60. Can Join?

236 67 27
                                    


• Strange Place •

•••

Seperti biasanya, suasana kantin memang selalu ramai ditiap jam makan siang tak terkecuali hari ini. Wajah Hyunsuk menunjukkan sedikit keterkejutannya dengan mata yang sedikit membulat dan mulut yang sedikit terbuka.

Mereka — Hyunsuk, bersama tidak lain dan tidak bukan, Guanlin — berdiri di ambang pintu kantin secara bersejajar.

Guanlin menyenggol bahu Hyunsuk menggunakan bahunya saat sadar akan ekspresi yang ditunjukkan Hyunsuk, “makanya, jangan kelamaan mendekam di goa. Kaget kan lo, ngeliat manusia segini banyaknya pas makan siang.”

Hyunsuk hanya mengangguk menanggapi. Ia masih terperangah, “gue terlalu lama hidup terasingkan, jadi kaget banget liat banyak manusia.”

Tapi hal itu tidak terdengar lucu bagi Guanlin, dirinya bahkan merasa senang. Setidaknya, Hyunsuk saat ini kembali mendapatkan kehidupan berwarna sebagai seorang remaja pada umumnya. Mencoba keluar dari area ternyaman yang selama ini menjadi tempat persembunyian anak laki-laki bertubuh jangkung itu.

Ya, sedikit banyak, Guanlin berterima kasih juga pada Yonghee. Entah, apa yang harus ia terima kasihkan, hanya saja, ia merasa bahwa perubahan yang Hyunsuk buat juga terpengaruh karena anak itu yang memikirkan tentang Yonghee.

Karena hari ini Hyunsuk pergi ke kantin dan mencoba lagi dunia demi menunjukan eksistensinya pada sosok yang berhasil ia hempas beberapa hari yang lalu. Ingin menunjukkan kepada anak itu, bahwa seorang Hyunsuk sangatlah berani tanpa memikirkan status yang selalu ditenteng oleh Younghoon.

“Hari ini si Younghoon itu ngantin nggak?”

“Mana gue tau, memang gue buntutin dia? Gue memang tiap hari makan di kantin, tapi kan sebentar doang, mana tau dia datang kek atau nggak. Gue mah, urusan perut aja yang penting.”

“Semoga aja ngantin tu orang.”

Guanlin mengabaikan hasrat tersirat Hyunsuk, memilih untuk menariknya langsung ke dalam agar bisa makan siang secepatnya sebelum kantin menjadi benar-benar sangat ramai tak terkendali.

Setelah mendapatkan makan siangnya, mereka menempati salah satu meja dengan duduk saling bersebelahan.

Sudah lama rasanya Guanlin tidak merasakan hal itu — makan berdua dengan sahabat bongsornya di kantin. Jika di pikirkan, sudah sangat lama. Bahkan ia terbiasa untuk kemanapun sendiri saat di sekolah, membiarkan Hyunsuk dengan dunianya dan ia yang akan bertandang masuk ke dalam persembunyian Hyunsuk.

Sedikit merasa aneh, tapi tidak buruk. Justru menyenangkan.

“Boleh gabung?”

Keduanya sontak mengangkat wajah lalu saling berpandangan sejenak. Keduanya sama-sama mengernyit heran sebelum akhirnya memilih menanggapi.

“Silahkan, lagian kursi sama mejanya juga bukan punya kami,” Guanlin menyahut, pelan.

“Terima kasih.”

Setelah mendapatkan izin menempati kursi kosong yang ada di depan kedua anak laki-laki itu, Jinyoung mengambil tempat di seberang Hyunsuk yang kembali memakan makan siangnya sementara Byounggon mengambil tempat di seberang Guanlin. Ya, Jinyoung datang bersama Byounggon siang ini dan itu bisa masuk sebagai momen langka dalam sejarah.

Bukan Guanlin namanya jika ia tidak membuka suara lebih dulu, meski ia masih sedikit sanksi mengingat makian Jinyoung padanya —yang sebenarnya ditujukan untuk Hyunsuk karena ia memperkenalkan diri sebagai Hyunsuk, namun jadi dirinyalah yang terkena getah perkataan kasar itu.

“Lo pasti punya urusan sama kami berdua. Gue tau, lo bukan tipe anak yang mau makan semeja dengan anak yang nggak lo kenal.”

Maka Jinyoung mengangguk, ia menghentikan makannya demi menatap lurus pada Guanlin juga Hyunsuk secara bergantian, “ya, gue memang punya urusan.”

Sambil menyuap lagi makanannya, Jinyoung mulai menjelaskan maksudnya, “gue liat apa yang kalian lakukan ke Younghoon waktu di gudang belakang.”

“Jadi, apa urusannya lo dengan itu?” Hyunsuk menyela ucapan Jinyoung.

Tapi Jinyoung memakluminya, memaklumi sikap Hyunsuk. Anak itu sudah pasti masih marah padanya mengenai sambungan telepon yang lalu, ia meneruskan penjelasannya, “sebenarnya nggak ada urusannya tentang itu, gue malah mau berterima kasih sama lo. Tapi dari itu, gue baru bisa percaya, kalau apa yang buat lo hubungi gue waktu itu benar-benar buat tau keadaan Yonghee.”

Byounggon hanya diam mendengarkan di samping Jinyoung. Ia pikir, Jinyoung cukup sensitif mengenai Yonghee. Lagipula, ia juga sebenarnya tidak mengerti dan mungkin lebih jelasnya tidak mau tau tentang apa yang sedang mereka bicarakan. Ia hanya mengerti jika kedua orang di depannya dan salah satunya adalah anak yang berhasil menjatuhkan Younghoon tempo hari.

[✓] Strange Place || CIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang