Part 49

350 69 2
                                    

Bus tampak berhenti dipekarangan sekolah. Semua murid-murid pun mulai turun dan menghubungi orang tua mereka masing-masing agar segera dijemput. Abigeal yang tertidur di pundak Brandon masih terlelap pulas. Brandon yang sedari tadi tidak tidur pun ragu-ragu untuk membangunkan Abigeal.

"Geal, bangun! Udah nyampe!" bisiknya pelan.

Tidak ada jawaban dari Abigeal, mungkin sekarang dia sedang bermimpi indah. Sampai-sampai tidak ingin bangun untuk menyapa kenyataan. Mata Abigeal masih terpejam rapat, tidak ada tanda-tanda Abigeal ingin membuka mata. Yang membuat Brandon semakin bingung.

Adrian yang baru keluar dari bangkunya pun menghampiri mereka. "Ya, elah! Biar gue bangunin!" sanggah Adrian, "Woi, bangun! Udah sampe." teriak Adrian tepat di telinga Abigeal.

Sontak Abigeal terbangun karena teriakan dari Adrian. Abigeal mengucek-ngucek mata dan juga telinganya yang sedikit panas karena teriak Adrian yang cukup keras. Abigeal jadi berpikir kalau itu karma karena tadi pagi dia juga membangunkan Gelin dengan cara yang sama.

"Mau gue tonjok lo? Orang lagi mimpi indah juga!" sergap Abigeal kesal.

"Udahlah ayo turun," ajak Brandon yang membuat Abigeal memutar mata menoleh ke arah Brandon yang masih duduk disampingnya.

"Mmm ... iya, ayo!" ajak Abigeal dengan nada suara mulai melembut.

Mereka pun turun dari bus. Diikuti oleh Adrian yang mengejek melihat Abigeal yang terlihat sedikit lebih bersikap feminim di depan Brandon. Baru kali ini dia melihat Abigeal bersikap lembut. Yang mana biasanya selalu seperti ingin memakan lawan bicaranya saat berbicara dengan seseorang.

"Oh iya, aku telfon Papa dulu deh," ujar Abigeal sambil merogoh saku celana untuk mengambil ponsel.

Abigeal melihat di layar ponselnya, jam sudah menunjukkan pukul 23.21. Abigeal membulatkan mata karena sudah larut malam dan pasti papanya sudah tertidur pulas. Terlebih lagi, Abigeal lupa memberitahukannya lebih awal kalau dia pulang malam ini.

Brandon pun mengambil ponsel di tangan Abigeal."Enggak usah! Gue antar, ya? Gue 'kan bawa motor!" ujar Brandon menghentikan aksi Abigeal yang masih hendak menghubungi Morgan.

Benar juga, Brandon tidak diantarkan orang tuanya kemaren. Abigeal mengangguk mengiyakan ucapan Brandon yang ingin mengantarnya pulang. Brandon pun tersenyum dan meminta Abigeal untuk menunggunya. Sementara dia mengambil motor ke pos penjagaan sekolah.

"Tunggu di sini dulu, ya! Gue ambil motor dulu." ujarnya sambil sedikit berlari.

Bus Ranggel dan Dion baru saja sampai, mungkin ada kendala tadi di jalan. Sehingga membuat mereka sedikit terlambat dari pada bus yang ditumpangi Abigeal. Dion dan Ranggel tampak turun bersamaan. Di luar sudah ada body guard Dion yang sudah dihubunginya lebih awal.

Dion pun mendekati Abigeal. "Geal, mau aku antar pulang?" tawarnya.

"Ah, enggak usah, Dion! Gue bareng Brandon soalnya," jawab Abigeal sedikit canggung karena menolak tawaran Dion.

"Oh, iya, it's okey." Seketika wajah Dion sedikit ditekuknya, "Adrian! Apa mau aku anter? Soalnya Ranggel katanya mau barengan!" ujar Dion beralih ke Adrian.

"Dion, lo emang terbaik! Gue lagi enggak bisa hubungin Bokap, nih! Makasih, ya!" sahut Adrian sambil menepuk pundak Dion pelan.

Dion hanya mengangguk, kemudian menyipitkan mata yang disilaukan oleh sinar lampu motor Brandon. Brandon tampak menghentikan motornya tepat di depan Dion dan meminta Abigeal untuk menaiki motor segera.

"Geal, ayo!" ujarnya sambil mengubah posisi tas yang ada dipunggung menjadi di depan dada.

Abigeal langsung menaikinya. Sekilas Brandon menatap jengkel ke arah Dion sebelum dia benar-benar pergi. Brandon bahkan sengaja menggas motornya lebih kencang. Agar Dion merasa terganggu dengan suara knalpot racing-nya.

The Direction (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang