Part 12

800 121 22
                                    

Beberapa saat kemudian, Abigeal pun mengajak Brandon untuk berbicara di luar karena merasa tidak nyaman berbicara di dalam rumah itu. Abigeal menarik tangan Brandon seperti apa Brandon menariknya tadi di sekolah.

"Mau ngapain, sih?" ujar Brandon sedikit kesal, tapi tetap menurut.

Abigeal tak menghiraukan pertanyaan Brandon sama sekali. Dia terus saja menarik tangan Brandon keluar dari rumah itu. Abigeal mulai menjatuhkan bokongnya di teras depan rumah Brandon. Mau bagaimanapun juga Brandon tetap mengikutinya dan ikutan duduk di samping Abigeal.

"Gimana kalau tiap hari gue antar jemput lo?" ujar Abigeal mengutarakan maksudnya.

"Ha? Enggak salah lo? Wah! Gue punya firasat buruk, nih! Enggak mungkin 'kan tiba-tiba lo baik sama gue?" sahut Brandon sedikit kaget.

"Ya, ada syaratnyalah! Beliin bensin gue tiap hari, gimana?"

"Tuh, 'kan! Gue udah tau lo enggak mungkin tiba-tiba baik gini sama gue!"

"Mau enggak?" desak Abigeal sambil menyenggol bahu Brandon.

"Ogah! Sama aja boong, ujung-ujungnya bakalan ngeluarin duit juga, 'kan? Mending gue naik taksi," balas Brandon membuang muka.

"Ya, elah, 'kan lebih irit. Daripada buat bayar taksi, mending buat beli bensin gue, bayar taksi 'kan mahal?" ujar Abigeal terus saja memaksa Brandon untuk setuju.

"Iya, juga sih! Tapi 'kan lo orang kaya? Masak tega tiap hari minta uang bensin sama gue?"

"Biar gue untunglah! Kalau lo beliin bensin gue tiap hari, gue enggak perlu dong ngeluarin duit buat beli bensin lagi," ujar Abigeal tertawa kecil.

"Kayak orang susah aja lo!" balas Brandon sambil menupang dagunya dengan tangan yang disandarkan dilutut.

"Yang kaya 'kan bukan gue. Lagian gue lagi ngumpulin uang buat nanti pergi ke Jepang," ucap Abigeal tampak mulai serius.

"Ya, elah, tinggal minta sama bokap lo aja apa susahnya? Lagian lo mau ngapain ke Jepang?"

"Ya, kali diizinin pergi. Gue enggak bisa bebas kayak lo." ujar Abigeal sambil memain-mainkan gantungan kunci motornya, "Gue rencananya mau ke Jepang pas lulus nanti. Bukan buat kuliah di sana sih, cuma pengen ketemu sama sahabat gue aja. Gue juga punya janji sama dia." terang Abigeal.

"Sahabat? Sahabat pena? Cah, udah kayak Kak Ros aja lo, punya sahabat pena dari Jepang," ejek Brandon diiringi dengan tawa kecil.

"Ya, bukanlah! Sahabat kecil," terang Abigeal, "ah, udah ah, gue mau balik, lama-lama di sini bisa-bisa ketular gila kayal lo lagi," cibir Abigeal sambil berdiri dari duduknya.

Brandon hanya diam menatap gadis itu. Sepertinya dia benar-benar serius ingin menjumpai teman lamanya itu. Brandon juga enggan menahan Abigeal untuk berlama-lama di sana. Walaupun Brandon merasa sedikit lebih senang saat ada Abigeal. Bukan karena apa-apa, hanya saja dia merasa tidak kesepian saat di rumah karena tidak ada yang bisa diajak bicara di rumahnya. Selama ini dia hanya berbicara sekali-kali dengan orang rumahnya dikarenakan mereka sibuk satu sama lain. Brandon sendiri punya abang, tapi abangnya kini sudah berada di luar negeri untuk memenuhi tugasnya sebagai mahasiswa undangan.

Berbeda dengan Brandon, abanganya mendapatkan nilai terbaik diangkatannya. Sampai-sampai menjadi mahasiswa undangan ke luar negeri. Abangnya juga lulusan dari SMA yang sama dengan Brandon. Sedangkan Brandon sendiri harus menjadi siswa nomor tujuh terbawah dikelasnya.

Knalpot racing Abigeal menutup jumpa mereka pada hari ini. Tak lupa Abigeal tadi juga meminta uang untuk beli bensin kepada Brandon sebelum dia benar-benar pergi dari sana.

The Direction (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang