32

4.7K 413 51
                                    

🔞🔞🔞

Yang belum cukup umur silahkan menyingkir. Chapter ini mengandung adegan dewasa.
.
.
.
.
.
.
Nervous aku tuh
.
.
.
.
.
Jangan lupa napas!!!























































"Kok dimatiin?" Tanya Lia karena Lino mematikan televisinya. Padahal ia belum ingin beranjak dari tempat tersebut.

"Sayang,aku mau kamu sekarang! Aku gak bisa nahan lagi." Bisik Lino. Saat ini libidonya berada di puncak tertinggi, malam ini hasratnya harus tersalurkan. Lagi pula Lia juga sudah memberinya lampu hijau bukan.

Ucapan Lino membuat bulu kuduk Lia berdiri. Tanpa membuang waktu lagi Lino menggendong Lia ala bridal style menuju kamar mereka. Refleks Lia mengalungkan tangannya pada leher Lino.

Sebenarnya Lia mengerti apa yang sedang diinginkan Lino. Laki-laki itu pasti akan meminta sesuatu yang menjadi haknya. Sesuatu yang seharusnya terjadi kemarin malam. Sengaja Lia menyibukkan diri dengan menonton acara televisi untuk mengulur waktu. Ia dilanda kegugupan saat ini.

Lino menurunkan Lia diatas tempat tidur dengan posisi tidur terlentang dan Lino mengungkung Lia di atasnya.

"Tunggu!" Lia menahan Lino yang hampir saja menempelkan bibirnya. "Kamu gak nuntut aku cepet punya anak-kan?"

Lino tersenyum."aku tahu kamu pasti belum siap. Gak masalah kalau mau nunda sampai kamu siap. Kamu tenang aja nanti aku pake pengaman!"

"Makasih ya! Kamu udah nunggu aku siap. Mmm...sebenarnya, selama ini aku minum pil." Ucap Lia hati-hati.

"Pil apa?"

"K-B."

"Sejak kapan?"

"Di hari kita menikah."

"HAH?"

Lia menggigit bibir bawahnya, ia tidak siap dengan reaksi Lino selanjutnya.

"Berarti kamu udah siap dong dari awal."

"Nggak juga. Aku cuma takut aja sana kamu."

"Tau begitu, aku serang kamu dari kemarin-kemarin aja." Lino merasa tercurangi.

"Iiihhh.....Emangnya aku apaan pake di serang?"

"Mangsa buruan yang siap aku makan. Kamu tau gak sih sayang? aku tuh ke siksa nahan nafsu."

"Tunggu!" Lagi, Lia menahan Lino yang akan memangsa bibirnya. "Tunggu sebentar ya! Aku mau ke kamar mandi dulu."

"Ngapain?"

"Gak lama kok."

"Kalo lama aku dobrak ya pintunya!"

"Jangan! Kasian pintunya." Ucap Lia sembari menyentuh pipi Lino lalu ia mengecup bibir Lino singkat sebelum akhirnya ia turun dari ranjang menuju kamar mandi.














































































Di depan wastafel dalam kamar mandinya, Lia mondar-mandir dengan kegugupan yang teramat sangat, tangannya dingin dan perutnya terasa sakit selalu begitu yang ia rasakan saat gugup.

Lino's LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang