07. Waiting After Panic

512 105 25
                                    

• Strange Place •


Setelah jemputan Byounggon datang yang seperti katanya langsung menerobos lewat pintu belakang menuju gudang, seseorang yang di panggil Byounggon ‘abang' itu langsung mengangkat tubuh Yonghee yang sudah sangat melemah sedangkan Byounggon memayungi Yonghee agar anak itu terhindar dari hujan.

Yonghee meringis menahan sakit di sekujur tubuhnya ketika tubuhnya di bopong paksa untuk masuk ke mobil.

Yonghee beberapa kali terbatuk mengeluarkan darah sebelum masuk ke dalam mobil karena merasa perutnya remuk.

Byounggon mengernyit memerhatikan kondisi Yonghee yang benar-benar buruk.
Yonghee di letakkan di kabin tengah di susul Byounggon di sampingnya untuk menjaga Yonghee.

Sungjin meminta Byounggon terus memanggil nama Yonghee untuk menjaga kesadaran Yonghee karena yang pasti mereka berdua tidak ingin kemungkinan terburuk terjadi pada Yonghee.

“Bang Jin, ke rumah sakit lumayan jauh, bang. Nggak ada alternatif lain kah, bang?” Byounggon merasa cemas saat mengingat jarak rumah sakit terdekat dari sekolahnya yang cukup jauh.

“Nggak usah khawatir, dek. Abang bawa ke klinik teman, abang. Yah, walaupun kliniknya mau di tutup dan sepi. Cuman klinik teman abang yang paling dekat.”

Suasana hening. Hanya terdengar bunyi mesin mobil Sungjin yang berjalan laju membelah jalanan kota di tengah hujan lebat. Serta suara Byounggon yang terus menerus memanggil nama Yonghee sambil sesekali menepuk pelan lengan Yonghee agar anak tersebut tetap sadar sampai mereka di klinik.

Sesampainya di klinik, alis Byounggon terangkat menatap rumah susun yang terlihat cukup tua di depannya.

“Bang, yang bener aja?”

Sungjin menoleh ke kursi belakang dengan cepat setelah melepas seat beltnya, “Udah, percaya aja sama abang. Tampilannya memang kaya gini. Udah, ah,” jawab Sungjin lalu keluar dari kursi kemudi.

Sungjin membantu Byounggon mengeluarkan tubuh Yonghee secara perlahan karena tak ingin memberi rasa sakit yang lebih pada tubuh ringkih itu.

Lalu seseorang datang menghampiri mereka lengkap dengan payung yang menaunginya.

“Ayo, cepat!” perintahnya.

Sungjin mengangguk menyahuti suara tersebut tanpa menoleh ke asalnya.

Laki-laki itu datang menggunakan payung hitam, yang di yakini Byounggon adalah teman Sungjin karena di perjalanan menuju kemari, abangnya itu sudah menghubungi bahwa mereka akan ke kliniknya.

Byounggon dan teman Sungjin membantu menurunkan tubuh Yonghee lalu mengarahkan ke Sungjin yang sudah membalik tubuhnya, menyerahkan punggungnya untuk membopong tubuh Yonghee.

Secepat mungkin mereka menuju klinik yang berada di lantai dua rumah susun tersebut, membaringkan tubuh Yonghee di brankar yang sudah di siapkan di pintu klinik.

Sekarang Yonghee sudah masuk ke ruang IGD klinik. Byounggon dan Sungjin hanya bisa menunggu di depan ruangan karena teman Sungjin yang merupakan dokter di klinik melarang mereka untuk ikut ke dalam.

Sungjin menoleh kearah Byounggon yang berdiri di sampingnya yang masih menatap ke pintu IGD di depan mereka. Ada kepanikan tergambar di raut wajah keponakannya yang terkenal sangat acuh.

Ya, Sungjin adalah adik dari mamanya Byounggon, tapi karena umurnya yang masih terbilang muda dan dia pun seorang mahasiswa, ia tidak ingin di panggil 'om' oleh keponakan satu-satunya yang sangat ia sayangi itu.

[✓] Strange Place || CIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang