Part 45

364 64 0
                                    

Abigeal sudah siap dengan kuda-kudanya, begitu juga Dion yang juga sudah siap untuk memulai latihan tarung laga mereka. Sedangkan Adrian dan Ranggel tetap duduk untuk menyaksikan latihan mereka berdua.

"Ayo, Dion! Lo nyerang duluan!" titah Abigeal.

Meski ragu-ragu Dion mulai menyerang duluan. "Kaki!" ujarnya untuk meminta Abigeal menghindari serangan di bagian kaki.

Seperti yang diharapkan. "Tangkis!" titah Abigeal saat dia melayangkan pukulan ke arah wajah Dion, "Sikut!" ujarnya lagi.

Begitu seterusnya, mereka memberi kode agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Dengan waktu yang diberikan mereka memanfaatkannya dengan sungguh-sungguh. Mencoba menciptakan gerakan indah dan tidak terlihat dipaksakan.

Merasa sudah cukup dengan waktu yang diberikan. Tiffany pun meminta kembali untuk berkumpul.

"Ayo, kembali ke posisi!" titah Tiffany sambil menepuk-nepuk tangannya mengisyaratkan berkumpul.

Mereka semua mulai kembali berkumpul dan sudah siap dengan apa yang akan kelompok mereka tampilkan. Meskipun tidak semuanya siap dengan penampilan yang akan ditampilkan nanti. Ada yang masih bingung mau melakukan apa, ada juga yang tidak peduli dengan kelompok mereka dan lebih memilih cuek.

Sebelum itu, tampak Raka tengah membagikan beberapa snack kepada setiap orang yang ada di sana. Yang tentunya snack itu juga sudah disiapkan oleh pihak sekolah sebelumnya. Raka membagikannya dengan rata dan tidak ada yang tidak mendapat dan tidak ada juga yang mendapat double.

"Wih! Gue dapat sosis panggang!" seru Adrian saat membuka kotak snack-nya.

Abigeal ikutan membuaknya dan berdecak kesal. "Bolu?" ujarnya memelas.

"Ini---" Tanpa diminta, Dion menyodorkan kotak snack-nya kepada Abigeal, "Kamu enggak suka bolu 'kan? Kebetulan aku dapat donat, kita tukeran aja," pinta Dion lalu tersenyum.

"Uwaa! Dion makasih," pekik Abigeal merasa senang melihat tiga buah donat berada dalam kotak snack milik Dion.

"Sama-sama." jawab Dion ikutan senang.

"Ranggel, lo dapat apaan?" tanya Adrian kepada Ranggel.

"Bolu juga." ujarnya datar.

Adrian mengangguk dan memakan sosis yang didapatnya tadi. Mata mereka kembali ke tengah-tengah lingkaran, di mana Tiffany dan Raka sudah berdiri untuk memulai membuka pertunjukan yang akan ditampilkan setiap kelompok.

"Kalian duluan!" tunjuk Tiffany menunjuk kesebuah kelompok yang terdekat dengannya.

Dua orang dari mereka pun maju ke depan dan dua orang lainnya tengah memberi semangat untuk kelompok mereka. Mereka adalah Alsa dari kelas Abigeal dan Revo dari kelas IPA-4. Ya, mereka juga terkenal cukup dekat di sekolah.

"Silakan!" ujar Raka.

"Baiklah! Kami akan berbalas pantun, kalian simak baik-baik. Kalau aku baca satu baris kalian bilang 'cakep' okey?" ujar Revo yang dibalas anggukan dan tepukan tangan oleh teman-temannya.

"Di siang hari ada matahari."

"Cakep!"

"Di malam hari ada bintang."

"Cakep!"

"Wajahmu cantik bagai bidadari."

"Eaaakkkk!" sahut mereka serentak mendengar isi pantun Revo.

"Bolehkah aku membawamu pulang?"

"Uuuuuu! Buciiiinnnn." teriak beberapa dari mereka.

Walaupun sudah direncanakan terlebih dahulu, tetap saja Alsa tampak salah tingkah oleh teriakan-teriakan dari teman-temannya. Bukan hanya karena isi dari pantun yang disebutkan oleh Revo. Kali ini Alsa akan membalas pantun Revo dengan sedikit berdehem terlebih dahulu.

The Direction (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang