42

3.2K 378 73
                                    

Absen dulu sini yang lagi kangen!









Lebar-lebar Lino membuka matanya menyaksikan rekaman CCTV tersebut. Sangat jelas ia melihat apa yang telah terjadi, malam itu seminggu yang lalu.

Sebuah penyesalan pun mulai menyesakan dadanya. Menyesal karena tak mempercayai istrinya sendiri. Semua yang dikatakan Lia benar adanya, tak ada kebohongan sama sekali. Benar yang dikatakan sang sahabat, harusnya ia mengikuti kata hatinya.

Lino baru ingat malam itu mata Lia memerah. Ia yakin penyebabnya karena menangis bukan karena hal lain. Alasannya pasti karena baru saja mendapat perlakuan kurang ajar dari Lucas. Haruskah ia beri pelajaran laki-laki itu?

"Gue juga bilang apa? Lia gak mungkin sejahat itu sama lo."

"Iya gue salah gak percaya sama Lia. Thanks ya udah bantu."

"Udah sana pulang! Lia pasti lagi nungguin lo."

Pasti Lino akan pulang, tapi ada hal lain yang ingin ia lakukan terlebih dahulu.

"Yaudah gue balik! Lo mau tetep disini atau sekalian gue anterin balik?"

"Gue mau disini dulu."

"Oke."

Begitu keluar dari club, Lino menghubungi seseorang.



































































































Lia bosan seharian di kamar. Ia memutuskan untuk keluar, duduk dipelataran tangga rumah, mendongakan kepalanya memandang bulan yang tampak begitu terang dan bulat sempurna.

"Lino lagi ngapain ya?" Ia sangat merindukan Lino. Apa seharusnya ia tidak pulang? Tetap di dekat Lino meskipun suaminya itu mengabaikannya.

Berulang kali Lia menyalakan layar ponselnya sekedar memeriksa apa Lino menghubunginya atau tidak? Namun sayang Lino tidak melakukannya, sekedar mengiriminya pesan singkat pun tidak. Rasanya memang tidak mungkin Lino melakukannya, tidak seharusnya ia mengharapkan hal tersebut.

"Lino belum pulang?" Tanya Agung yang kini duduk disebelah Lia, membuyarkan lamunan wanita itu.

"Belum."

"Kalian berantem? Cerita sama daddy! ada masalah apa sama Lino?"

Haruskah Lia menceritakan masalahnya?

"Cuma salah paham aja kok."

"Beneran salah paham? Keliatannya kok berat banget masalahnya?"

Lia mengangguk yakin. Entahlah ia tidak ingin orang lain tahu masalahnya.

"Lino gak nyakitin kamu-kan?"

Lia menggeleng. "Lino sayang banget sama Lia. Makasih ya dad udah jodohin Lia sama Lino. Lia nyesel deh, udah nangis-nangis karna gak mau dinikahin."

Agung pun membelai rambut panjang Lia yang terurai sembari menyunggingkan senyum. Ia merasa putrinya yang dulu sudah kembali, tidak ada lagi pertengkaran atau perdebatan seperti sebelumnya yang membuat hubungaan mereka sedikit berjarak.

"Dulu, daddy sama mommy sering banget berantem gara-gara hal sepele sampai hal besar. Daddy pikir kalo kita udah pacaran lama sebelumnya bisa menjamin rumah tangga kita akan terhindar dari masalah, tapi ternyata nggak."

Lino's LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang