73. Release to Happiness Flows

324 55 39
                                    


• Strange Place •

•••


Walaupun sudah setiap hari Eunseo yang menemani Yonghee, putranya itu sama sekali tidak pernah mau menatapnya. Bukan—sebenarnya lebih cenderung menghindari tatapannya. Hindaran tatapan itu terlihat sama seperti yang selalu Yonghee lakukan ketika menerima kemarahan Eunseo sebelum anak itu seperti sekarang. Dia tidak akan memprotes hal tersebut yang memang sudah sewajarnya. Hanya saja, ternyata hal itu begitu menyakitkan.

Eunseo sadar, rasa sakit yang Yonghee terima bahkan jauh lebih luar biasa sakitnya daripada apa yang ia rasakan.

Jadi ia pun tidak akan memaksa untuk meminta sedikit perhatian putranya yang cenderung terlihat takut untuk menatapnya. Bisa diterima saja sudah lebih baik, ketimbang tidak. Meski nyatanya pun ia tidak tahu apakah Yonghee benar menerima kehadirannya disini atau tidak.

Eunseo baru saja selesai membersihkan tubuh Yonghee setelah anak itu menerima sarapannya pagi ini saat suara ketokan di pintu terdengar. Belum tau siapa yang datang, Eunseo sudah mendengus lebih dulu. Ia ingat pada ucapan anak yang merisak putranya yang tempo lalu datang dan mengatakan akan terus mencoba kembali, dirinya mungkin akan menolaknya lebih keras lagi.

Nyatanya, yang datang berbeda jauh dari apa yang ia duga. Saat membuka pintu—dengan cukup kasar—yang didapati Eunseo adalah seorang wanita yang lebih muda darinya sudah tersenyum padanya.

“Selamat pagi, nyonya.”

“Dokter Nana?”

Mata Eunseo bergerak tak nyaman mendapati dokter wanita tersebut. Apa masih ada yang harus diperiksa darinya sampai dokter itu langsung datang menemuinya? Atau apa? Berbagai pikiran mengenai kondisinya menjadi bahan tebakan di kepala Eunseo.

“Ada apa, dok? Apa ada pemeriksaan yang harus saya lakukan lagi?”

Dan Nana justru menggeleng, “boleh bicara sebentar, nyonya?”

Eunseo menurutinya. Ia mempersilahkan Nana masuk ke dalam ruangan Yonghee, namun wanita itu menolak dan membawanya untuk bicara di kursi panjang yang berada di depan ruangan saja. Nana terdiam cukup lama saat mereka berdua sudah duduk saling bersisian, ia tampak mengatur nafas lebih dulu dan terlihat gugup. Eunseo yang menyadarinya cukup bingung, tapi ia hanya mendiamkannya dan memilih menunggu Nana membuka suara.

Tubuh Nana perlahan sedikit menyerong, kegugupan di ekspresinya masih kentara benar, “saya ingin membicarakan tentang adik saya, nyonya.”

“Adik? Ada apa dengan adik, dokter?” kedua alis Eunseo tentunya terangkat tinggi. Nana tidak pernah bercerita mengenai kehidupan pribadinya saat menjalankan pengobatan untuknya, kenapa sekarang tiba-tiba?

“Adik dan ayah saya pernah datang kemari, nyonya,” Nana menyudahi ucapannya, ia yakin, Eunseo akan langsung paham dengan maksudnya.

Melihat perubahan di wajah Eunseo, Nana paham bahwa wanita itu benar menyadari maksudnya. Ia tersenyum getir. Ini salah satu bagian dari salahnya juga—tidak, mungkin ini memang salahnya. Mengingat adiknya yang salah paham pada Yonghee karenanya.

Eunseo seketika menegakkan tubuhnya. Dan ia pikir, ia hanya akan diam. Memberi sedikit kesempatan pada dokter wanita yang sudah membantu banyak sekali padanya itu untuk bicara. Jadi, dia akan diam mendengarkan Nana.

“Adik saya melakukan kesalahan yang fatal. Saya tau, kesalahan itu terlalu sulit termaafkan terlebih sampai membuat Yonghee harus berakhir seperti sekarang,” Nana menjeda ucapannya sejenak, kemudian menatap sisi Eunseo dimana wanita itu menatap lurus ke depan, “Saya mohon maaf, nyonya. Saya baru mengakui sekarang bahwa saya adalah kakak dari perisak Yonghee, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Seharusnya saya datang lebih awal—meskipun saya datang lebih awal pun tidak akan bisa mengubah apa-apa. Tapi yang jelas, saya hanya ingin mengakui ini, nyonya. Saya sebenarnya baru mengetahui hal itu akhir-akhir ini, saat adik saya mulai panik dan datang pada saya lalu mengatakannya. Saya benar-benar merasa bersalah. Saya juga akan terima keputusan nyonya jika nyonya ingin beralih pada dokter lain untuk penyembuhan nyonya yang selanjutnya. Saya akan menerimanya, nyonya.”

[✓] Strange Place || CIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang