45

2.9K 352 29
                                    

Satu bulan kemudian.....





"Sayang, temenin aku shopping!" Pinta Lia sembari bergelayut manja di lengan Lino.

"Sayang, besok ya aku temenin shoppingnya! Sekarang aku langit sibuk banget. Lagi nyiapin buat meetting besok."

"Kamu tuh kenapa sih sibuk terus? Gak cukup apa seharian di kantor? Harusnya di rumah itu waktunya buat aku!" Protes Lia.

Lino pernah mengatakan jika ia ingin membuat Lia menempel padanya seperti perangko. Hal itu pun sukses ia wujudkan, sekarang ini Lia sangat manja padanya, menempel seperti perangko. Ia senang Lia manja padanya tapi cukup merepotkan juga untuk melayani setiap keinginannya saat sedang sibuk. Ia juga tidak menyangka Lia akan semanja ini padanya.

"Iya sayang aku minta maaf! Besok ya aku temenin!"

"Ck, gak tau ah males! Sibuk aja terus." Lia kesal. Ia beranjak dari sisi Lino menuju kamar mereka.

Akhir-akhir ini Lia memang sering sekali merajuk pada Lino saat keinginannya tidak terpenuhi. Sebenarnya permintaan Lia tidak sulit, tapi karena keadaanlah yang membuat Lino sulit untuk memenuhinya.

Untuk saat ini Lino harus mencurahkan sebagian besar waktunya untuk pekerjaan, dan tentunya itu membuat waktu untuk Lia sangat kurang. Inilah yang Lia minta darinya, waktu.

Lia ingin menghabiskan waktu berdua dengan Lino. Seperti menonton film di bioskop, makan di luar, menemaninya berbelanja, atau sekedar bersantai di apartemen tanpa ada pekerjaan yang mengganggu.

Lia bukan tipe orang yang betah berdiam diri di dalam rumah, setiap hari ada saja rencana yang ia buat. Berbeda dengan Lino yang lebih suka menghabiskan waktu di dalam rumah. Apalagi di tengah kesibukannya seperti ini, ia harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk beristirahat setelah lelah bekerja.

Lino sudah berusaha memberi pengertian pada Lia, tapi istrinya itu seolah tak mau mengerti dengan kesibukannya. Tidak lama, hanya beberapa waktu ini. Ia juga tidak ingin seperti ini, kalau boleh memilih ia ingin memberikan waktunya sebanyak mungkin untuk Lia tapi mau bagaimana lagi, tanggung jawabnya pada pekerjaan tak kalah besarnya dengan tanggung jawabnya pada Lia.












































Siang ini Lia tidak langsung pulang ia janji dengan para sepupunya untuk makan di restoran. Sudah lama juga mereka tidak pergi berempat karena kesibukan masing-masing. Semoga saja bertemu dengan mereka memperbaiki  suasana hatinya yang sedang buruk.

"Pusing deh gue ngurusin skripsi, kayaknya gue gak bakal lulus tepat waktu." Keluh Han.

"Sama." Sambung Yeji. "Kenapa sih otak gue gak jenius kayak bang Suga?"

"Jangan-jangan lo bukan adeknya Ji?"

"Maksud lo?"

"Siapa tau lo ternyata anak pungut? Kayaknya lo harus tes DNA deh biar pasti!"

"Bencadaan lo udah basi tau gak. Lo pikir gue anak kecil apa bisa dikibulin sama joke begituan? Jangan-jangan lo lagi yang anak pungut. Katanya kembar tapi kok gak mirip?"

"Kalo ternyata Felix yang anak pungut gimana?"

"Udah sihh! ini kenapa malah main anak pungut-pungutan sih?" Lerai Lia kesal. Suasana hatinya yang sedang buruk semakin buruk melihat perdebatan yang mereka berdua ciptakan. Meskipun ia tahu mereka hanya becanda.

"Tau nih berdua ngaku udah dewasa tapi kelakuan kaya anak SD."

"Lo sih duluan." Yeji menyalahkan Han.

"Kok jadi serius begini sih? Becanda elah, ya kan Ji?"

Yeji pun mengangguk.

"Cocok deh kalian berdua, pacaran gih! Kan sama-sama jomblo."

"Ihh ogah! Kayak gak ada cowok lain aja. Lagian masa gue pacaran sama tupai sih?"

"Gue juga ogah kali sama lo. Ya kali gue pacaran sama kucing? Bisa abis gue dicakar tiap hari."

"Sekarang ogah dulu gemes."

"Gak usah diingetin! Nyesel gue udah gemes sama abang lo. Gedenya nyebelin parah. Gak ada gemes-gemesnya yang ada pengen gue remes."

"Apanya yang di remes?"

"Bajunya lo pikir apaan?"

"Ya kali mukanya."

Dulu, saat mereka masih sekolah di taman kanak-kanak, Yeji sering sekali mencubit pipi gembul Han saking gemasnya. Han sering marah jika Yeji mencubit pipinya karena risih. Mungkin karena inilah mereka sering terlibat dalam perdebatan.

"Seru banget pasti kalo kalian nikah, dijamin rumah gak bakal sepi."

"FELIXXXX." Pekik Yeji.

"Hehe.....sorry!"

Obrolan seru mereka pun terhenti sejenak saat seorang pelayan datang membawa pesanan mereka.

"Katanya lo mau diet?" Tanya Yeji pada Lia.

"Susah banget gue diet, laper mulu perasaan tiap liat makanan."

"Badan lo udah kecil ngapain diet? Naik berapa kilo doang gak bakal bikin lo keliatan gendut." Kata Han.

"Iya sih, tapi gue-kan takut kebablasan. Kalo udah naik banyak susah buat nuruninnya."
























































Malam.....

Lia menghampiri Lino di tempat yang sama seperti malam kemarin di ruang tengah, lagi-lagi Lino sedang sibuk dengan kerjaannya. Setiap malam ruang tengah apartemen berubah fungsi menjadi ruang kerja Lino, karena memang apartemen Lino tidak terlalu besar jadi tidak memiliki banyak ruangan.

Dari belakang, Lia melingkarkan kedua tangannya pada leher Lino. "Sayang, katanya malam ini kamu mau nemenin aku shopping?" Ia menagih ucapan Lino kemarin malam.

"........."

"SAYANG, KOK DIEM AJA!"

"Bisa gak jangan ganggu dulu!" Ucap Lino dingin membuat Lia tersentak.

Lia menarik tangannya dari leher Lino, ia bergegas pergi tanpa mengucap sepatah kata pun. Tak pernah sebelumnya Lino berbicara sedingin itu padanya meski ia sering mengganggu kesibukan suaminya itu dengan segala keinginannya.

Satu jam kemudian.....

Lino selesai dari pekerjaannya. Ia membereskan barang-barangnya lalu menuju kamar. Ini masih jam sembilan, harusnya masih bisa menemani Lia berbelanja. Meskipun tubuhnya saat ini sangat lelah.

Lia tidak ada di kamar, dikamar mandinya pun tidak ada. Ia yakin Lia tadi masuk ke kamar. Tapi kenapa tidak ada? Setelah mencari-cari di setiap sudut apartemennya, akhirnya ia bisa menemukan Lia. Istrinya ada di kamar yang lain. Pintunya terkunci, sudah pasti Lia ada di dalam sana.

"Sayang, kamu di dalem? Sayang aku minta maaf!" Biasanya tidak seperti ini meskipun Lia kesal padanya. Apa tadi ia salah bicara? Harusnya tadi ia bisa mengontrol cara bicaranya meskipun sedang emosi. Mungkin Lia tidak akan seperti ini.

Tok.....tok.....tok.....

"Sayang, aku minta maaf! Aku gak bermaksud nyakitin kamu. Sayang buka pintunya!" Tak ada respon sama sekali dari Lia, ucapannya tadi pasti menyakiti perasaan Lia.

Tbc.

Dari kemarin pengen up tapi bingung pikiranku bercabang mau dibikin kaya gimana bagusnya.

Lino's LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang