Sesampainya di kelas, Abigeal langsung melepaskan lelahnya dengan meluruhkan tubuhnya ke lantai. Sambil menyandarkan punggungnya di dinding kelas bagian depan. Ketiga temannya ikut duduk di atas lantai itu. Sebelumnya Adrian mengambil buku absen yang ada di meja guru dan mengipasi Abigeal dengan buku itu. Adrian dan Ranggel selalu memperlakukan Abigeal layaknya adik perempuan mereka. Walaupun kadang Abigeal sering membuat mereka kesal karena tingkahnya. Namun, itulah yang membuat mereka semakin dekat.
"Emang acara besok apaan, sih?" tanya Abigeal memulai pembicaraan.
Ranggel mengangkat bahunya tidak tahu. "Enggak tau, tuh!" sahutnya cuek.
"Kalau enggak tau enggak usah jawab!" sambar Abigeal sinis, "Lo tau enggak, Rian?" tanya Abigeal kepada Adrian yang masih mengipasinya.
Adrian hanya diam yang membuat Abigeal merasa geram. "Kenapa enggak jawab?" tanyanya sedikit emosi.
"Tadi katanya kalau enggak tau enggak usah jawab! Ya, gue diam lah karena gue juga enggak tau," ujarnya menghentikan aksinya mengipasi Abigeal.
"Ya, setidaknya lo geleng atau apa kek," ujar Abigeal ketus.
"Untung satu yang kek gini, kalau dua udah gue bunuh satu! Kesal gue!" omel Adrian yang membuat Ranggel dan Dion tertawa.
"Woi!" sapa seseorang yang menghampiri mereka. Siapa lagi kalau bukan Brandon.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Abigeal dengan wajah kesal, meski dalam hati dia kesenangan bukan main.
"Emang enggak boleh ya, gue ke sini? Di sini gue juga bayar uang sekolah ya, jadi gue bebas dong mau ke mana aja," jawabnya dan duduk di samping Adrian.
"Ya, tapi ini 'kan kelas gue!" sanggah Abigeal. Ini dilakukan hanya untuk membuatnya tidak canggung lagi sama Brandon karena kejadian kemaren.
"Kenapa lo?" tanya Brandon kepada Dion yang menatapnya tidak senang dan justru tidak menjawab perkataan Abigeal.
Dion yang duduk di samping Ranggel segera membuang mukanya ke arah lain. Dia tidak ingin berdebad dengan Brandon di depan Abigeal. Abigeal kembali heran dengan sikap mereka berdua. Lagi-lagi mereka menampakkan sikap tidak senang satu sama lain.
"Eh, Dion, Ranggel. Bukannya tadi kita mau ke kantin, ya? Ayok buruan, 'ntar keburu abis donatnya," ujar Rangel mencoba untuk meninggalkan Abigeal berdua saja dengan Brandon.
"Kapan? Perasaan enggak ada---" Adrian menghentikan ucapannya saat melihat isyarat dari Ranggel yang memainkan bola matanya liar, "Oh, iya, gue lupa. Ayuk lah," ajaknya dan berdiri lebih dulu.
"Kapan kalian janjian?" tanya Abigeal merasa heran.
"Tadi, pas Bos lagi main," ujarnya berbohong, "Dion ayuk, jangan ngelamun aja!" Ranggel menarik Dion yang masih duduk, Dion tampak tidak mengerti maksud teman-temannya.
Abigeal hanya mengangguk menatap ketiga temannya yang sudah keluar kelas. Dion yang mulai mengerti maksud teman-temannya merasa sedikit kecewa. Bagaimana tidak, mereka justru membiarkan Abigeal berudaan saja dengan Brandon dan tidak memikirkan perasaannya.
"Dion, maaf, ya! Gue tau, lo suka sama Abigeal, tapi ya, gimana, ya!" seru Ranggel pelan saat sudah berada di luar kelas.
"Enggak kok." elak Dion langsung.
"Enggak usah boong, seluruh dunia juga tau kalau lo suka sama Abigeal, tapi menurut gue Abigeal lebih cocok sama Brandon," tutur Ranggel yang membuat suasana menjadi tidak enak.
"Woi, lo apa-apaan, sih? Jangan ngomong sesuatu yang bikin orang enggak nyaman dong!" sergap Adrian.
"Ah, enggak apa kok. Ranggel benar, aku emang suka sama Abigeal, tapi hanya sebagai teman, sama kayak kalian," ujar Dion tenang, walaupun sebenarnya ucapan Ranggel memang sedikit membuatnya tersinggung.
![](https://img.wattpad.com/cover/252871586-288-k647401.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Direction (End✅)
Novela JuvenilGenre : Comedy romance Follow sebelum baca! Tidak ada yang spesial di sini. Hanya cerita gaje tentang pasangan gila dan persahabatan yang juga gila. Start : 28 Desember 2020 Finish : 11 Maret 2021