Part 67

334 57 4
                                    

Diperjalanan, Abigeal kembali berhenti dan memalak adik kelas yang kebetulan lewat. "Dek, bagi duitnya!" ujar Abigeal pelan. Namun, terkesan horor.

"Ke--kenapa, Kak?" tanyanya kikuk.

"Bagi cepet!" ancam Abigeal.

"I--iya, Kak! Ini!" jawabnya dan memberikan uang sisanya berjajan tadi di kantin.

"Bos! Apaan lagi, nih? Ngapain malak adik kelas segala?" omel Adrian.

"Iya, bukannya udah cukup ya, buat beli donat yang tadi Bos minta di kelas?" tambah Ranggel.

"Gini ya, emang kalian mau makan donat doang? Ya, buat beli minumannya dong!" jawab Abigeal lagi-lagi santai. Meskipun uang yang tadinya sudah cukup juga untuk membeli minuman.

Adik kelas yang tadi dipalak Abigeal sudah berlari karena ketakutan. Dion pun langsung menahannya untuk kembali mengganti uangnya dan meminta maaf atas nama Abigeal. Dion pun kembali mengikuti teman-temannya yang sudah memasuki kantin.

Di kantin, tampak Abigeal mengusir dua orang gadis yang sedang sarapan. "Minggir, kita mau duduk di sini!" ujarnya yang membuat mereka berdua pindah seketika.

"Bos, lo udah keterlaluan tau enggak? Masih banyak tempat kosong!" ketus Ranggel yang sedari tadi sudah muak dengan tingkah Abigeal.

"Ah, bacot lo!" sahut Abigeal sambil meraih donat yang ada di atas meja dan memakannya.

"Woi, mau sok jadi penguasa lo? Songong banget lo!" Suara seorang laki-laki dari meja yang agak jauh dari sana jelas ditujukan kepada Abigeal.

Dia adalah pacar salah satu dari orang yang tadinya diusir Abigeal. Dia merupakan kakak kelas Abigeal dan merupakan salah satu anggota OSIS. Abigeal dan kedua temannya menoleh bersamaan ke arah suara. Karena mereka yakin suara itu tertuju kepada mereka. Benar saja, mata mereka saling beradu tatap.

"Terus lo mau apa? Berantem? Sini!" tantang Abigeal sambil berdiri dari duduknya.

"Cih! Gue cuma mau ngingatin, jangan sekali-sekali lo berani sok jadi jagoan di sini. Lagian gue juga enggak level berantem sama cewek!" ujarnya dan berbalik kembali ke mejanya. Di mana dua orang gadis yang tadinya diusir Abigeal tampak berada di meja yang sama dengannya.

Abigeal terkekeh ringan. "Takut lo?" ujarnya sambil melemparkan sisa donat yang masih belum habis ditangannya kepada kakak kelas tadi dan sukses mendarat di atas kepalanya, "Ups! Kena kepalanya! Lengket tuh, pasti! Hahaha!" ejek Abigeal benar-benar tanpa rasa bersalah.

Laki-laki itu langsung berdiri dan memukul meja karena kesal, kemudian langsung menatap Abigeal sinis. Dia melangkahkan kakinya menuju meja Abigeal, di mana Abigeal juga sudah berdiri siap menantangnya. Abigeal malah berdiri sambil berkacak pinggang, tanpa ada rasa bersalah dan takut sedikit pun.

Saat laki-laki itu hampir mendekati Abigeal, Dion pun menengah di antara mereka berdua. Menghalangi laki-laki itu untuk menghampiri Abigeal. Dion mendorong dada seniornya kebelakang agar menjauh dari Abigeal. Banyak pasang mata juga yang menyaksikan drama mereka di sana.

"Apa-apaan lo?" kesalnya dan menghempaskan tangan Dion kasar.

"Bang, saya minta maaf soal teman saya. Enggak usah berantem ya, Bang!" ujar Dion mencoba sebisa mungkin untuk menghindari Abigeal dari pertengkaran.

"Aaah, banyak lagak!" Laki-laki itu pun mendorong Dion agar mengelak darinya.

"Eh, lo enggak usah ikut campur urusan gue!" ujar Abigeal yang sudah berdiri di belakang Dion.

"Geal! Aku begini karena aku khawatir!" ujar Dion sedikit meninggikan suara.

Seolah tidak peduli dengan ucapan Dion barusan, Abigeal justru langsung melayangkan tendangannya ke arah telinga cowok yang tadinya hendak memukulnya. Tendangan Abigeal mampu membuat daun telinga cowok itu seketika berdarah dan membuatnya meringis kesakitan.

The Direction (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang