pertanyaan Eunwoo, "m-maksudmu apa, Woo? Aku berhenti kasih kakak hukuman waktu aku di rawat. Aku nggak pernah kasih kakak hukuman."

[✓] Strange Place || CIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang