Part 33

406 72 0
                                    

Tidak lama setelah pemuda itu pergi ke kamar Brandon, dia datang kembali seorang diri. "Brandonnya ketiduran, sekarang lagi mandi dulu," ujarnya yang dibalas anggukan oleh Abigeal.

"Oh, ya, tadi kamu bilang kamu pacarnya Brandon 'kan?" tanyanya memastikan dan juga penasaran.

"Ah, iya. Nama saya Abigeal," ucap Abigeal memperkenalkan diri sambil menjulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan.

Laki-laki itu menjabat tangan Abigeal. "Saya Eros," jawabnya ikut memperkenalkan diri.

"Hoho! Pantas aja tuh, jidat lebar, rupanya abis pengikisan!" ujar Abigeal tanpa rasa bersalah sambil menyandarkan tubuhnya di sofa empuk yang didudukinya.

"Uhuk ...." Eros tersendak mendapat ejekan dari Abigeal "Maaf, Dek. Eros, bukan Erosi," komentarnya sedikit jengkel.

"Oh, Eror!" seru Abigeal.

"Eros, Dek, Eros," ucap Eros membenarkan.

"Hehe ... iya, iya, becandalah, Bang. Serius amat mukanya!" seru Abigeal sambil menepuk bahu Eros mencoba untuk tidak membuat Eros marah.

"Ah, iya." jawab Eros sedikit tersenyum.

Eros tau Abigeal tidak bermaksud untuk mengejeknya. Hanya saja Abigeal mencoba untuk tidak terlihat membosankan di depan Eros dengan berbicara seolah sudah dekat dengannya.

"Pacaran sama Brandon udah berapa lama?" selidik Eros kemudian.

"Baru, Bang." jawab Abigeal singkat.

"Jarang banget loh, si Brandon ngajak cewek ke rumah. Abang yakin nih, kamu spesial bagi dia," ujar Eros sangat yakin dengan apa yang dikatakannya.

"Haha, Abang bisa aja," sahut Abigeal sambil memalingkan wajahnya yang dibuat sedikit blushing oleh kata-kata Eros.

Kata-kata Eros merupakan suatu keinginan yang sulit dicapai bagi Abigeal. Jangankan untuk dijadikan yang spesial, menjadi pacar bohongannya saja sudah lebih dari untung bagi Abigeal. Abigeal jadi tahu bagaimana rasanya senang dan cemburu saat sedang jatuh cinta.

Keheningan mulai menyelimuti antara mereka saat terakhir kali Abigeal berbicara. Abigeal mulai merasa canggung karena obrolan Eros yang menurutnya mustahil akan terjadi. Menjadi seorang yang spesial bagi Brandon mungkin hanya akan berlaku bagi gadis cantik seperti Gelin.

Tidak tahan lagi dengan keheningan yang menyelimuti, akhirnya Abigeal angkat suara. "Ekhem ... ekhem, air ... uhuk, air ...." Abigeal tampak memegangi lehernya dan menggaruknya pelan untuk memberi kode kepada Eros yang dari tadi tidak menyuguhi air untuknya.

Eros yang merasa disindir oleh Abigeal langsung berdiri dari duduknya. "Ah, iya. Sebentar Abang ambilin air dulu." ucap Eros langsung menuju dapur.

Bersamaan dengan hilangnya Eros dari pandangan Abigeal, Brandon keluar dari kamarnya dengan memakai baju kaos berwarna biru dan celana selutut yang juga berwarna biru. Brandon segera duduk di samping Abigeal dan merentangkan tangannya di atas sofa panjang itu. Abigeal yang dari tadi bersandar di sofa itu mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Brandon sinis.

"Kenapa?" tanya Brandon heran.

Tangan Brandon yang membentang dibelakang kepala Abigeal tentunya menyentuh kepalanya. "Tangannya minggir!" seru Abigeal sambil menyilangkan kakinya.

"Apa salahnya tangan gue di sini? Enggak bikin umur lo berkurang 'kan?!" tanya Brandon semakin heran dengan permintaan Abigeal.

'Emang sih, enggak bikin umur gue berkurang, tapi bikin jantung gue mau copot, Bego!' umpat Abigeal dalam hati.

The Direction (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang