Saat sudah berada dilapangan, satu kelas diberikan absen untuk ditandatangani sebagai daftar kehadiran mereka masing-masing kelas. Abigeal sebagai Ketua Kelas tentunya bertanggung jawab atas tandatangan teman-temannya. Abigeal mendatangi setiap baris di mana teman-temannya berbaris, untuk dimintai tandatangan mereka.
Setelah selesai, Abigeal celingak-celinguk mencari keberadaan Brandon. Namun, tidak kelihatan puncak hidungnya sama sekali. Abigeal mulai cemas, takutnya Brandon tidak ikut dalam acara ini. Abigeal bahkan melihat Gelin yang kelihatan juga mencari sosok Brandon.
Sedikit melenguh kesal, Abigeal kemudian segera menyerahkan absen kepada wali kelas. Baru setelahnya dia kembali kebarisan. Abigeal tadinya sangat bersemangat karena satu bus dengan Brandonnya. Namun, sekarang malah Brandon masih belum terlihat.
"Brandon Kim di mana?" tanya wali kelasnya Brandon.
Tidak ada yang menjawab, mereka semua terlihat tidak tahu di mana keberadaan Brandon. Abigeal yang juga penasaran menajamkan indera pendengarannya untuk mengetahui alasan Brandon tidak hadir. Berharap ada seseorang yang menjawab kalau 'Brandon akan datang, namun sepertinya agak telat'. Walau nyatanya tidak ada yang menjawab demikian.
Suara deru mesin motor memasuki lapangan membuat semua pasang mata menoleh ke arah sana. Tampak Brandon menghentikan motornya di belakang barisan. Seketika Abigeal menarik napas lega, akhirnya yang ditunggu datang juga.
"Brandon, kenapa terlambat? Kami sudah mau berangkat ini! Dan lagi, kenapa kamu bawa motor?" tanya wali kelasnya.
"Maaf, Bu. Enggak ada yang bisa nganterin saya. Saya juga udah konsultasi sama penjaga sekolah, dia bilang dia bisa jagain motor saya selagi saya pergi study thour," ujarnya panjang lebar.
"Ya, sudah, antarkan motor kamu ke pos penjaga dan susul kami ke bus, kamu bus satu, ya!" ujar wali kelasnya lagi.
Brandon mengangguk dan langsung pergi menitipkan motornya. Sedangkan barisan sudah dibubarkan dan masing-masing menuju ke bus yang sudah diberi kode bus satu sampai enam. Abigeal dan Adrian tentunya menuju bus satu dan Ranggel dan Dion menuju bus lima.
Begitu sampai di bus, Abigeal duduk di samping Adrian, pada barisan bangku nomor dua dari depan. Sekilas Abigeal menoleh ke arah samping dan ternyata Gelin yang duduk di sana. Sudah pasti hal itu menjadi bahan pertanyaan. Tentang bagimana bisa si Gelin satu bus dengannya.
"Rian, tuh Galon kok, bisa di sini?" bisik Abigeal kepada Adrian, "Seharusnya 'kan dia di bus dua atau enggak tiga," protes Abigeal lagi.
"Oh, itu! Nama lengkapnya Angelina Gelin, Bos. Makanya dia di sini, huruf depan namanya 'A'!" tutur Adrian menjelaskan.
Abigeal hanya bisa mengangguk tidak suka dengan jawaban tersebut. Ditambah lagi, saat Brandon sudah naik ke dalam bus, Brandon langsung ditarik Gelin untuk duduk disampingnya. Meminta Brandon untuk duduk di dekat jendela karena dia tahu Abigeal bersebelahan dengan bangkunya.
Bukan Abigeal namanya kalau mau kalah begitu saja. Lantas, gadis itu berbisik kepada Adrian. "Rian, lo mau bantuin gue enggak?"
Adrian mengangguk. "Ya," jawabnya pelan.
Kebetulan sekali, Adrian kali ini tengah membawa minuman cappucino dingin. Abigeal berbisik kepada Adrian dengan kejahilan yang sudah dipikirkannya matang-matang. Awalnya Adrian menolak, tapi lagi-lagi Abigeal memaksa dan akhirnya Adrian terpaksa.
Begitu kesepakatan disetujui, Adrian lantas berdiri dari duduknya dan seolah ingin keluar. Saat itu juga Abigeal membentangkan kakinya agar seolah membuat Adrian terjatuh. Adrian yang pura-pura tersandung pun menumpahkan minumannya ke arah Gelin dengan sengaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Direction (End✅)
Teen FictionGenre : Comedy romance Follow sebelum baca! Tidak ada yang spesial di sini. Hanya cerita gaje tentang pasangan gila dan persahabatan yang juga gila. Start : 28 Desember 2020 Finish : 11 Maret 2021