• Strange Place ••
•
•
Byounggon akhirnya memilih pulang ke rumah hari ini, setelah ia memutuskan kabur dari acara kakeknya satu jam sebelum acara di mulai, dimana papanya langsung marah besar padanya sampai ia sendiri tidak bisa pulang ke rumah atapnya karena beberapa bodyguard papanya berjaga di sana. Membuat Byounggon terpaksa tinggal di rumah kakek-neneknya untuk sementara dan mengatakan pada orang tua mamanya itu bahwa ia hanya sedang ingin menginap di sana.
Sungjin yang tau apa yang telah di perbuat keponakannya pun mengiyakan kebohongan Byounggon pada ayah dan ibunya. Meyakinkan kedua orang tuanya bahwa cucunya hanya ingin menghabiskan waktu di rumah mereka, bersama kakek dan neneknya. Dan untungnya, kedua orang yang sudah berumur lebih dari setengah abad itu tidak curiga.
Alasan kedatangan Byounggon ke rumahnya sendiri adalah untuk meminta bodyguard-bodyguard papanya untuk pergi dari rumah atapnya dan membiarkannya untuk hidup seperti biasa. Dia tidak ingin di atur ataupun di kekang, meski harus mendapat pukulan dari papanya, dia tidak masalah.
Saat sudah menginjakkan kakinya di dalam rumah, tepat di ruang keluarga, Byounggon mendengar suara yang seperti berbisik serta suara isakan tertahan. Mendengar itu, Byounggon sudah tau, apa yang sedang terjadi.
Tak lama, terdengar suara pintu terbuka.
Byounggon menoleh, melihat kearah pintu yang terbuka tersebut, yang berada tepat di samping tangga tak jauh dari ia berdiri.
“Byounggon? Kamu pulang, nak?” mamanya menyapanya dengan suara yang sedikit bergetar dengan tampilan rambutnya yang sedikit berantakan.
Minkyung berjalan mendekati Byounggon yang berdiri terdiam di tempatnya sambil menyisir rambutnya agar tertata kembali, “akhirnya kamu pulang, sayang. Mama siapin makan malam, ya.”
Tangan Minkyung mencoba membingkai wajah putranya, namun detik itu juga putranya memalingkan wajah, menghindari sentuhan Minkyung.
“Mama di pukul papa lagi?” gumam Byounggon, masih menghindari kontak mata dengan Minkyung.
Tangan Minkyung yang bergetar ia tarik kembali setelah putranya memalingkan wajah dan melayangkan pertanyaan tersebut padanya. Ia menyentuh pelan pipi kanannya, terasa sedikit perih. Di tambah tampilannya yang berantakan tadi, tentu saja Byounggon sudah tau apa yang terjadi padanya dan ia sadar bahwa ia tidak perlu menjawab pertanyaan Byounggon.
Lalu seorang lelaki dengan pakaian rapi berjalan keluar dari ruangan yang sama seperti Minkyung. Lelaki itu berjalan santai dengan setelan formalnya sembari mengancingkan lengan baju kemejanya.
Byounggon mengangkat wajah. Ia menatap tak suka pada lelaki yang berjalan acuh dan angkuh itu. Tangannya refleks menarik tangan Minkyung yang tertunduk di depannya dan menariknya ke belakang tubuhnya, seakan-akan ia melihat monster yang siap untuk menyerang mamanya lagi.
Minkyung sempat terkejut atas perbuatan Byounggon padanya. Kemudian ia mencoba melihat yang membuat Byounggon menariknya ke belakang tubuh Byounggon. Ternyata suaminya, Jung Ilhoon.
Ilhoon yang berjalan acuh menghentikan langkahnya ketika mendapati Byounggon berdiri beberapa meter darinya. Matanya juga bisa menangkap sosok istrinya dengan kepala tertunduk yang bersembunyi di balik tubuh putranya. Lalu ia mendekati Byounggon, berdiri tepat di hadapan putra semata wayangnya.
“Pulang juga kamu. Bagus kalo gitu. Biar papa didik kamu langsung, gimana caranya punya etika yang baik,” ucap Ilhoon dengan nada ketus.
Byounggon menatap datar papanya, ekpresinya begitu dingin, “Etika? Memangnya papa punya etika?”
“Apa maksud kamu? Siapa yang ajarin kamu kurang ajar sama orang tua? Abang kamu? Bagus!”
Byounggon tertawa sarkas, “ini nggak ada hubungannya sama abang. Byounggon tanya, apa papa punya etika? Sampai papa mau ngajarin Byounggon tentang etika?”
Alis Ilhoon berkerut tak suka, “kurang ajar kamu!”
Ilhoon mengangkat tangannya. Tapi, ketika tangannya terangkat, tangan Byounggon lebih dulu menahan tangan Ilhoon. Sempat mencengkramnya begitu kuat lalu menghempaskan dengan kasar tangan Ilhoon. Wajah Ilhoon berubah merah padam, tersirat kemarahan yang mulai meluap disana.
“Kamu, sudah berani sama papa!” teriak Ilhoon, menatap Byounggon dengan murka.
Minkyung yang mulanya berdiam di belakang tubuh Byounggon, kini memilih berdiri diantara suami dan putranya. Minkyung menatap Ilhoon dan tangan yang memohon di depan dadanya, “tolong, jangan Byounggon. Dia baru pulang,” mohon Minkyung di iringi isakannya yang tertahan.
Byounggon tidak tahan dengan papanya, tidak dengan semua perlakuan papanya dan tidak tahan melihat mamanya yang hanya bisa memohon ampun. Dia tidak tahan dengan semua itu. Byounggon sangat membencinya.
Setelah begitu lama ia tidak pulang ke rumah, ia malah di beri pemandangan yang ingin ia hindari. Dan baru saja, papanya sudah bersiap melayangkan tamparan padanya, jika saja tangannya tidak gesit untuk menangkapnya, sudah pasti, sekarang pipinya sudah tergambar cap merah tangan papanya.
Byounggon menatap marah pada Minkyung yang masih meringkuk tubuhnya di depan, melindungi tubuhnya dari Ilhoon yang semakin menatapnya penuh amarah.
“Terus aja papa mukul mama. Sekarang, kalo Byounggon pulang, Byounggon mau papa jadikan sasaran kemarahan papa juga kan? IYA KAN? Maaf pa, aku tangkis tangan papa dan aku juga nggak mau tinggal diam tentang mama!” teriak Byounggon.
Minkyung terkejut mendengarnya, ia menolehkan kepalanya pada Byounggon. Tubuhnya gemetar, tapi ia juga merasa hangat di saat bersamaan. Byounggon, putranya yang bahkan pergi keluar dari rumah sejak masuk menengah atas dan bahkan selalu menolak perhatiannya sebagai seorang ibu bahkan selalu menghindari sentuhannya, sekarang membelanya di depan Ilhoon.
“Kamu lancang sekarang, hah? Siapa yang biayain hidupmu kalo bukan papa? Kamu papa hidupin buat jadi anak yang bisa papa banggakan, tapi kenapa malah jadi kurang ajar sama orang tua? Papa bahkan sudah biarin kamu keluar dari rumah dan papa cuman minta kamu menghadiri acara kakekmu. APA ITU SUSAH? APA HARUS KAMU BERSIKAP KURANG AJAR SAMA PAPA!”
Byounggon menatap lurus wajah Ilhoon, lalu bersuara lirih, “iya, Byounggon kurang ajar.. dan itu karena, papa.”
“Lagipula, Byounggon sudah tau, apa tujuan papa bawa Byounggon ke acara kakek. Byounggon masih sekolah pa dan baru kelas 11. Byounggon nggak mau, jodoh Byounggon pun papa yang atur. Byounggon nggak mau di jodohkan sama anak rekan bisnis papa. Selanjutnya, jangan pernah paksa Byounggon untuk datang ke acara apapun kalo tujuan papa cuman buat jodohin Byounggon.”
Hati Minkyung terasa mencelos begitu saja dari tubuhnya, ia terkejut mendengar penjelasan Byounggon yang begitu lirih di belakangnya, karena dia tidak tau perihal tersebut. Minkyung terkejut mengetahui suaminya ingin menjodohkan putra mereka tanpa menjelaskan hal itu padanya. Kenapa Ilhoon bertindak sejauh itu? Dia bahkan mengikuti semua perkataan Ilhoon tanpa membantah dan dia juga mengiyakan saat Ilhoon tak membawanya ke acara ayah mertuanya dan ternyata, suaminya itu berencana menjodohkan Byounggon di acara tersebut.
“Tentang aja terus papa. Papa jodohin kamu supaya kamu nggak hidup memalukan, supaya kamu punya asuransi hidup yang bagus bahkan sebelum kamu terjun langsung di perusahaan papa.”
“Dan, papa nggak akan ngebiarin kamu kembali ke rumah atapmu itu, sebelum kamu terima apa yang sudah papa atur. Mau di pandang apa papa, kalo kenalan papa tau kamu tinggal di tempat buruk seperti itu.”
Tangan Byounggon mengepal di kedua sisi tubuhnya. Ia begitu marah. Sekarang, selain dia tidak bisa pulang, papanya tetap pada pendiriannya. Terlebih setelah melihat bekas tamparan di pipi mamanya, hati Byounggon begitu sakit.
Dan Ilhoon pergi berlalu begitu saja meninggalkan Byounggon dan Minkyung yang terdiam. Namun langkahnya kembali terhenti, “nggak usah nunggu aku pulang. Aku mungkin pulang pagi. Dan untuk kamu Byounggon, kita bicara lebih lanjut besok,” kata Ilhoon tanpa membalikkan tubuhnya sedikitpun lalu kembali berjalan menyeret kakinya pergi meninggalkan rumah.
Setelah keduanya mendengar pintu rumah yang kembali tertutup, barulah Minkyung membalikkan tubuhnya, menghadap pada Byounggon yang kini hanya tertunduk menahan segala rasa emosionalnya.
“Byounggon, mama siapin mak—”
Perkataan Minkyung di putus oleh kepergian Byounggon. Putranya memilih pergi meninggalkannya tanpa menatapnya. Namun, ada sedikit rasa lega di hati Minkyung, hari ini, Byounggon tidak pergi meninggalkannya keluar, melainkan hanya pergi menuju kamarnya di lantai dua.
Mata Minkyung mengikuti tiap langkah Byounggon, sampai putranya itu lenyap di ujung belokan di lantai dua yang mana bagian lantai dua tersebut hanya di isi oleh kamarnya. Lalu ingatannya kembali pada perkataan Byounggon tadi, perkataan tentang 'perjodohan' dan perkataan Ilhoon tentang 'asuransi hidup'. Minkyung tidak pernah di mintai pendapat akan hal itu dan tiba-tiba saja itu menjadi alasan mengapa Byounggon kabur dari acara ayah mertuanya.
Minkyung sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menurut pada semua perkataan Ilhoon dan hanya berdiam diri saat ia tidak sengaja melakukan kesalahan yang akan berujung pada perkataan kasar serta pukulan yang diberikan Ilhoon padanya sebagai bentuk hukuman. Dia sudah melakukan semuanya untuk menuruti Ilhoon dan untuk menjauhkan Byounggon dari jangkauan suaminya. Tapi hari ini, ternyata Ilhoon memiliki rencana sendiri tanpa melibatkannya. Rencana yang sudah pasti akan menyakiti perasaan Byounggon yang masih terluka. Namun sebagai ibu, Minkyung akan berusaha untuk melindungi putra tersayangnya dan tidak ingin jika Ilhoon akan menyakiti Byounggon lagi.-----------🌱
Selamat pagi dan selalu jaga kesehatan 🤗
Just enjoy reading this book 🙆
Thank you 🙇♀️
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Strange Place || CIX
FanficReturn to the beginning To the days of innocence - Yonghee Rated : 15+ Warn : Karena mengandung kekerasan, banyak kata-kata kasar, dan lainnya yang berpotensi membuat tidak nyaman dan trigger. Harap kebijakan dari para pembaca. Terima kasih 🙏