53. The Morning Rain

293 73 4
                                    


• Strange Place •

•••

Pagi-pagi sekali, bahkan matahari belum terbit ditambah mendung yang menghiasi semakin mendukung semesta menjadi gelap hari ini, sehingga suasana pagi ini nampak masih seperti malam.

Seunghun memilih pulang dari rumah sakit, meski keadaan cuaca tampak sangat buruk.

Ayahnya meminta Seunghun pulang, karena ibunya berhasil melewati operasi dan sudah di pindah ke ruang rawat biasa semalam.

Namun sebenarnya, ayahnya meminta Seunghun kembali ke rumah saat hari mulai terang, ayahnya sudah meminta izin pada pihak sekolah atas keabsenan dirinya untuk beberapa hari ke depan. Jadi sebenarnya tidak masalah jika Seunghun memilih pulang ketika hari mulai terang dan mungkin saja tidak akan semendung sekarang, terlebih hari ini masuk hari libur Chuseok. Hari libur yang buruk menurutnya.

Hanya saja, Seunghun merasa kesulitan bernafas jika terlalu lama disana.

Apalagi setelah seorang laki-laki datang untuk menyelesaikan permasalahan kecelakaan ibunya semalam, dan mengatakan dengan begitu jelas apa yang sedang dialami wanita yang menyebabkan kecelakaan pada ibunya itu—membuatnya semakin terpukul.

Yonghee mengalami kecelakaan karena melompat dari atap apartemen lamanya. Itulah informasi yang benar-benar diterimanya dari laki-laki itu.

Tentu Seunghun syok, rasanya ia tidak menapak pada bumi saat itu juga, mendengar hal yang membuat Yonghee harus masuk ke ruang operasi adalah karena melompat dari apartemen.

Tidak pernah dia menyangka bahwa anak laki-laki yang sempat makan siang bersama beberapa kali dengannya, memilih untuk mencelakai dirinya seperti itu.

“Putranya sedang menjalani operasi juga, di ruang operasi sebelah.”

“Begitukah? Pantas dia terlihat panik. Sampai meninggalkan tasnya begitu saja.”

“Benar, tuan. Saya mohon maaf, karena saya yang mengurus sisanya disini. Syukurlah, operasi nyonya Kang berhasil dan tidak ada masalah yang lebih serius.”

“Ma-maaf, bagaimana bisa, Yonghee kecelakaan?”

Kedua orang dewasa itu menengok pada Seunghun yang menggenggam kedua tangannya begitu erat. Seseorang yang mengurus mengenai perawatan ibunya itu nampak cukup bingung mendengar Seunghun menyebutkan nama 'Yonghee’, tapi tidak begitu mengindahkan kebingungannya dan memilih menjawab Seunghun apalagi setelah disadarinya, bahwa Seunghun mengenakan seragam sekolah yang sama dengan Yonghee.

“Yonghee melompat dari atap apartemen lamanya.”

“Kenapa? Kenapa.. sampai melompat?
Laki-laki itu menghela nafas lebih dulu, sebelum menjawab Seunghun, tapi pada akhirnya ia hanya tersenyum lalu mengusak pelan rambut Seunghun alih-alih menjelaskan apa yang ditanyakan Seunghun, “kamu temannya Yonghee, ya? Doakan saja untuk Yonghee ya.”

Dan jawaban itu justru sukses membuat genangan di pelupuk matanya, bibirnya ingin bertanya banyak namun terasa sulit untuk mengutarakan semuanya, jadi ia hanya mengatupkan rapat kedua bibirnya dan kembali ke dalam dekapan sang ayah. Membekap sekuat mungkin suara tangisannya di sana.

Bayang-bayang penjelasan laki-laki itu terputar terus-menerus. Pikirannya selalu menanyakan hal yang sama berulang kali, bagaimana bisa? Apa yang dipikirkan Yonghee?

Hujan deras tengah turun membasahi.
Seunghun memilih membeli sebuah payung di minimarket yang berada di pelataran rumah sakit. Sebuah payung transparan, tanpa berminat menilik payung-payung lain yang beraneka warna dan sebuah payung kuning yang berada diantara banyaknya pilihan payung disana —sedikit banyak mengingatkannya pada payung sang ibu.

[✓] Strange Place || CIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang