65. Improvement

236 56 10
                                    

⚠️WARNING⚠️
This chapter contains the effects of harsh words, violence, abusive parents, suicidal thoughts, mental illness and other content that is uncomfortable. If you feel uncomfortable and you can feel triggered, please skip this chapter. Thanks for your attention, stay health and enjoy for reading.

⚠️3k+ words⚠️

🌱🌱🌱


• Strange Place •

•••

“Jadi Yonghee habis di operasi lagi kemarin, yah?”

Minhyun sedikit mengangguk ragu untuk mengkonfirmasi pertanyaan putra sulungnya, “sebenarnya bukan kemarin, sekitar seminggu yang lalu,” sahutnya.

“Kenapa? Kenapa ayah baru bilang?” tanya Jinyoung lagi.

Minhyun meletakkan pelan sumpit yang ia gunakan ke sisi mangkuk nasi miliknya. Ia menatap sejenak mulai dari istrinya, putra bungsunya kemudian yang terakhir — putra sulungnya, sekaligus si pemberi pertanyaan tersebut.

Dirinya sadar, suasana sarapan sudah pasti akan menjadi suram karena berita ini. Tapi ia tetap harus mengatakan hal itu pada Jinyoung, selaku teman pasiennya serta selaku seseorang yang bisa mengetahui kondisi pasiennya. Bahkan ia sudah mengulur waktu yang cukup lama untuk menyimpan hal ini.

“Ayah nggak bisa jelaskan. Yang penting, keadaannya sudah stabil. Mulai ada perkembangan yang lebih baik ketimbang sebelumnya.”

“Ayah?” tatapan Minhyun beralih pada Hyunjin, kini putra bungsunya itu yang memanggilnya dengan suara mencicit pelan.

“Kak Yonghee, pasti bangun, kan?” tanyanya, kalimatnya terputus-putus oleh isakan halusnya yang mulai terdengar.

Giliran Seunghee yang mengambil alih. Ia melirik sebentar pada Minhyun yang duduk didepannya, kemudian satu tangannya menggenggam tangan Hyunjin yang duduk tepat disampingnya, ibu jarinya mengusap-usap punggung tangan si bungsu, berharap bisa memberikan afeksi menenangkan, “dek, adek selalu berdoa buat kak Yonghee, kan?” Hyunjin mengangguk untuk itu, “kalau begitu, doa adek pasti akan terkabul. Ayah bilang, kak Yonghee jauh lebih baik sekarang walaupun kak Yonghee harus menerima operasi yang kedua. Bahkan jika kak Yonghee harus mendapat operasi lainnya, itu semua agar kak Yonghee cepat sehat, supaya bisa cepat bangun dari tidurnya. Jadi, adek jangan sedih, supaya kak Yonghee juga semangat buat sembuhnya. Oke?”

Hyunjin menatap bunanya perlahan. Matanya sudah sangat memerah dan basah, bibirnya bergetar halus. Jadi tangan Seunghee yang lain mulai mengusap pipi gembil putra kecilnya, ia tersenyum, “adek, kak Yonghee pasti cepat bangun. Karena kak Yonghee pasti kangen sama orang tuanya, sama teman-temannya, dan sama adek juga.”

Meninggalkan percobaan Seunghee menenangkan Hyunjin, Jinyoung yang hanya diam setelah mendengar penjelasan ayahnya mulai menengok pada sang ayah, “ayah, kita bisa jenguk?”

Senyum terulas, tangannya mengusap puncak kepala putra sulungnya, “Yonghee masih diruang PICU. Hanya keluarga kandung dan wali resminya yang bisa jenguk ke dalam. Kakak pasti sudah paham tentang itu, kan?”

Menyusul jawaban ayahnya, Jinyoung mengangguk kaku. Tidak bisa dipungkiri lagi mengenai ruangan intensif itu, banyak hal yang menjadi pertimbangan jika orang luar selain keluarga pasien dapat masuk ke dalam untuk melihat secara langsung. Dan Jinyoung mengerti tentang itu. Dia cukup paham akan kondisi Yonghee yang masih harus berada di dalam ruangan tersebut.

Pada akhirnya, Jinyoung memang tidak bisa memaksa untuk dapat melihat Yonghee secara langsung. Ia juga tidak bisa menyangkal ketakutannya terutama setelah mendengar kabar bahwa Yonghee harus masuk ruang operasi kembali. Meskipun ayahnya mengatakan semua berjalan lancar dan kondisinya mulai mengalami peningkatan, namun tetap saja tidak ada yang tau apakah kondisi tersebut akan tetap terjaga sampai Yonghee siap dipindahkan ke ruangan lain untuk penyembuhan.

Minhyun yang masih memerhatikan Jinyoung yang cenderung diam setelah penjelasannya, mulai membuka suara kembali, “kak, semua pasti berakhir baik.”

Dan Jinyoung hanya bisa tersenyum masam mendengar sahutan ayahnya. Biar bagaimanapun baiknya penjelasan sang ayah, hatinya tetap meragu pada kenyataan yang tidak ia tau secara langsung. Hatinya tetap meragu akan ucapan ayahnya, apakah memang benar sesuai seperti itu ataukah pernyataan-pernyataan itu disampaikan ayahnya hanya sebagai penenang semata.

[✓] Strange Place || CIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang