19. It's You?

358 86 2
                                    

• Strange Place •




Yonghee bangun cukup siang hari ini, beruntung sekali hari ini bertepatan dengan hari libur dan yang lebih menguntungkan adalah semua tugas-tugas sekolah maupun lesnya sudah ia selesaikan.

Yonghee mendudukan dirinya di pinggiran kasur, mengusap pelan wajahnya lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamarnya -terlihat cukup berantakan. Apalagi dia memutuskan hanya berfokus untuk menyelesaikan tugas sekolah dan tugas les semalam tanpa membersihkan kamarnya terlebih dulu.

Jadi Yonghee memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Kondisinya tak jauh berbeda bahkan terkesan dua kali lipat lebih berantakan. Sama seperti kamarnya -lantai dua, lantai satu pun tak ia bersihkan kemarin karena ia tak pulang ke rumah sepulang sekolah, ia langsung pergi menemui Pak Daniel -karena guru les fisikanya itu meminta untuk mempercepat waktu les mereka, karena kata Pak Daniel ia memiliki urusan yang mendesak, yang membuatnya harus mengajar lebih cepat untuk satu hari kemarin.

Tangannya mulai membersihkan benda-benda yang berserakan di lantai satu dan mengembalikan ke tempat semula. Harinya di mulai mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti biasanya.

Setelah selesai di lantai satu, ia mulai membersihkan lantai dua, terutama kamarnya. Sangat berantakan. Di isi dengan buku-buku yang berhamburan serta tumpukan pakaian yang belum sempat terlipat dan di abaikannya begitu saja di depan etalase figur-figur kecil dan beberapa pernak-pernik khas negara-negara yang pernah di kunjungi papanya saat bertugas.

Melihat etalasenya itu, sudah cukup lama ia tak membersihkannya, terlihat dari debu-debu yang menempel di sana. Seingat Yonghee, terakhir ia membersihkannya sekitar dua bulan lalu.
Sehingga ia akhirnya memutuskan untuk membersihkan seluruh kamarnya hari ini bahkan sampai ke etalasenya yang cukup lama tak terjamah itu.

Yonghee membuka pintu kamarnya lebar-lebar agar debu-debu halus tidak terbumbung di dalam kamarnya yang beresiko akan menyesakkan pernafasan. Dan ingin membuka jendela kamarnya yang besar, tapi tangannya terhenti tepat di kunci jendela kamar tersebut, refleks membeku ketika ia ingat tentang gangguan-gangguan kecil dari tetangganya sekitar dua minggu yang lalu, meski akhirnya setelah itu tak ada lagi terdengar benda kecil yang akan mengetuk jendela kamarnya.

Padahal Yonghee sendiri sempat melihat anak yang menjadi tetangganya itu seminggu sebelumnya saat ia membersihkan kamar sebelah, tapi akhirnya ia langsung menutup jendela setelah sadar bahwa anak tersebut melihatnya melalui jendela yang di yakini Yonghee bahwa itu adalah kamar anak tersebut.

Bukan Yonghee tidak ingin menyapa, hanya saja, ia tidak ingin orang lain merasa tak nyaman dengan dirinya. Terbukti selama ini, ia tidak memiliki teman seorangpun di sekolah dan mamanya pun ikut-ikutan mengunci rapat dirinya di dalam rumah hanya untuk membuat Yonghee lebih fokus untuk belajar.

Sebenarnya Yonghee ingin membuka jendelanya kala itu, namun tubuhnya sendiri sedang mengalami rasa sakit yang luar biasa setelah di pukul habis-habisan oleh geng Younghoon -dan sempat masuk klinik di bantu oleh Byounggon dan Sungjin, lalu mendapatkan hukuman dari Eunseo. Setelah ia mendapat panggilan dari Eunwoo, tubuhnya menjadi sangat lemas dan tak bertenaga. Namun ia tetap memaksa bangun kembali untuk menyelesaikan tugas matematika dari mamanya daripada ia harus menerima hukuman lainnya.

Hanya tertinggal beberapa lembar tugas matematika sebenarnya, tapi otaknya tidak bisa berjalan cepat. Kepalanya seperti di hantam bertubi-tubi batu besar ketika ia mencoba untuk menghitung.

Cukup lama bagi Yonghee menyelesaikan tugas-tugasnya kemudian bisa kembali membaringkan tubuhnya di kasur. Kepalanya benar-benar berputar dan matanya seperti melihat ribuan cahaya yang berkelap-kelip dalam gelap. Tubuhnya menggigil dengan keringat tak henti membanjiri seluruh tubuhnya.

Yonghee membungkus tubuhnya di bawah selimut tebal. Ia ingin meminum obat pengurang nyeri dan obat demam -karena ia merasa bahwa tubuhnya juga demam. Namun tubuhnya tak sanggup bergerak di tambah kepalanya yang berputar hebat, sampai akhirnya ia hanya membiarkan dirinya jatuh tertidur.

Beberapa jam Yonghee bangun kembali, tubuh dan kepalanya masih terasa sakit tapi masih ada pekerjaan yang harus ia lakukan. Susah payah ia membangunkan tubuhnya lalu mengambil beberapa pil obat yang ada di dalam kotak obatnya. Meminumnya kemudian mulai mengerjakan pekerjaan rumahnya. Ia juga membersihkan dirinya sendiri setelahnya, berharap tubuhnya menjadi lebih baik. Tapi tetap saja, tubuhnya masih merasa tidak nyaman.

Jadi Yonghee kembali berbaring di kasurnya, berharap keadaannya membaik setelah ia meminum obat dan membersihkan diri, tertidur tanpa menyadari waktu yang berjalan.

“Kak? Sudah selesai kan tugasnya?” suara perempuan memecah keheningan kamar Yonghee.

Mata Yonghee membuka perlahan dengan nafasnya yang masih naik turun. Melirik sekilas pada jam dinding yang terpasang di atas pintu kamarnya. Jam sudah menunjukkan hampir jam 9. Sadar jika mamanya yang bersuara, berarti sekarang sudah waktu malam. Sudah berapa lama ia tertidur? Terakhir ia melihat jam masih di jam 6 ketika jendelanya sedikit di ganggu oleh si tetangga.

Eunseo masuk ke kamar Yonghee, berjalan lurus ke meja belajar Yonghee tanpa melihat kearah putranya yang sedang terbaring di atas kasur.

“Hari ini selesai kan?” tanyanya lagi, tapi Yonghee hanya bisa melihat mamanya.

Eunseo menoleh pada Yonghee dengan tangan yang membuka buku tugas yang ia berikan, “kak?” panggilnya lembut, sadar bahwa si anak tak menggubris perkataannya.

“Iya.. ma?” susah payah Yonghee mengeluarkan suaranya.

Yonghee mencoba bangkit dari tidurnya perlahan. Menatap kearah Eunseo yang masih sibuk membuka lembar-lembar buku tugasnya sambil berdiri di depan meja belajar.

“Sudah selesai semua,” ucap Eunseo melihat kearah Yonghee yang kini tertunduk sambil menyandarkan punggungnya di headboard dengan kaki yang masih di luruskan di atas kasur.

Jika ingin bertaruh, Yonghee berani bertaruh dengan semua uang simpanannya bahwa mamanya melihat keadaannya saat itu. Tapi Yonghee tau, mamanya tidak akan mau menyadarinya dan ia pun tidak ingin mamanya sadar meski melihat penampakan dirinya yang sudah seperti mayat hidup dengan wajah yang pucat pasi dan keringat yang memenuhi wajah sampai ke seluruh tubuhnya.

Yonghee hanya menunduk dengan nafasnya yang masih memburu seperti baru saja menyelesaikan maraton berkilo-kilo meter, ia tak ingin menatap mamanya untuk sekarang sehingga ia hanya menatap kedua tangan yang berada di pangkuannya.

Tanpa bersuara lagi, Eunseo keluar dari kamar putranya. Tanpa menoleh lagi, tanpa menatap lagi, tanpa mengucapkan selamat malam ataupun mengusap lembut puncak kepala Yonghee. Hanya pergi begitu saja -tentu membawa buku tugas yang sudah di selesaikan Yonghee dan menutup kembali pintu kamar bercat abu kelam itu dengan gerakan pelan.

Mengingat kejadian dua minggu lalu, masih terasa mengerikan bagi Yonghee. Walaupun kejadian seperti itu sudah cukup sering terjadi -meski tidak sampai mendapatkan perawatan medis seperti dua minggu yang lalu- namun rasanya tetap mengerikan bagi Yonghee.

Yonghee berdiri di depan meja belajarnya, menumpu telapak tangannya di atas meja bermaterialkan kayu tersebut. Lalu mengedarkan pandangannya pelan. Ada sebuah buku tebal di atas sana, yang bukan miliknya tapi wajib ia kerjakan. Itu buku Younghoon, Mingy yang memberikan pada Yonghee lusa lalu agar Yonghee mengerjakan tugas di buku tebal tersebut.

Jika di tanya kenapa Mingy yang memberikannya? Karena Mingy sekelas dengan Younghoon. Kemudian, Younghoon sendiri? Anak itu absen, terhitung dari dua minggu yang lalu. Dan karena Younghoon yang absen, Yonghee jadi sedikit bernafas lega yang artinya Younghoon tidak akan merisaknya sehingga Yonghee dapat menyembuhkan tubuhnya secara total sebelum mulai di risak lagi, meski Yonghee belum tau pasti kapan Younghoon akan masuk kembali.

Lalu pandangan Yonghee mengarah pada jendela besarnya, tepat di atas meja belajarnya. Ia hanya ingin membersihkan kamarnya, bukankah tidak masalah membuka sebentar jendela yang tak pernah ia buka itu? Selain membuka tirai tebalnya dan membiarkan tirai yang lebih tipis masih menutupi jendela tersebut.

Yonghee mulai menggeser tirai terluarnya, lalu tirai di belakangnya, kemudian membuka jendela kamarnya perlahan.

Ketika mulai terbuka, udara menyeruak masuk ke dalam kamarnya. Cukup dingin, tapi Yonghee tersenyum tipis saat merasakannya.

Yonghee mendorong jendelanya sampai terbuka sepenuhnya, membuat semakin banyak udara dingin yang menggelitik tubuh, wajah serta menghambur rambutnya. Kedua sudut bibirnya terangkat sempurna, merasa geli dengan sentuhan udara dingin yang menyeruak masuk. Sampai sebuah suara, melunturkan senyuman Yonghee.

“Cha Yonghee?”

Yonghee terkejut, menatap seseorang yang berada di seberang jendela kamarnya.

“Hwang Jinyoung?”

-----------🌱

-----------🌱

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Just enjoy reading this book 🙆
Thank you 🙇‍♀️

[✓] Strange Place || CIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang