• Strange Place •
•
•
•
Beberapa botol air mineral memenuhi kedua tangan Seunghun yang sengaja ia lingkarkan di depan dada agar bisa membawa semua botol minuman tersebut dalam sekali jalan. Jinyoung yang melihatnya hanya menggelengkan kepala, tidak di rumah tidak di sekolah, ia selalu di buat bingung dengan yang di lakukan orang-orang sekitarnya. Sekarang apa lagi yang akan di lakukan Seunghun dengan botol minuman tersebut?
“Mau di apain itu semua minuman? Ada aja tiap hari yang bikin gue bingung.”
Seunghun menoleh sebentar kearah Jinyoung yang berjalan di sampingnya, “mau gue bawa ke tempat latihan.”
“Emang di tempat latihan lo nggak ada air minum? Lo kayanya nggak pernah bawa ginian deh ke tempat latihan?” tanya Jinyoung lagi, masih sambil memerhatikan Seunghun yang hanya fokus pada botol-botol minuman di tangannya.
“Ada. Emang tempat latihan gue apaan sampe nggak punya air!” sergahnya, membuat Jinyoung sekarang bingung.
“Terus? Buat apaan?”
“Ini buat gue di jalan. Takut kehausan gue.”
Sebelah alis Jinyoung terangkat dan dahinya mengkerut bingung. Tidak biasanya Seunghun berpikiran untuk membawa minum terlebih yang di bawanya tidak hanya satu, melainkan empat? Lima? Lima, Seunghun membawa lima botol air mineral berukuran tanggung.
“Lo melewati padang gurun sampe bawa air sebanyak itu?”
Seunghun mendesis, melirik Jinyoung sekilas, “udah deh, diem aja napa.”
“Kantong penghangat juga buat apaan deh? Nggak ada penghangat ruangannya sekarang tu tempat latihan?”
Seunghun hanya diam, ketika Jinyoung melihat ke kantong penghangat yang di jejal Seunghun di kedua saku celananya. Ia tidak menanggapi Jinyoung, karena ia bisa memastikan, sebentar lagi Jinyoung akan sadar dengan apa yang akan ia lakukan dengan barang-barang tersebut tanpa Seunghun harus menjelaskannya.
Dahi Jinyoung mulai berkerut, menatap penuh selidik kearah Seunghun yang hanya mendiamkannya, “lo mau kabur lagi?”
Jika Seunghun menjadi pembawa acara kuis dengan hadiah jutaan won, maka Seunghun akan langsung mengangkat tangan Jinyoung keatas karena sudah berhasil menebak jawabannya dengan benar. Lantas ia menengok sebentar kearah Jinyoung sambil memperlihatkan senyuman dengan deretan giginya yang rapi.
“Ayah lo marah lagi? Masih dengan alasan yang sama?”
Seunghun rasanya menjadi pembawa acara kuis lagi dan ingin mengangkat tangan Jinyoung lagi. Karena sahabatnya itu berhasil menebaknya meski dengan nada bertanya sarkas.
“Gue pulang di jemput ayah, lo langsung ikut gue aja. Nggak boleh ada penolakan kali ini,” tawar Jinyoung tanpa melihat Seunghun.
Seunghun menghentikan langkahnya, tepat sebelum pintu kelas Jinyoung, membuat Jinyoung ikut terhenti dan menatap Seunghun, “Nolak lagi?” tanya Jinyoung.
Kembali, yang di terima Jinyoung hanya tawa lebar dari Seunghun. Jinyoung menatapnya jengah, memutar kedua bola matanya malas, “merasa ngerepotin? Gue tinju juga lo,” ucap Jinyoung geram, ia mengepalkan tangan kanannya tepat di wajah Seunghun.
Seunghun meraih kepalan tangan Jinyoung dan menurunkannya, kali ini tawanya hilang di gantikan oleh senyuman yang lebih tipis, “kalo gue ke rumah lo, ayah gue langsung tau. Gue nggak papa kok.”
Jinyoung membuang nafas kasar, “lagian lo tu sudah jadi trainee selama setahun, masih belum bosan aja ayah lo buat ngelarang?”
“Lo tau kan, kak Seunghyub sakit, harapan ayah cuman sama gue dan gue malah milih mau jadi idol sedangkan ayah maunya gue jadi arsitektur seperti beliau. Gue sebenarnya juga capek main kucing-kucingan sama ayah. Walaupun ibu masih dukung gue, tapi ibu nggak selamanya bisa ngelindungin. Ibu kan juga harus ngurus kak Seunghyub,” jelas Seunghun, masih mengembangkan senyumannya.
Jinyoung mengangguk-angguk mengerti dan Jinyoung sebenarnya sudah sangat paham dengan permasalahan Seunghun. Terutama ketika kakak Seunghun menjadi semakin parah karena sakitnya, yang mengharuskan kakak Seunghun itu berhenti dari kuliahnya dan fokus pada pengobatan.
“Coba lo kasih tau gue, dimana biasanya lo nginap tiap lo kabur.”
Seunghun mengerutkan dahinya sambil tersenyum, “kenapa? Lo mau nemenin gue? Yang ada Hyunjin juga mau ikut kalo gitu.”
Bisa-bisanya Jinyoung lupa dengan adiknya yang aneh bin ajaib itu, benar kata Seunghun, jika Jinyoung ikut kabur bersama Seunghun -meskipun ia tetap meminta ijin pada bunanya untuk kabur menemani Seunghun, adiknya itu pasti akan merengek pada bunanya untuk ikut. Apalagi jika Hyunjin sudah merengek pada ayahnya, mau tidak mau Jinyoung terpaksa melibatkan Hyunjin dan itu merupakan hal yang tidak mau Jinyoung lakukan.
“Gue lupa, masih punya bayi domba yang nempel-nempel gue mulu kemana-mana kecuali sekolah.” Jinyoung menaikkan matanya, tanda ia malas mengingat adik kecilnya yang menurutnya begitu merepotkan.
Seunghun tertawa melihat ekspresi Jinyoung, “udah, nggak papa. Lagian gue kaburnya di deket rumah juga. Nggak bisa di bilang kabur juga sih sebenarnya.”
“Hah?”
“Nggak usah sok kaget deh Hwang Jinyoung.”
Seunghun mengedikkan dagunya kearah pintu kelas Jinyoung yang terbuka, “masuk gih, bentar lagi bel masuk. Gue juga mau langsung balik ke kelas, dah..” kemudian Seunghun berlalu dari hadapan Jinyoung menuju kelasnya yang berada di lantai yang sama, hanya saja kelas Seunghun berada di paling ujung lantai dua.
Saat Seunghun hampir sampai di kelasnya, Jinyoung ingin masuk ke kelas, namun ia tak jadi melangkah saat sosok murid laki-laki dengan berjalan sedikit menyeret mengambil atensinya.
“Yonghee? Ngapain dari kelas B?” gumamnya sendiri.
Yonghee yang berjalan menunduk, tanpa sengaja mengangkat kepalanya dan tak sengaja bertemu pandang dengan mata Jinyoung yang memerhatikannya. Menyadari yang Jinyoung lakukan, Yonghee langsung berbelok ke pintu depan kelas mereka, karena tak mungkin ia masuk ke kelas melalui pintu belakang dimana Jinyoung masih berdiri disana.
Mata Jinyoung masih tak terlepas dari Yonghee sampai anak itu duduk di tempatnya. Jinyoung memerhatikannya dengan dahi yang sedikit berkerut -curiga. Karena Yonghee baru keluar dari kelas B dan artinya itu ada hubungannya dengan Younghoon yang merupakan penghuni 11-B. Jinyoung bisa memastikan bahwa Yonghee tak kenal siapapun di kelas itu, kecuali Younghoon dan Mingy, yang merupakan dalang dari semua perisakan yang di terima Yonghee.-----------🌱
Just enjoy reading this book 🙆
Thank you 🙇♀️
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Strange Place || CIX
Fiksi PenggemarReturn to the beginning To the days of innocence - Yonghee Rated : 15+ Warn : Karena mengandung kekerasan, banyak kata-kata kasar, dan lainnya yang berpotensi membuat tidak nyaman dan trigger. Harap kebijakan dari para pembaca. Terima kasih 🙏