Part 23

605 92 17
                                    

Di kelas Abigeal, guru olahraga belum juga datang ke kelas. Maka dari itu, Abigeal sebagai Ketua Kelas bertugas memanggil gurunya ke kantor guru. Mungkin saja gurunya kelupaan. Abigeal berlari menuju kantor majelis guru untuk menemui guru olahraga yang bernama Pak Eri itu.

Abigeal melihat Pak Eri sedang merebahkan kepalanya di atas meja guru. Abigeal lalu menyapanya dengan santun. "Permisi, Pak! Bapak bukannya jam pertama di kelas kami? Kenapa belum ke kelas, Pak?" tanya Abigeal sopan.

Pak Eri sontak mengangkat kepalanya. "Ah! Abigeal, maaf. Bapak kurang enak badan, kamu sebagai Ketua Kelas ajak langsung saja teman-teman kamu kelapangan, ya," titahnya, "dan ini kunci ruang olahraga, kamu ambil saja apa yang kalian butuhkan. Bapak mau istirahat sebentar."

"Baik, Pak! Apa perlu saya antar ke UKS, Pak?" tanya Abigeal berbasa-basi karena tidak ingin terlihat buruk di depan guru olahraga yang selalu membanggakannya dan tidak pernah memarahinya itu.

"Tidak perlu, saya hanya butuh istirahat sebentar saja." balasnya lalu tersenyum walau wajahnya memang pucat.

"Iya baik, Pak. Saya ke luar dulu."

Abigeal kembali kekelasnya dengan membawa kunci ruang olahraga. Sebenarnya dia agak cemas melihat wajah pucat guru olahraganya itu, tapi sekarang dia harus menjalani tugas sebagai ketua kelas. Yakni untuk memimpin anggota kelasnya kali ini dilapangan.

Sesampainya di kelas, Abigeal langsung berteriak. "Perhatian semuanya! Dikarenakan Bapak Eri agak kurang sehat, jadi kita tidak belajar dan langsung saja kelapangan, ganti baju kalian cepat!" ujar Abigeal dengan suara lantang

Disekolah Abigeal memang ditetapkan pelajaran olahraga belajar satu jam pelajaran terlebih dulu di dalam kelas untuk membahas materi pembelajaran. Baru dua jam pelajaran berikutnya di luar ruangan untuk praktek dan hanya diadakan satu minggu sekali. Anak-anak pada bersorak gembira karena bisa bermain dari jam pertama sampai jam habis. Mereka berhamburan ke luar kelas untuk mengganti pakaian olahraga mereka.

Beberapa saat kemudian. Semua tampak sudah siap dan berbaris rapi dilapangan untuk menunggu instruksi selanjutnya dari Abigeal.

"Sudah siap semuanya?" tanya Abigeal berdiri di tengah lapangan.

"Sudah!"

"Oke! Sekarang kita pemanasan dulu. Kalian ikuti gerakan saya!" pekik Abigeal.

"Baik." balas sebagian teman-temannya.

Abigeal memimpin anggota kelasnya untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu. Supaya bisa menghindari hal yang tidak diinginkan seperti cidera atau apa pun itu dan hanya akan merepotkannya nanti kalau saja itu terjadi.

"Hei! Yang di sana. Kamu jangan terlalu kaku!" tunjuk Abigeal ke salah satu temannya, "Ya, begitu." ujar kemudian saat posisi yang ditunjuknya sudah benar.

"Eh, itu ngapain jongkok? Berdiri! Lakukan dengan benar," ujar Abigeal lagi menunjuk ke arah seseorang yang tengah berjongkok di bagian belakang.

"Dion, lo kenapa lesuh kali? Jangan seperti bencong gitu, cepat tegap!" teriaknya saat melihat Dion kurang semangat.

Dion hanya diam, memang dari tadi kelihatannya dia sangat lesuh karena dia masih kepikiran soal Brandon. Dion masih kesal dengan Brandon yang kini menjadi pacar Abigeal. Dion cemburu dengan hal itu, bohong kalau Dion bilang tidak cemburu. Dia juga tahu Abigeal tidak menyukainya, tapi dia juga tidak bisa membiarkan Abigeal dengan Brandon.

"Wah, Bos. Bos, udah cocok nih, jadi guru olahraga, mantap dah!" puji Adrian.

"Udah!" Abigeal mengambil bola basket dan bola voli yang ada di dekat kakinya yang juga sudah diambilnya dari ruangan olahraga tadi, "Nih! Buat yang laki-laki main basket dan perempuan, ikut saya kelapangan voli!" perintah Abigeal dan tidak peduli terhadap perkataan Adrian.

The Direction (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang